"Hei anak kecil, Saya mau kamu menjadi penguntit untuk mencari tau apa yang di lakukan oleh tunangan saya di luar sana" ucap Seorang pria tampan yang tak lain adalah presedir di perusahaan itu.
"Saya mau. Asal bapak mau membayar saya 2x lipat"
"Deal"
Berawal dari kerja sama yang saling menguntungkan membuat seorang Devano jatuh hati pada gadis yang biasa dia panggil dengan sebutan anak kecil.
Nadira puspita, Seorang karyawan magang di perusahaan milik keluarga besar Devano. Ikuti kisahnya, Ya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback satu tahun yang lalu
"Pergi kamu! Mulai hari ini, Tidak usah lagi datang ke kantor. Saya pecat kamu, Saya tidak butuh karyawan yang teledor sepertimu" ucap Devano sambil menatap Nadira yang sudah menundukkan wajahnya. Ini adalah pertama kalinya Nadira mendengar kata kasar itu keluar dari mulut seorang Devano yang tertuju pada nya.
Entah kenapa kata-kata itu terasa menyakitkan. Hatinya seperti tergores saat kata-kata kasar Devano menerpa indra pendengaran nya.
Nadira mengangkat wajahnya dan menatap lekat kedua mata Devano"Baiklah, Jika memang itu yang bapak inginkan. Tapi satu hal yang harus bapak tau, Saya sama sekali tidak tau jika itu adalah berkas penting. Saya minta maaf, Maaf atas apa yang sudah saya lakukan" Ujar Nadira dan langsung berlalu dari hadapan Devano. Meninggalkan pria itu yang masih menahan emosi.
"Aaaaarrrgggghhh. Saya harus bagaimana. Apa yang harus saya lakukan. Ini kan salah satu proyek besar yang selama ini saya nantikan" ucapnya sambil memejamkan kedua matanya sekilas.
Setelah itu, Devano berjalan sedikit cepat menuju mobil yang sudah menjemputnya "Jalan, Kita ke kantor sekarang" ucapnya pada supirnya.
"Baik, Tuan muda" ucap pria itu dan langsung melajukan cepat mobilnya.
"Huuuffft. Bagaikana ini, Ini kan salah satu tender besar yang saya nantikan. Masa iya semuanya harus hancur hanya karna Nadira" ucap Devano yang terlihat sangat kesal.
Setelah itu, Devano mengambil ponselnya, Menghubungi sekertaris nya untuk menanyakan perihal file yang berkasnya sudah tanpa sengaja Nadira buat. Tak butuh waktu lama, Panggilan telponnya langsung terjawab.
📲:Halo, Pak Devano. Ada apa?
📲:Saya mau kamu mencari file yang sudah kita persiapan unyuk meeting dengan mr, Darwin. Cari sampai ketemu" ucap Devano dan langsung memutuskan sambungan telponnya.
Sedangkan Nadira, Wanita itu naik ke dalam taksi dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Entah kenapa bentakan Devano terasa begitu menyakitkan.
"Aku tau aku memang salah, Tapi gak gini caranya" ucap Nadira sambil menyeka air mata yang sudah mulai luruh dari kedua sudut bibirnya.
Selama hampir satu tahun menjadi asisten pribadi Devano, Ini adalah pertama kalinya Nadira melihat serta mendengar bentakan darinya.
Hal itu membuat Nadira teringat dengan saat pertama kali dirinya bekerja di perusahaan WARDANA COMPANY.
...Flashback satu tahun yang lalu...
"Huuuffft. Bosen juga tiap hari hanya kuliah. Setelah kelar kuliah pulang ke rumah tidak ada orang, Hanya ada bibi saja" ujar Nadira sambil merebahkan tubuh nya di atas ranjang kamarnya.
"Apa lebih baik aku cari kesibukan lain kali ya. Sekiranya aku tidak terlalu bosan sendirian begini" ucap Nadira lagi.
Hingga tak berselang lama, Pikiran untuk bekerja itupun terbesit dalam benaknya. Nadira langsung mengambil ponselnya lalu mencari lowongan pekerjaan lewat media sosial.
"Ini ada loker, Tapi sebagai office girl. Ya kali aku mau jadi office girl. Skip deh" ucapnya dan kembali menggeser halaman berandanya.
"Wah, Ini ada loker sebagai asisten ceo. Wah boleh nih, Selain kerjaannya sesuai dengan yang aku bisa, Gajinya juga lumayan. Itung-itung belajar mandiri"
Nadira meletakkan ponselnya dan langsung menyiapkan berkas-berkas untuk dia gunakan melamar pekerjaan di perusahaan yang cukup besar. WARDANA COMPANY.
