Skandal Sang CEO

Happy Reading.

Arsya masih berusaha mencerna dengan apa yang baru saja dia dengar dan dia baca. Tadi Pak Ucup mengatakan jika dua tamu yang menyewa di Villa itu dua bulan lalu bernama Axelo Airlangga dan Laura Febianti.

Arsya pun membaca kedua nama yang tidak asing itu, jadi Laura pergi liburan dengan Axelo, tetapi kenapa kedua orang itu tidak mengatakan padanya ataupun berpamitan.

Arsya memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa pening, dia masih memikirkan perubahan sang istri selama kepulangannya kali ini. Apakah itu ada hubungannya dengan Axelo dengan liburan mereka ke Villa ini? Apakah adiknya itu tahu ada apa dengan istrinya?

"Besok aku akan tanya sama Axel, mungkin Laura sedang banyak masalah tapi dia tidak mau cerita sama aku, kalau dia mengajak Axel untuk liburan ke sini, ataukah ada sesuatu di antara mereka berdua. Misalnya mereka berdua membohongiku dan menjalin suatu hubungan di belakangku?" Pria itu langsung menggeleng cepat.

Menepis segala perasaan aneh yang tiba-tiba hadir dihatinya. Tidak mungkin kan kalau keduanya memiliki hubungan khusus, Axelo adalah adiknya yang selama ini sangat ia sayangi, tidak mungkin kalau Axelo sampai menusuknya dari belakang.

Akhirnya malam itu ada Arsya hanya bisa merenungi keadaan nya sendiri, bahkan ponselnya dia matikan sejak pagi tadi dia pergi dari rumah. Arsya hanya ingin menguji Laura, apakah wanita itu mencari nya atau tidak.

Arsya berharap dia segera tahu apa yang membuat Laura sikapnya berubah seperti itu, ataukah karena memang sudah ada pria idaman lain, atau karena dirinya selama ini jarang untuk ada untuk istrinya itu.

Laura melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Dia tidak mendapati Arsya dirumah ketika pulang dari apartemen Axelo tadi, padahal rencananya Laura ingin mengajak Arsya jalan-jalan akibat kesal dengan Axelo yang bertindak semena-mena terhadapnya.

Namun ketika pulang ke rumah Arsya belum pulang, Laura menunggu Arsya sampai makan malam tetapi suamiku itu tidak kunjung pulang juga.

Bahkan sekarang sudah hampir tengah malam Arsya sama sekali tidak menghubunginya. Ah, kenapa Laura tidak menelepon nya saja ya, jujur wanita itu merasa jika suaminya itu sedikit aneh. Biasanya Arsya selalu menghubungi atau mengirimkan pesan padanya, tapi seharian ini Arsya sama sekali tidak mengabari apa-apa.

Kenapa Laura baru sadar jika dia sejak tadi menunggu suaminya, Laura membutuhkan Arysa saat ini. Tapi suaminya itu benar-benar bertingkat aneh dan mengabaikannya.

"Kamu kemana sih!" Laura mengambil ponselnya di atas nakas dan langsung mencari nomor suaminya.

Laura melihat tidak ada satu chat pun dari suaminya, ini benar-benar aneh. Tidak biasanya Arsya seperti ini, pria itu pasti akan mengirimkan pesan pada Laura bahkan saat akan terbang ataupun sudah mendarat.

"Apa aku telepon saja," gumam wanita itu.

Laura langsung memencet tanda panggilan dan langsung menempelkan layarnya ke telinga.

'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada diluar jangkauan, silahkan hubungi beberapa saat lagi ...!'

"Kenapa nomornya tidak aktif?" Laura mencoba menghubungi kembali nomor Arsya tapi tetap tidak bisa tersambung.

Entah perasaannya saja, dia merasa jika Arsya mulai mencurigai dirinya.

"Ah, kenapa aku bisa sampai abai sama Arsya! Gara-gara Axelo yang memutuskan hubungan, membuatku melupakan suamiku sendiri!"

Laura mendekap ponselnya, memikirkan jika selama beberapa hari ini dia memang selalu mengabaikan Arsya.

