Berawal dari kesalahan Mike dan Sandra yang menyebabkan Sandra harus hamil di luar nikah. Mike pun di usir dari rumah. Lalu Mike membawa Sandra kabur dari rumah orang tua Sandra dan menikah tanpa restu orangtua. Lalu papa Mike berusaha membuat hidup mereka menderita agar Mike meninggalkan Sandra dan balik padanya.
Suatu saat Sandra kontraksi. Tak satu pun warga mau menolong mereka. Mike hanya menemukan gerobak dan membawa Sandra dalam kondisi hujan ke rumah sakit. Mike meminta tolong pada pihak rumah sakit untuk menolong Sandra dengan kekuatan terakhirnya lalu Mike pun pingsan. Lalu keduanya langsung di tangani. Mike pun meninggal. Sandra melahirkan bayi laki-laki yang lucu.
Mengetahui anaknya meninggal, Pak Anwar pun mengambil mayatnya Mike beserta anak mereka. Sandra yang masih lemah tidak dapat mengejar Pak Anwar dan terjatuh.
“Jangan Ambil Anakku” Ucap Sandra saat dia terjatuh .
Bagaimanakah nasib Sandra dan anaknya? Apakah Sandra masih bisa bertemu dengan anaknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anita Jenius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Mike Mulai Bekerja Di Penginapan.
Setelah berjalan-jalan mengelilingi penginapan tersebut sekitar setengah jam, Pak Budi yang memperkirakan waktu interview sudah selesai pun balik lagi ke ruang kerja Intan yang tadi. Pak Budi melihat Intan dan Mike hanya tinggal bercakap-cakap santai di ruangan tersebut.
“Apa saya sudah boleh masuk ke dalam? Sudah siap kan interview nya?” Tanya Pak Budi saat dia sampai di ruangan itu.
“Udah kok pakde. Masuk saja.” Ucap Intan
“Baiklah..!!” Pak Budi masuk ke dalam ruangan itu dengan santainya.
Pak Budi pun langsung duduk di sebelah Mike. Dia melihat ekspresi wajah Mike.
“Gimana? Kamu menerima Mike kan?” Tanya Pak Budi pada Intan.
“Iya pakde. Intan memberi waktu percobaan pada mas Mike untuk bekerja dan memajukan penginapan ini. Setidaknya mas Mike harus membuat penginapan ini jalan dulu. Setelah itu baru Intan menjadikan mas Mike menjadi pengawas penginapan ini secara permanen.” Jelas Intan pada Pak Budi.
“Ooo bagus dong. Setidaknya Mike diberi kesempatan dulu untuk menjalankan penginapan ini. Pakde yakin kok kalau mas Mike ini pasti bisa mengembangkan penginapan ini.” Ucap Pak Budi dengan yakin.
“Iya Pakde. Makanya Intan memberikan mas Mike kesempatan kerja di sini. Intan ingat dulu waktu Intan melamar kerja dan semua meremehkan kemampuan Intan saat pertama mulai bekerja. Namun karena ada seorang pengusaha yakni bos Intan sekarang yang percaya pada Intan sehingga Intan bisa menjadi seperti sekarang ini. Dan Intan yakin mas Mike juga pasti bisa seperti asal dia diberi kesempatan untuk bekerja dan mengembangkan dirinya” Cerita Intan.
“Bagus sekali pemikiran kamu Intan. Pantas memang kamu memiliki jabatan tinggi di perusahaan ini.” Puji Pak Budi.
“Ahh.. Pakde bisa saja. Intan nggak sehebat itu kok. Intan juga masih harus banyak belajar untuk dapat semakin mengembangkan diri lagi.”
“Itu memang harus Intan. Jangan langsung berpuas diri atas sesuatu yang kita punya saat ini. Kita harus belajar dan belajar lagi. Karena semakin banyak kita belajar semakin banyak juga hal yang tidak kita ketahui.”
