Seperti kata pepatah, "Setelah kehilangan, barulah dia menyadari perasaannya." Itulah yang dialami oleh Revandra Riddle, pria berusia 30 tahun yang menikahi Airin Castela dalam pernikahan kontrak selama 5 tahun. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan; kedua orang tua Revan sangat menyukai Airin, sementara Erika Queen, kekasih Revan, justru menjadi sosok yang dibenci. Untuk itu, demi memisahkan mereka berdua, orang tua Revan menjodohkan dirinya dengan Airin.
Namun, selama pernikahan itu, Revan tak pernah memberi hatinya pada Airin. Ia terus berlaku kasar dan dingin, menunjukkan kebencian yang mendalam terhadap istrinya. Namun, takdir seakan ingin memberinya pelajaran; suatu hari, Revan mengetahui bahwa Erika, sang pujaan hati yang ia lindungi selama ini, ternyata telah mengkhianatinya. Detik itu juga, Revan tersadar akan kesalahannya. Airin yang selama ini bersabar dengan segala perlakuan buruknya, justru merupakan wanita yang setia dan mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gebi salvina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Hujan rintik-rintik turun dari langit, menciptakan suasana yang teduh dan melankolis. Airin baru saja selesai mandi, mengenakan pakaian yang rapi dan wangi. Rasa lapar mulai melanda perutnya, dan pikirannya langsung tertuju pada steak yang lezat di restoran favoritnya dulu bersama almarhum papanya.
Airin menarik napas dalam-dalam, merasakan kehangatan kenangan bersama papanya sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu apartemennya. Namun, begitu pintu terbuka, dia terkejut melihat sosok yang tak terduga berdiri di depan pintu.
"Revan?" gumam Airin dengan kening berkerut. Di hadapannya, mantan suaminya itu tersenyum kecil sambil menatapnya.
"Mau kemana?" tanya Revan dengan nada santai, seolah kehadirannya di sana adalah hal yang biasa saja.
Airin menelan ludah, mencoba untuk meredam kejutan dan kegelisahan yang mulai menjalar di dadanya. "Hmm, cari makan," jawabnya singkat, berusaha bersikap seolah tak terpengaruh oleh kehadiran Revan.
Dengan langkah yang ragu, Airin melangkahkan kaki keluar dari apartemennya, menutup pintu dengan hati-hati di belakangnya. Namun, dalam hati kecilnya, dia tak bisa menahan rasa penasaran mengapa Revan tiba-tiba muncul di apartemennya saat dia hendak mencari pengobat rindu pada kenangan bersama almarhum papanya.
"Aku antar, " Ucap Revan menawarkan diri.
"Revan, aku bisa pergi sendiri," ucap Airin dengan nada tegas saat mereka sudah tiba di lobi. Revan tetap bersikukuh untuk mengantarnya, meski dia tahu bahwa Airin masih sangat marah padanya.
"Airin, kamu sudah berjanji membiarkan ku mengejarmu, tolong beri aku kesempatan," ucap Revan dengan nada memohon. Tangannya mencengkeram lengan Airin, berusaha meyakinkan wanita itu untuk memberinya kesempatan.
Airin menghela nafas panjang, merasa tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan mantan suaminya yang keras kepala itu. "Baiklah, tapi jangan tarik-tarik aku seperti ini," ucapnya kesal.
Revan mengangguk dan segera membuka pintu mobil untuk Airin. Setelah Airin duduk di bangku penumpang, Revan segera menyalakan mesin mobil dan melaju perlahan keluar dari parkiran apartemen.
Di dalam mobil, suasana hening dan tegang. Airin menatap keluar jendela, berusaha menghindari kontak mata dengan Revan. Sementara itu, Revan terus mencuri pandang ke arah Airin, mencari tahu apa yang ada di benak wanita itu.
Setelah beberapa saat, Revan akhirnya mencoba memecah keheningan. "Airin, aku tahu aku pernah menyakitimu, dan aku sangat menyesal. Tapi aku sungguh ingin memperbaiki semuanya, jika kamu mau memberiku kesempatan," ucapnya dengan suara bergetar.
