NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19

Rasa lega bercampur kebingungan masih menyelimuti mereka saat Garuda menghilang di balik pepohonan. Mereka bertiga saling pandang, mencoba mencerna kejadian yang baru saja mereka alami.

"Apa maksud semua ini?" bisik Raka, masih terpukau dengan kemunculan makhluk legendaris itu.

"Mungkin kitab itu benar-benar memiliki kehendaknya sendiri," sahut Maya, menatap Kitab Dewa Naga dengan penuh kekaguman.

Tiba-tiba, dari arah semak-semak tidak jauh dari tempat mereka berdiri, terdengar suara ranting patah. Mereka bertiga langsung menoleh dengan waspada, bersiap menghadapi bahaya lain.

Sesaat kemudian, seorang pria tua dengan janggut putih panjang dan pakaian sederhana yang tampak lusuh keluar dari balik semak-semak. Ia memegang tongkat kayu di tangannya dan matanya yang keriput menatap mereka dengan tenang. Ada aura kebijaksanaan yang terpancar dari wajahnya.

Raka dan Maya langsung merasa waspada, namun Sinta tampak mengenali pria itu. "Kakek Badra?" serunya dengan nada terkejut bercampur lega.

Pria tua itu tersenyum tipis. "Sinta? Syukurlah kau selamat, cucuku. Aku mendengar tentang serangan di desa kalian."

Raka dan Maya saling bertukar pandang. Jadi, pria tua ini mengenal Sinta.

"Kakek Badra, bagaimana Kakek bisa ada di sini?" tanya Sinta, menghampiri pria tua itu dan memeluknya.

"Aku sudah lama tinggal di hutan ini, Nak," jawab Kakek Badra sambil membalas pelukan Sinta. "Aku merasakan adanya gangguan kekuatan kuno beberapa hari ini. Dan tadi malam, aku melihat cahaya aneh di langit." Ia mengalihkan pandangannya ke arah Raka yang masih memegang Kitab Dewa Naga. "Buku itu… apakah itu Kitab Dewa Naga?"

Raka terkejut. Bagaimana pria tua ini bisa tahu tentang kitab itu? "Bagaimana Kakek bisa tahu?" tanyanya dengan nada ingin tahu.

Kakek Badra tersenyum lagi. "Aku sudah banyak mendengar cerita tentang kitab itu sejak kecil. Legenda mengatakan, kitab itu akan muncul di saat dunia membutuhkan seorang pelindung. Dan sepertinya, saat itu telah tiba." Ia menatap Raka dengan tatapan yang dalam dan penuh arti. "Aku tahu jalan menuju kuil kuno di pegunungan utara, Nak. Biarkan aku membimbing kalian."

Raka, Maya, dan Sinta saling berpandangan. Kehadiran Kakek Badra terasa seperti jawaban atas doa mereka. Seorang yang misterius dan bijaksana yang tiba-tiba muncul di saat mereka sangat membutuhkannya, dan bahkan mengetahui tujuan mereka. Mungkin ini memang takdir.

"Kami akan sangat berterima kasih, Kakek," kata Raka dengan nada penuh harapan. "Kami benar-benar tidak tahu arah menuju ke sana."

Kakek Badra mengangguk. "Mari kita pergi sekarang. Kita harus mencapai kuil sebelum kegelapan kembali menyelimuti hutan."

Dengan Kakek Badra memimpin jalan, mereka bertiga kembali melanjutkan perjalanan menuju utara. Kehadiran pria tua itu memberikan rasa aman dan harapan baru bagi Raka dan Maya. Mereka merasa tidak lagi sendirian dalam perjalanan berbahaya ini. Namun, di benak Raka masih terlintas pertanyaan, siapa sebenarnya Kakek Badra? Dan mengapa ia begitu akrab dengan legenda Kitab Dewa Naga dan kuil kuno di pegunungan? Misteri terus berlanjut, dan dengan kehadiran karakter baru ini, babak baru dalam petualangan mereka telah dimulai.

Kakek Badra memimpin mereka dengan langkah tegap meskipun usianya terlihat sudah senja. Ia tampak sangat mengenal hutan ini, tahu jalan setapak tersembunyi dan cara menghindari rintangan alam. Ia berjalan di depan, sesekali menunjuk arah atau memberikan peringatan tentang jebakan alami.

"Kuil itu sudah lama sekali ditinggalkan," kata Kakek Badra setelah beberapa saat berjalan dalam diam. "Konon, dibangun pada zaman para dewa naga masih sering menampakkan diri. Tempat itu menyimpan kekuatan yang sangat besar, kekuatan yang bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan."