“Benar Pakde.” Intan menyetujui hal tersebut
“Bapak juga bicara untuk kamu Mike. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata kamu. Berusaha dan belajarlah menjadi lebih dari sekarang. Ini adalah kesempatan pertama kamu untuk bekerja dan bapak sarankan kamu harus memanfaatkannya sebisa kamu agar ini menjadi batu loncatan kamu kelak di masa depan. Mana tahu kamu nanti bisa seperti Intan.” Nasehat Pak Budi.
“Iya Pak. Terima kasih atas nasehatnya. Mike akan mengingatnya dan melakukannya dengan sepenuh hati.”
“Bagus Mike.” Ucap Pak Budi. “Oh ya Intan, selama Mike bekerja di Lembang ini dia akan tinggal di mana?” Tanya Pak Budi.
“Hmm.. Sementara Mas Mike bisa tinggal di vila di belakang penginapan ini. Dan untuk uang makannya akan saya berikan seminggu sekali dulu sekalian sama gaji mas Mike akan saya berikan seminggu sekali dulu. Saya tahu mas Mike pasti butuh uang untuk memulai kehidupan di kota ini.” Jelas Intan pada Mike.
“Baik mbak Intan. Tidak masalah. Malah saya merasa bersyukur kalau gaji saya diberikan per minggu dulu.” Mike setuju pada Intan.
“Bagus kalau mas setuju.”
“Tapi apakah saya boleh membawa keluarga saya tinggal di vila tersebut mbak?” Tanya Mike langsung tanpa basa-basi.
“Hah?? Keluarga? Maksud mas ayah dan ibu mas Mike?” Intan bertanya dengan heran.
“Bukan Intan. Maksud Mike itu adalah istri nya Mike.” Pak Budi mewakili Mike untuk menjawabnya karena melihat Mike seperti agak berat mengatakannya pada Intan.
“Apa? Mas Mike sudah punya istri?” Intan membelalakkan matanya nggak percaya pada apa yang barusan dia dengar dari Pak Budi karena Intan melihat sosok Mike seperti anak muda yang masih mencari jati diri bahkan lebih muda dari dirinya.
‘I.. Iya mbak. Apa status saya mempengaruhi keputusan mbak menerima saya bekerja di sini?” Tanya Mike takut-takut. Mike takut pengakuannya atas statusnya dapat mempengaruhi keputusan Intan tadi untuk menerimanya bekerja di penginapan ini.
“Hmmm.. Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?” Intan pun terlihat lemas.
“Kan mbak nggak ada tanya mengenai status saya.” Mike pun membela dirinya.
Intan pun berpikir sejenak. Dia bingung apakah harus mengubah keputusannya atau nggak. Tapi dia terlanjur menerima Mike untuk bekerja di sini, nggak mungkin hanya dalam hitungan menit dia mengubah keputusannya. Itu bukan Intan yang sebenarnya.
“Hmm.. Baiklah. Karena saya sudah terlanjur menerima kamu bekerja di sini barusan. Maka saya tidak akan mengubah keputusan saya. Tapi dengan satu syarat.” Intan pun mengajukan syaratnya.
“Apa syaratnya mbak Intan? Saya akan coba melakukannya.” Mike melihat serius ke arah Intan menunggu keputusan Intan untuk dirinya.
“Mas Mike boleh membawa istri mas Mike tinggal di vila belakang. Namun apapun yang terjadi pada penginapan dan pekerjaan mas nanti tidak boleh terganggu karena adanya urusan pribadi. Urusan pekerjaan tetap nomor satu ya.” Titah Intan.
“Baik mbak. Pasti. Pasti saya akan mengutamakan kepentingan pekerjaan di banding kepentingan pribadi kecuali ada hal yang benar-benar urgent yang mengharuskan saya harus mendahulukan kepentingan istri saya dari pada pekerjaan. Itu pun saya akan minta izin pada mbak Intan dulu.”Mike berjanji pada Intan.
