Jingga Ariana menjadi sosok gadis cuek dan anti terhadap makhluk yang namanya laki-laki semenjak dikhianati oleh tunangannya saat dirinya hendak memberikan kejutan ulang tahun.
Langit Putra Ramadhan anak pertama dari Sebastian Putra dan Mutia Arini menjadi sosok mahasiswa yang cuek dan dingin pada wanita, dan kemana-mana selalu ada Bintang di sampingnya.
Akankah takdir menemukan kedua insan muda itu? Kutub ketemu kutub saling tarik menarik ataukah saling tolak menolak?
Cerita ini masih satu rentetan dengan @wanita itu ibu anakku dan Tulisan Tinta Tania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijin Daddy
Hampir lima hari Jingga dirawat. Untungnya perdarahan di kepala tidak memerlukan tindakan operasi.
Karena sudah tak merasakan pusing, hari ini Jingga diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat.
Ayah dan mama masih setia menunggu putri tunggalnya itu. Bahkan mereka berdua mengajukan cuti dari kerjaan untuk menunggu Jingga dirawat.
Ayah Pramono hendak menanyakan sesuatu tentang kronologi kejadian tapi urung dilakukan. Karena sebelumnya Jingga masih lumayan sering merasakan pusing di kepala. Bisa jadi dari efek benturan keras di aspal jalanan.
"Jingga, sudah dengar kan apa kata dokter? Hari ini sudah boleh pulang. Ayah mau nyelesaikan admin dulu. Mah, tolong beresin barang-barang Jingga!" kata ayah.
Jingga mengangguk.
Ayah keluar kamar, dan berpapasan dengan Mega dan Firman serta beberapa teman lain.
"Loh kalian? Nggak pada kuliah?" tanya ayah Pramono.
"Iya Om, kebetulan dosen berhalangan hadir. Jadi kita semua cabut ke sini" terang Firman.
"Nggak pada bohong kan?" canda ayah Pramono.
"Enggak lah Om, kali ini emang sedang kosong" ucap Mega.
"Ya sudah, Om mau ke admin duluan. Hari ini Jingga sudah boleh pulang" terang ayah Pramono.
Mega dan kawan-kawan masuk ke kamar rawat Jingga sementara ayah Pramono meneruskan niatnya untuk pergi ke admin.
Mega datang dan langsung memegang kepala Jingga yang masih dibalut perban.
"Eh, Jingga masih ingat kan siapa gue? Lo nggak amnesia kan?" seru Mega.
"Isshhh apaan sih. Lo Firman kan?" kata Jingga yang tentu saja bercanda.
"Loh, otak lo gesrek kah. Kenapa yang diingat cuman Firman" timpal Mega.
Sementara yang lain ikutan terbahak mendengar candaan mereka berdua.
"Mega, abis ini bisa minta tolong nggak?" ucap Mega.
"Apaan?" tanya Mega.
"Anterin aku potong rambut. Mau kupotong modelan Firman ajah" bilang Jingga.
"Hah?" bengong yang lain. Firman yang berkepala plontos.
Mega memegang kening Jingga.
"Nggak panas kok?" kata Mega.
"Iissshhh apaan sih" sungut Jingga membuat yang lain ikutan terbahak.
Dan sejak masuk rumah sakit saat itu, Langit tak menampakkan batang hidungnya. Bahkan Jingga juga belum sempat menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Langit.
"Oh ya Mega, sampaikan rasa terima kasih ku untuk kak Langit sama kak Bintang" ucap Jingga.
"Sampaikan sendiri dong. Kamu kan juga kenal sama mereka" tukas Mega.
"Loh, Langit itu kakak kamu Mega?" sela ayah Pramono yang barusan balik dari admin.
"Iya Om" jawab Mega.
"Kakak kamu itu juga pernah nolongin Om loh, waktu mobil Om mogok" cerita ayah Pramono.
"Iya kah? Kakak memang the best lah" puji Mega saat tak ada kakaknya.
.
Sementara itu Langit tengah debat dengan Dad Tian di lantai tertinggi gedung pencakar langit milik perusahaan Blue Sky.
"Nggak akan Langit. Dad musti bilang berapa kali. Kalau Dad tak akan ngijinin kamu ikut balapan meski tingkat keamanannya bertaraf internasional sekalipun" bilang Dad.
"Please Dad. Beri kesempatan Langit. Aku sudah melewati tahap seleksi. Dan aku dapat kontrak dari perusahaan besar. Bukan Blue Sky sih tentunya" tukas Langit.
"Perusahaan mana yang sudah berani sponsorin kamu? Akan Dad hancurin. Berani-beraninya buat anak Dad membangkang" imbuh Dad Tian.
"Aku mohon Dad" kata Langit menghiba.
Bagaimanapun ijin orang tua sangat penting bagi Langit.
Uncle Dewa kebetulan masuk ke ruangan Sebastian karena akan memberikan laporan yang diinginkan Sebastian tadi pagi.
"Wah, ada apaan ini? Pakai acara bersimpuh segala?" tanya Dewa heran karena melihat Langit sedang duduk bersimpuh di depan Dad.
"Apa kamu dihukum Langit? Nggak dikasih uang saku? Yang tenang, Uncle ada nih" ucap Dewa mengajak bercanda bapak sama anak itu.
Sebastian seperti biasanya melempar apapun yang ada di dekatnya.
"Dad" seru Langit.