Airin tetap diam, terlihat seperti tidak mendengarkan perkataan Revan. Namun, di balik tatapan kosongnya, hati Airin sebenarnya tercabik-cabik. Dia masih mencintai Revan, tetapi rasa sakit yang pernah dialaminya membuatnya enggan untuk kembali.
Mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Revan menghentikan mobil dan menatap Airin dengan harap. "Terima kasih sudah mau memberiku kesempatan, Airin. Aku janji, kali ini aku akan berusaha lebih keras untuk membuatmu bahagia," ucapnya tulus.
Airin menatap Revan sejenak, lalu turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Revan tersenyum sedih, menyadari bahwa jalan untuk merebut hati Airin kembali masih sangat panjang dan berliku. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja.
Revan turun dari mobil, mengikuti langkah Airin menuju restoran mewah di depan mereka. Dari kejauhan, tampak cahaya lampu-lampu kota yang berkelap-kelip melalui jendela kaca gedung. Dada Revan berdegup kencang, dia tidak pernah membayangkan akan berada di tempat seperti ini bersama Airin.
Mereka berjalan melewati ruangan yang dipenuhi kursi-kursi elegan dan meja makan yang tertata rapi, hingga akhirnya tiba di meja yang terletak di sudut ruangan, tepat di tepi jendela kaca. Dari sini, pemandangan kota semakin jelas terlihat dengan lampu yang berkelap-kelip.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Airin dengan nada sedikit kesal, namun di balik itu tersembunyi rasa penasaran. Revan menghela nafas, hendak menjawab ketika tiba-tiba pelayan datang membawakan menu.
"Aku pesan Rib-eye steak, lalu minumnya Cranberry juice," ucap Airin, sambil menyerahkan menu pada Revan. Dia menatap menu dengan seksama, mencoba mencari makanan yang sesuai dengan seleranya.
"Aku pesan Wagyu Kobe, tingkat kematangan medium rare," kata Revan akhirnya. Pelayan tersenyum dan mencatat pesanan mereka sebelum meninggalkan meja.
Revan menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan Airin sebelumnya. "Aku mengikutimu karena aku ingin menemani dirimu, Airin. Aku ingin tahu apa yang membuatmu tertarik dengan tempat seperti ini, dan aku ingin berbagi momen ini bersamamu," ucapnya dengan tulus.
Airin menatapnya dalam-dalam, mencoba membaca kejujuran di balik kata-kata Revan. Setelah beberapa detik, senyuman tipis terukir di bibirnya. "Kau seperti berubah menjadi orang lain, baiklah, selagi tidak mengganguku maka aku akn membiarkanmu," sahutnya pelan.
Sambil menunggu pesanan mereka, Airin asyik berkirim pesan dengan Raya di ponselnya. Revan, yang selama ini tak pernah benar-benar memperhatikan Airin, kini tidak bisa melepaskan pandangannya dari mantan istrinya itu. Ia baru sadar betapa cantiknya Airin sebenarnya.
Di tengah keheningan yang menyelimuti mereka, tiba-tiba datang sekumpulan wanita cantik mendekati meja mereka. Mereka berjalan dengan anggun dan percaya diri, menarik perhatian semua orang di restoran.
"Hai, kamu Airin, kan?" tanya salah satu wanita dengan senyum manis.
Airin mengangkat wajahnya dari ponsel, melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya. "Oh, kalian?" jawabnya dengan nada terkejut.
"Kami teman masa sekolahmu, aku Sandra, ini Dewi, Lita, dan Laura," perkenalkan Sandra sambil menunjuk satu per satu temannya.
Mendengar nama-nama teman lamanya, Airin merasa bersemangat. Beberapa tahun telah berlalu sejak terakhir kali mereka bertemu, dan kini mereka berkumpul kembali di restoran ini. Airin tersenyum lebar, lalu mengajak mereka untuk bergabung di meja mereka.
"ini siapa? " tanya Laura, menyenggol bahu Airin dengan senyum menggoda.