"Apa Kakek tahu tentang Kitab Dewa Naga?" tanya Raka, tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

Kakek Badra mengangguk pelan. "Tentu saja. Kitab itu adalah kunci. Kunci untuk mengendalikan kekuatan kuil, dan mungkin juga kunci untuk mengalahkan kegelapan yang mengancam dunia kita." Ia menatap Raka dengan tatapan yang dalam. "Tapi kitab itu hanya akan memberikan kekuatannya kepada orang yang berhati murni dan memiliki garis keturunan yang tepat."

Kata-kata Kakek Badra membuat Raka kembali teringat pada tanda lahir di tangannya. Apakah Kakek Badra tahu tentang hal itu? Apakah ia tahu tentang takdir Raka?

"Apa yang akan kami temukan di kuil itu, Kakek?" tanya Maya, suaranya penuh harap.

"Kebenaran," jawab Kakek Badra singkat. "Kebenaran tentang masa lalu, tentang masa kini, dan tentang masa depan yang menanti kalian. Tapi perjalanan ke sana tidak akan mudah. Ada banyak rintangan yang harus kalian hadapi."

Benar saja, perjalanan mereka semakin menantang. Mereka harus melewati hutan yang semakin lebat dan gelap, mendaki bukit-bukit terjal, dan menyeberangi sungai-sungai yang deras. Kakek Badra, meskipun sudah tua, tampak sangat kuat dan berpengetahuan, selalu tahu jalan terbaik untuk melewati setiap rintangan.

Saat mereka beristirahat di tepi sungai, Sinta bertanya kepada Kakek Badra, "Kakek mengenal desa kami? Kakek tahu kenapa desa kami diserang?"

Kakek Badra menghela napas. "Aku tahu banyak hal tentang wilayah ini, Nak. Dan aku tahu bahwa Kaldor dan para pengikutnya sedang mencari artefak kuno untuk memperkuat kekuatannya. Kitab Dewa Naga hanyalah salah satu dari mereka."

"Artefak lain?" tanya Raka dengan nada terkejut. "Apa saja artefak itu?"

"Ada banyak," jawab Kakek Badra. "Setiap artefak memiliki kekuatan yang unik dan bisa memberikan kekuasaan yang besar jika digunakan dengan benar. Tapi jika jatuh ke tangan yang salah, bisa menimbulkan malapetaka."

Percakapan mereka terhenti oleh suara pekikan nyaring dari langit. Mereka mendongak dan melihat seekor burung gagak hitam besar terbang berputar-putar di atas mereka.

"Itu bukan burung biasa," kata Kakek Badra dengan nada waspada. "Itu mungkin mata-mata Kaldor."

Mereka bertiga segera bangkit dan melanjutkan perjalanan dengan lebih cepat. Mereka harus mencapai kuil sebelum mata-mata itu melaporkan keberadaan mereka kepada Zyra atau bahkan Kaldor sendiri.

Saat hari mulai senja, mereka akhirnya melihat siluet pegunungan yang menjulang tinggi di kejauhan. Puncak-puncaknya tampakRuncing dan diselimuti kabut tipis. Kakek Badra menunjuk ke salah satu puncak yang tampak berbeda dari yang lain, dengan formasi batu yang unik.

"Kuil itu ada di sana," katanya. "Di puncak Gunung Merapi Purba."

Rasa lega dan harapan kembali membakar semangat mereka. Mereka sudah dekat. Namun, Kakek Badra menambahkan dengan nada serius, "Ingatlah, Nak. Kuil itu dijaga oleh kekuatan kuno. Hanya orang yang benar-benar berhak yang bisa memasukinya. Hati-hati dengan setiap langkah kalian."

Saat mereka semakin mendekati kaki gunung, Kakek Badra membawa mereka menyusuri jalan setapak yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Jalan itu semakin menanjak dan terjal, tetapi pemandangan di sekitar mereka semakin indah dan menakjubkan.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki di depan mereka. Mereka bertiga berhenti dan bersembunyi di balik bebatuan besar. Dari balik pepohonan muncul beberapa sosok berjubah hitam, jumlahnya lebih banyak dari yang pernah mereka lihat sebelumnya. Mereka tampak sedang mencari sesuatu atau seseorang.

"Pengikut Kaldor," bisik Sinta dengan nada ketakutan. "Mereka pasti sudah tahu kita menuju ke sini."

Kakek Badra menghela napas. "Kita tidak bisa menghindar lagi. Kita harus melewati mereka. Ikuti aku, dan jangan sampai terpisah."

Dengan Kakek Badra di depan, mereka bertiga keluar dari tempat persembunyian mereka dan berjalan dengan berani menuju arah para pengikut Kaldor. Pertemuan yang tak terhindarkan telah tiba, dan perjalanan mereka menuju kuil kuno akan segera diuji dengan pertempuran yang sesungguhnya.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!