TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK DIBACA, KALIAN BISA PILIH NOVEL YANG LAIN (DISARANKAN YANG TERBIT DARI 2022 KE ATAS) ... KALAU MASIH NEKAT, SILAHKAN DIMAKLUMI SEMUA KEANEHAN YANG TERDAPAT DI DALAM NOVELNYA.
SEKIAN _ SALAM HANGAT, DESY PUSPITA.
"Aku merindukanmu, Kinan."
"Kakak sadar, aku bukan kak Kinan!!"
Tak pernah ia duga, niat baiknya justru menjadi malapetaka malam itu. Kinara Ayunda Reva, gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA harus menelan pahit kala Alvino dengan brutal merenggut kesuciannya.
Kesalahan satu malam akibat tak sanggup menahan kerinduan pada mendiang sang Istri membuat Alvino Dirgantara terpaksa menikahi adik kandung dari mendiang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa? Apa Masalahmu?
Beberapa waktu berlalu. Semua masih sama. Saling diam, tak ada satu orang pun yang ingin memulai pembicaraan. Vino memilih duduk di sebuah kursi kosong yang ada di sana. Afkhar hanya terdiam, sedangkan Kinara menatap tak tentu arah, menghindari bertatap muka dengan Vino secara langsung.
"Hemmm … tak bisa dibiarkan," gumam Gio dalam batinnya. Gio yang semula berpura–pura tidur pun segera terbangun dari kepura–puraannya.
"Woaaa …"
Gio memerankan aktingnya seolah–olah ia memang tengah terbangun dari tidurnya. Ia menatap sang kakak dengan tatapan tak bersahabat yang sulit untuk diartikan.
"Sudah jam segini," ucap Gio sembari menatap jam dinding yang ada di sana.
"Afkhar pulanglah. Kinara harus istirahat kembali," usir Gio dengan halus. Bukan tanpa alasan. Keberadaan Afkhar dan juga Vino dalam satu ruangan membuat suasana semakin canggung dan aneh.
Afkhar menoleh ke arah Kinara, meminta persetujuan dari gadis ayu itu. Kinara mengangguk, mengiyakan Afkhar yang sebenarnya berharap Kinara menahannya untuk tetap di sana. Afkhar hanya bisa menghela napas kasar.
"Baiklah." Afkhar menatap datar kedua pria yang ada di sana. Kemudian ia menoleh ke arah Kinara sembari tersenyum hangat. "Aku pulang dulu Rev," pamitnya pada Kinara.
"Iya. Hati–hati."
"Hem," Afkhar mengangguk. Ia mulai beranjak.
"Awas ada yang ketinggalan," ucap Kinara. Ia ingin mencairkan suasana yang begitu canggung, sekaligus menepis rasa gelisah yang sedari tadi membelenggunya.
"Ha?" Afkhar mengerutkan keningnya. "Apa?"
"Jejak kakimu. Ketinggalan di mana–mana," gurau Kinara dengan tawa yang dipaksakan.
Afkhar tertawa kecil. "Aiss, dasar. Baiklah aku pamit."
Setelah kepergian Afkhar, suasana kembali canggung seperti semula. Tak ada seorang pun yang memulai pembicaraan. Hingga suara Gio memecah keheningan.
"Ada apa kau ke sini?" tanya Gio datar. Tak ada sambutan hangat darinya.
"Kenapa? Apa masalahmu?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari Gio, Vino malah balik bertanya dengan pertanyaan yang tak perlu ia tanyakan dengan ketus.
"Cih …" Gio tertawa sumbang. "Terserah!"
Ia memilih untuk tak memperpanjang interaksi mereka. Posisi mereka di rumah sakit, membuat Gio sadar diri. Ia tak ingin membuat keributan di sana karena ulah mereka berdua.
Gio menghampiri Kinara. Ia menggeser kursi ke samping ranjang. Ia duduk di sana untuk menghalangi pandangan Kinara akan di mana Vino berada. Sedari tadi ia melihat Kinara ketakutan saat melihat Vino walau hanya dengan bayangan yang tertangkap dari ekor matanya.
"Ayah memintaku untuk menjemput kalian," celetuk Vino. Ia menatap lurus ke depan, ke arah dinding, tanpa mau menatap Gio maupun Kinara.
Yeah, bukan tanpa alasan Vino datang ke rumah sakit. Broto memintanya untuk menjemput putri kesayangannya. Sore itu juga, Kinara sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit itu.
Gio menegakkan badannya. Sedangkan Kinara membeliakkan matanya. Kinara menatap Gio lekat–lekat. Ia menggelengkan kepalanya, tak mau jika harus satu mobil dengan Vino. Gio berusaha menenangkan Kinara dengan tatapannya yang begitu teduh.
"Kenapa harus kamu? Pulanglah saja. Biarkan aku seorang yang pulang bersamanya," tolak Gio cukup halus.
"Bilanglah sendiri pada Ayah. Ayah sendiri yang memintaku. Ayah memintaku karena Ayah tahu aku tak punya pekerjaan yang harus ku selesaikan," jawab Vino datar.
Mata Gio mulai menajam, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal menahan amarah. Tak mungkin ia harus meminta Broto seperti yang Vino katakan. Sudah pasti Broto akan mulai curiga dengan apa yang terjadi di antara mereka.
"Apa?! Mau pukul? Sini pukul!" tantang Vino dengam tangan yang menepuk–nepuk sebelah pipinya. Ia tak takut dengan apa yang Gio lakukan.
"Sudah kak," ucap Kinara lirih.
Kinara memegang lembut lengan Gio. Ia tak ingin membiarkan kedua kakak beradik itu baku hantam karenanya. Ia tak ingin memperkeruh keadaan.
Gio membuang napas kasar, menetralisir amarah yang sudah menggebu–gebu.
Tak lama kemudian, pria berjas putih itu datang bersama seorang perawat di sampingnya.
"Selamat sore, Tuan, Kinara," sapanya.
"Sore Dok," jawab Gio.
"Baiklah, saya akan memeriksanya kembali sebelum dia pulang."
Pria berjas putih itu pun mulai memeriksa keadaan Kinara satu persatu.
"Baiklah, saudari Kinara sudah di perbolehkan pulang. Obat tetap diminum seperti biasa dan jangan biarkan dia kelelahan."
"Terimakasih, Dok," ucap Gio ramah.
Tak menunggu waktu lama, perawat itu pun membantu Kinara untuk melepas selang infus yang terpasang di tubuhnya. Sedangkan Gio membereskan barang–barang milik Kinara.
Tbc
☺☺☺