Airin terdiam, teman-temannya ini tidak ada yang tau kalau dia sudah menikah, apalagi bercerai, rasanya sedikit malu jika mengatakan dia makan bersama mantan suaminya.
"saya, Revan, kekasihnya Airin. " ucap Revan, memperkenalkan diri kepada teman-teman Airin.
"oouh... " ke empat wanita cantik itu berseru menggoda. Melirik Airin dengan alis naik turun.
Airin melirik kearah Revan, pria itu tersenyum senang, dalam hatinya Airin merasa jengkel dan tidak terima pengakuan pria itu atas dirinya.
Wanita-wanita itu duduk, lalu mulai bercakap-cakap mengenai kenangan masa lalu dan perkembangan hidup mereka masing-masing. Airin tertawa riang, menikmati kebersamaan ini. Sementara itu, Revan terdiam, masih takjub dengan kecantikan Airin dan betapa ia telah melewatkan begitu banyak momen indah bersama wanita ini.
Perlahan, Revan mulai menyadari kesalahannya dahulu yang tak menghargai Airin. Di tengah kehangatan pertemuan ini, ia merenung dan berharap suatu saat nanti, mereka bisa memperbaiki hubungan yang sempat retak tersebut.
Setelah selesai makan malam, dan juga pertemuan tidak terduga Airin dengan teman lamanya dulu, kini dia bersiap hendak pulang karena sudah sangat lelah dan mengantuk.
"Aku pulang sendiri saja," tolak Airin ketika Revan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Airin ingin segera beristirahat dan merasa tak ingin merepotkan Revan lebih jauh.
"Kamu masuk sendiri atau mau aku gendong," ancam Revan dengan nada serius, mencoba untuk menghibur Airin yang terlihat kesal. Namun, Airin hanya mendecakkan lidahnya, tidak terpengaruh oleh ucapan Revan.
Revan dengan sengaja memperlambat laju mobilnya, berharap bisa berada lebih lama bersama Airin. Dia mencoba mengajaknya berbicara dengan candaan dan godaan, namun Airin sama sekali tidak menggubrisnya.
Airin menatap keluar jendela, menikmati pemandangan pohon-pohon rindang yang berjajar di tepi jalan. Matanya terasa berat, dan tanpa terasa, ia tertidur pulas dengan kepala yang menengadah ke samping. Revan tersenyum melihatnya, dan dengan lembut mengusap kepala Airin yang terlelap.
"Maafkan aku, sudah menyakitimu, " Gumamnya pelan, sambil tetap fokus mengemudikan mobilnya.
Sesampai di apartemen, Revan tak tega membangunkan Airin yang masih tertidur. Ia memutuskan untuk menggendong mantan istrinya itu dengan hati-hati. Menyusuri lorong apartemen, Revan melangkah perlahan menuju lift, dan naik ke lantai tempat apartemen Airin berada.
Revan merasa hangat saat menggendong Airin. Meski dulu tidak ada cinta, tetapi kini ada rasa sayang yang muncul di hatinya. Namun, ia sadar bahwa kini mereka telah berpisah dan akan terus berusaha agar bisa kembali bersama. Dalam diam, Revan berharap kebahagiaan selalu menyertai Airin dalam kehidupannya.
***
Kalau Kayla hidup menderita maka Rudi akan turut menderita kemudian Ibu kandung Airin sakit hati ,
Biar Rudi tahu bagaimana derita Airin setelah kehilangan ibu kandung ketika melihat Kayla menderita , Biar Rudi dan Ibu kandung Airin merangkak di kubur Ayah kandung Airin demi memohon ampun ,
Dosa kita dengan Allah SWT itu mungkin di ampun tapi dosa kita dengan manusia bagaimana mahu mohon ampun kalau orang itu sudah tidak lagi ada di dunia .
glirn ga undang aja,bru hboh...ga ush ngrsa jd krban deh,sdngkn klian jg tau spa pnjhatnya....iri blang dong,ga ush ftnah2 sgla.....tar airin bongkar kbusukan bpkmu sm emak tiri trcntamu....