Kemudian wanita itu memutuskan untuk mengirimkan pesan pada pria yang selama ini begitu tulus padanya itu.

'Mas, kamu kemana? Kok nggak kasih kabar? Apa kamu sudah kembali terbang? Tolong kabari kalau sudah on lagi ya, i miss you!'

Ada sebersit rasa bersalah dihatinya, Laura sadar jika selama ini dia telah menduakan Arsya, apakah jika suaminya itu mengetahui hubungan gelapnya bersama Axelo, dia akan diceraikan oleh Arsya?

'Kenapa aku jadi bimbang!'

***

Keesokan harinya.

Laura terbangun dari tidurnya saat mendengar kumandang adzan subuh, perempuan itu merasa ingin buang air. Setelah menyelesaikan pekerjaan nya dikamar mandi, wanita itu melihat ponselnya, berharap suaminya itu sudah membalas pesannya.

Namun nihil, tidak ada pesan balasan dari Arsya karena nomornya belum aktif.

Laura menghela nafas, rasanya sungguh tidak enak, ada yang mengganjal di hatinya. Mungkin dia tidak akan masuk ke kantor dulu, bukankan Axelo sudah menyuruh nya resign dari perusahaan.

****

Seperti biasa, keadaan kantor selalu heboh semenjak Axelo mengumumkan bahwa pria itu akan menikah dengan staff karyawan di perusahaan nya sendiri.

Kalau seperti ini rasanya Andara ingin berhenti saja, sejujurnya dia tidak bisa tenang bekerja dengan menjadi bulan-bulanan para sahabatnya di kantor.

"Dara, lo pakai apa sih bisa bikin Pak Axel klepek-klepek gitu, ajarin dong!"

"Iya loh, selama ini banyak yang nyari perhatian sama Pa Axel, tapi nggak ada yang bisa menarik hatinya, ternyata lo bisa ya, padahal menurut gue lo tuh nggak cantik-cantik amat, yahh masih cantik kan gue lah!"

"Apa jangan-jangan, lo ngasih keperawanan sama Pak Axel dan bikin dia klepek-klepek?"

BRAK!

Andara menggebrak meja nya, rasanya sudah habis kesabarannya jika dia selalu diejek seperti itu. Di kira gampang apa jadi calon istrinya CEO, nyatanya Andara malah sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari para karyawan wanita lain.

"Eh, punya mulut tuh dijaga, kalau kalian menghina gue seperti itu, berarti kalian juga udah menghina Pak Axel, jangan sampai omongan kalian pada nyampe di telinga Pak Axel ya? Bisa dipecat secara tidak terhormat!" Andara menunjuk tiga perempuan yang mendatangi nya di pantry itu.

Sejak seluruh karyawan tahu jika dia menjadi calon istrinya CEO mereka, Andara kerap sekali di buli para fans fanatik calon suaminya itu.

"Hahaha, masa sih? Gue nggak takut sama ancaman lo, paling juga Pak Axel cuma kasih peringatan dan nggak akan berani keluarin kita-kita, karena kita lebih senior dibanding lo!"

Andara mengepalkan tangannya, ingin sekali dia menyumpal mulut para wanita yang banyak bicara itu.

'Lihat saja, gue akan ngadu sama Axel!'

****

"Apa?? kenapa kita dipecat?" seru para wanita itu tidak percaya.

"Kalian sudah tidak sopan karena membicarakan Bapak Axelo dan Andara dibelakang, padahal kalian sendiri tahu konsekuensinya? jadi terima pesangon kalian dan silahturahmi keluar dari perusahaan ini!"

Andara tersenyum angkuh sambil menaikkan dagu saat melihat ketiga orang itu menangis karena pemecatan yang diterima.

"Hahaha, makanya jadi orang tuh kalau ngomong pake otak, apa mulut kalian itu nggak pernah disekolahin! seenaknya jidat ngatain orang!" seru Andara bersedekap dada.

Enak saja mengatai Andara menyerahkan kesuciannya hanya demi agar menjadi istri Axelo. Padahal mereka tidak tahu saja jika Axelo membayar Andara hanya untuk menjadi istrinya.