"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Istri Ke Empat
"Kita makan siang di luar," seru Maher Abdullah seraya menghampiri meja Ardina, sang sekretaris.
"Maaf pak, tapi saya bawa bekal siang sendiri kok," ucap perempuan itu seraya memperlihatkan kotak makan siangnya. Sang bos tampak kecewa. Akan tetapi ia berusaha untuk santai.
Ia benar-benar ingin menunjukkan perasaannya yang tidak bisa lagi ia tutup-tutupi. Baginya, Ardina itu sangat penting untuk kenyamanan jantungnya.
Perempuan itu terlalu cantik dan menarik untuk dibiarkan kembali kepada Praja Wijaya.
"Baiklah, kalau begitu pesan makan siang untukku di kantin dan suruh bawa kemari. Kita akan makan siang bersama di sini." putus pria itu dengan cepat.
"Baik pak." Ardina dengan cekatan langsung menelpon bagian kantin agar membawakan 1 paket makan siang untuk sang bos.
Tentang makanan favorit pria itu, ia tidak perlu bertanya. selama hampir setahun bekerja dibawah perintah pria itu, ia lumayan tahu semua tentangnya.
Setelah itu, ia kembali sibuk dengan pekerjaannya. Mengetik dan menyusun jadwal acara pimpinan tertinggi di perusahaan itu.
"Maaf pak, ini ada undangan untuk bapak, acaranya nanti malam. di hotel X daerah X." Ardina menyerahkan sebuah undangan untuk pertemuan para pengusaha di kota itu.
"Ah ya, saya bisa datang tapi tentu saja bersama denganmu Din." Maher tersenyum penuh arti. Ardina nampak berpikir. Malam ini ia ingin bersama dengan David. Anak itu lagi manja-manjanya pada dirinya.
"Bagaimana kalau bapak mengajak salah satu istri pak Maher? Itu 'kan lebih aman pak." Ardina memberi usul.
"Mereka tidak mengerti bisnis dan juga pekerjaanku. Dan lagi kalau saya bawa Mery, Hanum cemburu, apalagi Desy. Mereka membuat kepalaku jadi pusing." Ardina tertawa dalam hati. Itu karena kamu terlalu rakus ingin memiliki banyak perempuan, pikir Ardina dalam hati.
"Lebih aman bersama kamu Din, kamu cerdas dan juga bisa diandalkan. Dan ya, aku ingin memberikan kamu ini." Pria itu lantas menyerahkan sebuah kotak kecil berisi cincin berlian yang sangat indah.
"Maafkan saya pak. Akan lebih baik Kalau hadiah yang sangat mahal ini diberikan kepada istri-istri bapak. Dan mohon maaf saya tidak biasa memakai berlian Pak." Ardina menolak pemberian pria itu secara halus.
"Ada apa denganmu Din. Kemarin-kemarin kamu biasa menerima pemberian dariku tapi sekarang? Kamu lebih sering menolak."
"Dulu saya menerima itu karena saya pikir memberi saya sebagai seorang bos berlaku pada karyawannya. Akan tetapi sekarang, niat bapak sudah berubah dan saya tidak suka itu."
"Maaf, sebaiknya bapak tidak lagi memberikan saya hadiah yang mahal. Gaji saya disini sudah sangat banyak untuk menopang kehidupan saya dan ibu. Jadi maafkan saya sekali lagi pak." Ardina mendorong pelan kotak pemberian pria itu padanya.
"Halah, jual mahal kamu ya Din!, Saya tahu siapa dirimu. Kalau bukan karena Pak Samuel Richard yang membantumu, kamu tidak akan bisa masuk ke perusahaan besar ini."
Ardina menatap pimpinannya itu dengan perasaan tak nyaman. Ia ingin menjawab tapi ia ingat akan kedudukannya yang hanya bawahan. Kalau ia tidak bekerja maka siapa yang akan menafkahi ibu dan juga putranya.
"Jadi tidak usah sok suci seperti itu. Bersyukurlah karena saya mau menikah denganmu. Kamu bisa mendapatkan nafkah lahir dan batin yang sempurna."
Maher meraih kembali kotak perhiasan berisi berlian itu dan menyimpannya di dalam saku jasnya.
"Yang jelasnya siapkan dirimu malam ini, kita akan menghadiri undangan itu," ujar Maher dengan sedikit penekanan.
Ardina mengusahakan untuk tersenyum saja. Mau tidak mau, ia tidak bisa menolak karena ini adalah urusan pekerjaan. Menjadi seorang bawahan tidaklah mudah. Ia harus banyak bersabar dengan apapun yang diperintahkan oleh pimpinannya.
Maher pun kembali duduk di kursinya dalam keadaan yang sangat marah dan kecewa. Ia pun mulai berpikir bagaimana cara mendapatkan Perempuan itu untuk ia jadikan istri ke empatnya. Apa pun cara akan dilakukannya.
Ia begitu penasaran dengan mantan istri dari Praja Wijaya itu. Dari arah mejanya ia terus memperhatikan gerak-gerik Ardina. Fantasinya sudah mulai membayangkan yang tidak-tidak tentang perempuan itu.
Sampai seorang OB masuk ke dalam ruangan nya untuk membawa pesanan makanan yang dipesankan oleh Ardina.
"Terimakasih banyak." Ardina berucap seraya menyerahkan uang dan juga tips untuk OB itu. Setelah itu ia pun menata makanan itu di atas meja pria itu.
"Silahkan pak," ucap Ardina mempersilahkan saat semua makanan itu sudah siap."
"Duduk dan makan di sini!" titah pria itu tak terbantahkan. Ardina menurut saja.
"Assalamualaikum mas, kami datang," ucap seorang perempuan dari arah pintu yang langsung membuat Maher Abdullah tersedak. Desy, Mery, dan Hanum muncul dihadapan mereka berdua dengan sebuah rantang ditangan Hanum.
"Oh ya ampun. Sejak kapan kalian kompak banget seperti ini?" tangan pria itu dengan perasaan tak nyaman.
"Mari Bu. Silahkan duduk." Ardina bersorak dalam hati. Itu artinya ia bisa makan dan juga menikmati makanan buatannya sendiri hari ini.
Ia pun berdiri dari duduknya tapi pria itu melarangnya untuk pergi.
"Duduk dan makan di sini. Kita adalah keluarga jadi harus kita abadikan kebersamaan ini." Pria itu dengan liciknya mengambil foto empat perempuan itu dengan caption.
"Four in One! Mereka semua milikku;"
Setelah itu ia mengirimkan gambar itu ke sosial medianya.
Ia ingin menunjukkan pada dunia kalau ia telah berhasil mendamaikan empat perempuan yang cantik di dalam satu surga, yaitu dirinya.
Praja Wijaya yang kebetulan sedang online, tanpa sengaja melihat postingan pria itu. Ia meremass handphonenya dengan sangat marah.
"Aku masih suamimu Din. Dan kamu haram dinikahi jika belum aku lepaskan dengan resmi!" geramnya emosi.
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Like dan komentarnya dong para readers tersayang.😍
Kirim bunga, kopi, ads juga bolehlah agar author semangat updatenya oke?
Nikmati alurnya dan happy reading 😊