"Semoga saja aku bisa keterima kerja di sana. Lumayan buat mengisi waktu luang ku" ucapnya lagi.
Keesokan harinya, Nadira benar-benar menuju ke alamat yang sudah tertera di selogan yang dia baca kemarin. "Bismillah, Semoga bisa keterima" ucapnya setelah tiba di depan perusahaan itu.
Nadira masuk lalu menemui pihak resepsionis untuk memberikan surat lamarannya."Permisi, Mbk. Kemarin saya melihat di sosial media jika di sini sedang membutuhkan karyawan buat menjadi asisten ceo. Apa posisi itu masih ada?" tanya Nadira sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Kebetulan sekali, Mbk. Di sini memang sedang mencari asisten ceo. Sebab asisten yang lama risen karna menikah. Sebenar ya, Biar saya sampaikan pada pihak HRD" balas Resepsionis itu pelan.
"Silahkan duduk di sana dulu sambil menunggu antrian" ucapnya lagi.
Nadira pun duduk bersama dengan beberapa orang yang memang juga sedang ingin melamar pekerjaan di sana.
2 jam kemudian, Nama Nadira di panggil dan di minta untuk masuk ke dalam ruangan HRD untuk melakukan interview.
"Nadira Puspita"
Mendengar namanya di panggil, Nadira bangun dari duduknya sambil mengambil nafas pelan sejenak. Ini adalah pertama kalinya dia melakukan interview pekerjaan di perusahaan besar.
"Bismillah. Semoga aku di Terima" ucap Nadira dan langsung masuk ke ruangan HRD.
Di saat Nadira sudah ada di sana, Tiba-tiba saja HRD itu menerima panggilan masuk yang kemungkinan besar dari direktur nya.
📲:Halo pak, Ada yang bisa saya bantu?
📲:•••••••••••••••••••
📲:Baiklah, Pak.
Setelah itu, Sambungan telponnya terputus. "Selamat, Kamu di Terima bekerja di perusahaan ini. Dan kamu sudah mulai bisa masuk kerja hari ini" ucapnya.
Nadira yang mendengar itu tentu saja langsung membulat kan kedua matanya. Pasalnya dia sama sekali belum di tanya perihal apapun.
"Hah! Saya di Terima? Apa saya tidak salah dengar, Pak? Bukan kah belum interview ya?" ujar Nadira sambil menatap HRD itu.
"Tidak perlu interview, Liat CV kamu saja sudah membuat saya yakin. Silahkan temui CEO kita. Ruangannya ada di lantai 17 paling ujung"
Nadira mengangguk sambil mengangkat kedua sudut bibirnya "Terimakasih ya, Pak. Terimakasih karena sudah mau menerima saya kerja di sini" ucap Nadira sopan sebelum keluar dari sana.
"Sama-sama"
Nadira keluar lalu melangkahkan kecil kakinya menuju lift dan menekan tombol 17. Senyuman merekah masih terukir jelas dari kedua sudut bibirnya. "Akhirnya, Mulai hari ini waktuku sedikit berguna. Setidaknya sehabis kuliah aku tidak lagi menghabiskan waktu hanya dengan tidur, Tidur dan tidur" ucapnya
Ting...
Pintu lift terbuka saat sudah tiba di lantai 17. Wanita itu menyusuri setiap koridor di sana. Menoleh ke kanan dan juga ke kiri. Cukup terkesan dengan tempat yang saat ini dia lewati.
"Waah, Kantor ini keren sekali. Elegan banget" ucapnya di sela langkahnya.
"Tapi kenapa begitu sepi ya, Seperti tidak ada karyawan. Ah masa iya perusahaan sebesar ini tidak ada karyawannya, Jangan ngadi-ngadi Nadira" ucapnya lagi.
Kedua mata Nadira memicing saat melihat ruangan yang ada di paling ujung"Pasti itu deh ruangannya. Semoga saja ceo nya baik" gumamnya lagi serta kembali melangkahkan kakinya pelan.
Tok.....Tok.... Tok....
"Masuk"
Mendengar suara dari dalam membuat Nadira terdiam sejenak "Duh, Jika di dengar dari suaranya, Sepertinya ceo itu cukup menakutkan" ucapnya sambil mengambil nafas panjang sejenak.
Ceklek....
Nadira membuka pintu ruangan itu, Tatapannya langsung terfokus kan dengan sosok yang saat ini sedang duduk di kursi besarnya. Siapa lagi kalau bukan Devano.