"Berapa kali Dad harus bilang. Kalau enggak ya enggak" tegas Tian. Tentu saja membuat Langit kecewa.
"Ada apa?" bukan mau ikut campur tapi Dewa memang penasaran.
"Tuh, keponakan kamu ingin ikut balapan minggu depan di negara tetangga" info Sebastian.
"Wah bagus tuh, uncle sama uncle Arga pasti akan jadi suporter kamu yang paling depan dech" seru Dewa yang juga hobi otomotif itu.
Pelototan Sebastian pun didapat oleh Dewa.
"Pisss bos. Aku hanya ingin mendukung keponakanku. Lagian itu kan hal yang positif, ngapain kamu tak setuju? Karena faktor keselamatan? Hello, semua kegiatan pasti beresiko bosss" seru Dewa, yang sekarang ikutan membantu Langit.
"Ayolah Dad" rengek Langit. Anak pertama itu sangat kuat kalau punya keinginan.
Dad Tian masih terdiam, masih berpikir dan menimbang untuk memberi keputusan.
"Apalagi yang kamu pertimbangkan?" sela Dewa.
"Diam kamu!" hardik Tian.
"Oke, Dad akan setuju. Tapi ada syaratnya" kata Sebastian.
"Apapun itu Dad. Asal Dad menyetujui Langit ikutan balapan" bilang Langit, tentunya sangat senang dia hari ini karena mendapat persetujuan dari Dad nya.
Kesempatan ini. Pikir Sebastian. Kelicikan Sebastian muncul di saat yang tepat. Langit yang biasanya sangat sulit untuk belajar di perusahaan. Kali ini kesempatan Sebastian untuk meminta nya. Langit tak mau menjadi penerus Blue Sky, dan berharap Bintang dan Awan lah yang akan meneruskan.
"Apa Dad?" sela Langit. Dia tak memikirkan jika Dad nya adalah manusia yang sangat licik kali ini, karena terlalu bahagia mendapatkan ijin.
"Hhhmmmm, syaratnya adalah..." Sebastian sengaja menjeda ucapannya.
"Come on Dad" seru Langit tak sabar.
"Mulai besok, pulang kuliah kamu bantuin Dad di perusahaan" seru Dad Tian.
Langit duduk lemas seketika. Tak menyangka Dad Tian memanfaatkan momen ini untuk meminta hal yang sebelumnya sangat ditolak oleh Langit.
"Gimana? Tak mau maka Dad juga tak akan mengijinkan. Balance kan?" imbuh Sebastian.
"Dad kamu tuh tak mau rugi Langit" ucapan Dewa mengompori.
"Diam kamu, jangan ikut campur urusan dalam negeri keluarga aku" seru Sebastian.
"Heleh" ucap Dewa menanggapi.
"Oke Dad, Langit setuju. Tapi bulan depan setelah acara balapan selesai. Aku masih fokus sama latihan" ujar Langit.
"Oke deal" Sebastian mengajak salaman putra sulungnya itu. Dan Langit pun menyambutnya.
Bersamaan itu, Mutia hadir di sana.
"Tuh, bunda harus jadi saksi" kata Dad Tian.
"Apaan? Kok pake saksi segala?" tanya Mutia yang memang sengaja datang untuk mengantar makan siang buat suami tercinta.
Langit memeluk bunda. "Dad sudah setuju aku ikut balap" bisik Langit.
Dad Tian mendekat. Meski sama putranya mana mau dia mengalah.
"Nggak ada acara peluk memeluk. Intinya Dad sudah setuju. Jangan lupa janji kamu" seru Tian sambil melerai pelukan keduanya.
"Ha...ha...masih saja posesif, meski sama anak sendiri" olok Dewa terbahak.
"Bun, Dad...Langit pergi dulu. Makasih atas ijinnya" ucap Langit.
"Mau ke mana?" tanya bunda.
"Latihan bun. Kan sudah dapat lisensi ijin dari Dad" ujar Langit tersenyum. Senyum yang sangat jarang terlihat di bibir Langit.
"Oke. Hati-hati. Jangan ngebut!" nasehat Mutia.
"Gimana sih bun, kalau nggak ngebut bukan balapan dong" seloroh Sebastian dan disambut tawa Dewa.
Sementara Langit sudah hilang dari pandangan mereka bertiga.
Dengan senang Langit memberi kabar kepada Arga dan Bintang. Jika ijin Dad Tian telah dikantongi oleh nya.
Kali ini Arga lah yang menjadi sponsor utama Langit sekaligus akan menjadi ketua tim mekanik.
Langit sangat percaya akan kemampuan Arga.
Dan tak perlu menunggu lama, Langit sudah sampai aja di tempat Arga.
"Beneran Dad lo ngijinin?" tandas Arga sekali lagi.
"Beneran uncle. Tapi ya itu ada syaratnya" imbuh Langit.
"Pasti lo disuruh belajar di perusahaan kan?" tebak Arga ngasal.
"Kok uncle tahu?" penasaran Langit.
"Modus Dad kamu itu terlalu gampang ditebak" tukas Arga dengan tawa nya.
"Maksud uncle?" lanjut Langit.
"Pura-pura tak setuju, agar lo mau ngikutin syaratnya...ha...ha...." terang Arga.
Terlalu lama kenal dengan Tian, Arga sampai hafal dengan trik-trik CEO Blue Sky itu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued, happy reading