“Bagus kalau memang begitu. Saya akan pegang janji mas Mike. Dan apabila mas Mike melakukan kesalahan saya nggak akan segan-segan menegor dan memarahi mas Mike. Walaupun mas Mike adalah orang yang dibawa Pakde saya namun dalam urusan pekerjaan saya nggak akan pernah mencampuradukkannya dengan urusan pribadi. Apa mas Mike mengerti?” Tanya Intan memastikan.
“Iya mbak. Saya mengerti.”
“Baiklah. Kalau begitu kapan mas Mike bisa bekerja?” Tanya Intan dengan tegas.
“Hmmm.. Karena hari ini sudah hari Jumat maka saya izin mulai bekerjanya hari Senin saja mbak. Tapi hari Minggu saya sudah datang dan pindah ke sini bersama dengan istri saya. Apa boleh mbak?” Tanya Mike pada Intan.
Intan pun berpikir sebentar akan apa yang dikatakan oleh Mike lalu menyetujuinya.
“Baiklah mas Mike. Saya setuju. Saya tunggu kedatangan mas Mike untuk bekerja mulai hari Senin.” Ucap Intan pada akhirnya.
“Terima kasih banyak mbak Intan. Saya janji akan bekerja sebaik mungkin agar tidak mengecewakan mbak Intan.”
“Saya nggak butuh janji mas. Saya hanya butuh bukti. Saya mau mas Mike membuktikan semua omongan mas bukan hanya omongan belaka.” Titah Intan dengan tegas.
‘Siap mbak.” Mike pun tersenyum pada Intan.
Intan pun melihat ke arah Mike. Sebenarnya Intan menyukai Mike pada pandangan pertama. Karena jujur selama hidupnya, Intan baru ini melihat pemuda setampan Mike sebelumnya. Jadi ada perasaan sedih karena kalah sebelum dia sempat berjuang saat Mike mengatakan kalau dia sudah punya istri saat ini. Namun Intan pun harus bersikap professional seperti biasanya. Tidak boleh di kuasai oleh perasaan pribadi.
“Pakde.. Mas Mike. Berhubung masalah di sini sudah selesai. Saya pamit pergi dulu ya. Masih banyak urusan yang harus saya urus saat ini.” Izin Intan dengan sopan.
“Iya Intan. Pakde tahu kok kalau kamu sibuk.” Ucap Pak Budi.
“Oh ya, kalian mau langsung pulang atau menginap di sini semalam dulu?” Tanya Intan saat dia teringat akan hal tersebut.
“Hmm.. mungkin kami akan pulang nanti sekitar paling lama jam tiga Intan. Soalnya Pakde juga masih ada urusan di Jakarta.”
“Ini masih jam dua belas siang. Trus kemana kalian selama tiga jam ini?” Intan melihat jam tangannya.
“Kami akan menunggu di terminal saja Intan sekalian makan siang di sana.”
“Apa Pakde nggak capek?”
“Nggak dong. Pakde masih kuat kok.”
“Ya sudah kalau begitu. Makasih banyak ya Pakde. Ini Intan ada sedikit uang untuk ongkos dan makan kalian. Diterima ya Pakde.” Intan pun mengeluarkan sebuah amplop dari tas nya dan menyalamkannya pada Pak Budi.
“Nggak usah Intan. Nggak perlu repot-repot. Pakde masih ada uang kok.”Tolak Pak Budi.
“Terima saja Pakde. Nggak apa-apa kok. Ini pengganti Intan yang nggak bisa menemani Pakde makan siang.”
“Ya sudah Intan. Pakde terima ya. Makasih banyak Intan.”
“Sama-sama Pakde. Kalau begitu Intan langsung pergi ya.Pakde sama mas Mike hati-hati di jalan. Dan untuk mas Mike saya tunggu kedatangannya hari Senin.
“Siap mbak.”
Tanpa menunggu lama lagi, Intan pun melangkah keluar dari ruangan itu diikuti oleh Mike dan Pak Budi agar Intan dapat menutup kembali ruangan tersebut. Mereka bertiga pun berpisah di depan penginapan tersebut.
