Bagaimana jika sikap baik dan penuh perhatian sang suami ternyata adalah sebuah sandiwara untuk menutupi kesalahannya?
Dara Jelita tidak pernah menyangka kalau Raditya Pratama, suami yang sangat dicintainya ternyata menyimpan banyak rahasia. Cinta yang ditunjukkan oleh suaminya ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebohongan yang selama ini disembunyikannya selama bertahun-tahun.
Akankah Dara tetap bertahan dalam pernikahannya setelah tahu rahasia yang disembunyikan oleh suaminya?
Yuk, simak kisahnya di sini. Jangan lupa siapin tisu karena cerita ini mengandung banyak bawang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENYESALAN MEMANG SELALU DATANG TERLAMBAT
"Jadi Papa sudah tahu?" Dara sungguh merasa terkejut mendengar ucapan sang papa.
"Papa akan menyuruh Davin untuk menjemputmu." Bukannya menjawab, Haris Sanjaya, sang papa justru mengucapkan kalimat lain.
"Assalamualaikum." Haris mematikan panggilan teleponnya secara sepihak.
"Waalaikumsalam." Dara menatap layar ponselnya yang sudah menggelap.
Perempuan itu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Rasanya, tubuhnya terasa lemas sekarang. Semua orang sudah tahu tentang Raditya. Termasuk papanya. Kenapa hanya dirinya saja yang seperti orang bodoh tidak mengetahui pengkhianatan Raditya selama bertahun-tahun?
"Sial! Sial! Sial!"
Dara baru saja ingin meletakkan ponselnya di atas nakas saat benda pipih itu tiba-tiba berdering. Terlihat nama Davin pada layar ponselnya.
"Davin brengsek! Bisa-bisanya dia bekerja sama dengan papa untuk membohongiku." Dara memaki pria yang saat ini sedang melakukan panggilan padanya.
"Terus saja menelepon sampai pagi, karena aku tidak akan mengangkatnya." Dara menggerutu kesal.
Perempuan itu lebih memilih mematikan ponselnya daripada berdebat dengan Davin.
Sementara itu, di dalam sebuah rumah besar di kawasan elit, pria gagah bernama Haris Sanjaya baru saja meletakkan ponselnya di atas meja.
"Kalau kita tidak bergerak cepat, Dara pasti akan terus bersikap bodoh dan menganggap laki-laki bajingan itu seperti malaikat." Haris mengepalkan tangannya menahan amarah.
Sebenarnya, Haris bisa saja memberitahukan putrinya tentang kebusukan Raditya dari dulu. Namun, rasa cintanya Dara pada Raditya pasti akan membuat putri semata wayangnya itu tidak akan percaya dan menerima apa yang terjadi.
Dara pasti akan mengira kalau papa dan mamanya menggunakan kekuasaan mereka untuk memfitnah Raditya. Perempuan itu tipe orang yang tidak mudah percaya dengan ucapan orang lain kecuali dirinya melihat langsung dengan mata kepala sendiri.
Setiap kali ingin memberitahukan kelakuan Raditya pada putrinya, Haris dan istrinya, Ana Sanjaya selalu berpikir ulang.
Apalagi, saat mereka melihat bagaimana putrinya sangat bahagia meskipun lelaki bernama Raditya itu tidak pernah mencukupi kebutuhan hidupnya yang biasa bergelimang harta.
"Biarkan saja dulu, Pa. Biar buat pelajaran juga buat Dara. Lagipula, kalaupun kita mengatakan kebenarannya sekarang, putri kita tidak akan pernah mempercayainya." Ucapan Ana pada waktu mereka mengetahui pernikahan Raditya.
Bukan mereka tidak kasihan pada Dara, hanya saja, mereka sangat hapal sifat Dara seperti apa.
"Davin, kamu bantu Dara menyelesaikan urusannya dengan cepat. Sewa pengacara yang paling bagus agar gugatan cerainya disetujui oleh pengadilan." Haris menatap Davin, lelaki yang ia ketahui sangat mencintai putrinya.
"Baik, Om. Sebisa mungkin, aku akan membantu Dara sampai dia terlepas dari pria itu."
"Terima kasih, Davin." Ana berucap dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Tidak perlu berterima kasih, Tante. Biar bagaimanapun, Dara adalah sahabatku dari kecil. Aku akan dengan senang hati membantunya."
"Kamu memang pria baik, Davin." Ana mengusap bahu laki-laki berparas tampan itu.
Davin hanya tersenyum menanggapi ucapan Ana.
"Kumpulkan semua bukti perselingkuhan bajingan itu. Aku yakin, Dara akan membutuhkannya saat di pengadilan."
"Baik, Om."
***
Raditya pulang ke rumahnya dengan wajah lelah. Rumah besar itu terlihat gelap karena waktu sudah menunjukkan tengah malam.
Niat hati ingin menginap di rumah Dara dan merayu perempuan itu, yang terjadi justru sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Istri pertamanya itu pergi meninggalkan rumah dan ingin menceraikannya.
Raditya menatap ke sekeliling rumah mewah yang dia beli atas namanya itu. Rumah mewah yang ia sembunyikan dari Dara. Rumah yang ia beli setelah menikahi Kinara.
Jika benar Dara menggugat cerai, dan gugatan cerainya disetujui oleh pengadilan, maka, rumah ini beserta isinya akan jatuh ke tangan Dara.
Raditya meremas rambutnya dengan kasar. Penyesalan memang selalu datang terlambat.
"Aku bukan hanya akan kehilangan rumah ini, tetapi, semua harta yang kumiliki juga pasti akan jatuh ke tangan Dara," ucap Raditya dalam hati.
Sebenarnya, bukan harta yang membuat Raditya seperti orang bingung. Keputusan Dara untuk bercerailah yang sedari tadi mengusik Raditya. Berpisah dengan Dara adalah keinginan terbesarnya saat dirinya kembali bertemu dengan Kinara.
Akan tetapi, entah mengapa saat Dara sendiri yang mengatakan ingin bercerai dengannya, dia merasa tidak terima. Ada rasa sakit yang menyelinap dalam hatinya saat Dara mengatakan sangat muak bertemu dengannya dan akan segera melayangkan surat gugatan cerai.
Kenapa kamu berubah, Dara? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?
Tadi pagi, aku masih bisa memelukmu. Melihat wajah cantikmu yang berbinar penuh cinta. Tapi malam ini, kamu pergi meninggalkan aku. Kamu bahkan tanpa ragu ingin bercerai denganku.
Apa kamu benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi?
Bayangan wajah Dara yang menatapnya penuh luka saat memergokinya bercinta di kamar hotel, kembali terekam di kepala Raditya.
"Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bermaksud mengkhianatimu. Aku mencintainya, tapi aku juga tidak ingin melepaskanmu."
BERSAMBUNG ....
seru banget
makasih thor dah buat novel sebagus ini. semoga sampai akhir ya bagusnya