NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbayang-Bayang Wajah Ayu

Ayu membeku, tidak percaya apa yang di lihatnya, siapakah orang iseng yang berani mengambil adegan itu, saat dia bersama Devan di rumah kosong waktu ia pulang sekolah dulu, lalu Devan mengantarnya pulang.

"Sudah di apain saja kamu sama si Dev, hah?!" Satu tangan ayah Ayu mengambang di udara hendak melayangkan lagi satu tamparan ke wajah mulus putrinya, tapi secepat kilat, Bu Salma menghentikannya.

"Jangan Pak! Dia anak perempuan, pantang seorang ayah memukul putrinya!" Bu Salma lantas melindungi tubuh Ayu dengan sangat erat.

Ayu menangis terisak.

"Arghhh...!" Pak Sugeng memekik, berusaha menahan gejolak amarah di dada.

"Maafkan Ayu...hiks ..." Isak Ayu semakin memilukan.

"Hari ini juga! Ayah mau lapor ke polisi! Atas prilaku tak senonoh si Devan! Lihat saja, Ayah pastikan bajingan akan membusuk di penjara!"

Bu Salma dan Ayu melebarkan kedua matanya.

"Jangan Ayah! Jangan!" Ayu menjerit histeris sambil mendekati ayahnya lalu dia berlutut di kaki ayahnya.

Bu Salma lantas bersuara.

"Bapak ini sudah tidak waras ya? Ngapain Bapak lapor polisi segala! Apa kata tetangga nanti, kalau lihat polisi mendatangi rumah kita!" Bu Salma berusaha meredamkan amarah suaminya.

"Diam! Sebagai ibu, kamu tidak becus menjaga putrimu sendiri! Semua orang di kampung kita ini sudah tahu, bagaimana jahatnya si Devan! Dia itu penjahat kelamin!"

"Tidak Ayah! Ayu belum di apa- apain sama Dev!" Karena tidak mau melukai perasaan kedua orang tuanya, terpaksa Ayu menutupi perbuatan terkutuk Devan.

"Sudahlah Pak! Sebaiknya kita bicarakan ini baik- baik, jangan sampai tetangga kita tahu masalah ini. Apalagi sebentar lagi putri kita akan menikah." Bu Salma membela putrinya karena ia tidak ingin suaminya berubah pikiran.

"Tolong Ayah ...jangan bawa- bawa Polisi dalam masalah ini, Ayu malu!" Wajah itu mendongak ke atas menatap penuh harap kepada ayahnya, sambil melingkarkan kedua tangannya merangkul lutut ayahnya.

"Dasar!" Segera Pak Sugeng melepaskan diri dari rangkulan kedua tangan putrinya.

"Ayah, Li mohon Ayah, jangan lapor ke polisi. Mulai sekarang Ayu akan menuruti semua perintah Ayah, Ayu tidak akan berhubungan dengan Dev lagi hiks ..." Ayu menangis sesegukan memohon dan menghiba pada ayahnya.

Pak Sugeng dan Bu Salma terdiam sejenak, hingga berapa menit kemudian. Pak Sugeng mengambil keputusan yang membuat Ayu tercengang.

"Benarkah kamu akan menuruti kata Ayah?" Pak Sugeng kembali bersuara.

Ayu mengangguk patuh sambil menyeka kedua matanya, menghapus jejak air mata di sana.

"Baiklah ..." Pak Sugeng menarik nafas panjang.

Ayu merunduk.

"Ayah akan menemui Pak Herman besok pagi. Ayah akan meminta dia untuk mempercepat pernikahan ini," ucap Pak Sugeng seraya mendelik tajam ke arah Ayu, dimana putrinya itu tengah duduk menunduk lemah tak berdaya.

Ayu menelan ludah.

"A- apa maksud Ayah?" Ayu berkata patah- patah.

"Ayah akan minta Pak Herman untuk menikahimu dalam dua hari!"

Ayu terperangah mendengar pengakuan ayahnya. Begitu pun dengan Bu Salma.

"Apa ini Pak! Putri kita kan belum lulus sekolah!" Protes Bu Salma.

*****

Sejenak Devan tertahan dengan pemandangan di dalam. Ia cukup tertegun. Namun tak begitu lama, setelahnya ia segera berbalik sebelum dirinya benar-benar membuatnya seperti kehilangan akal.

Dengan pelan, tangannya menutup pintu kamar, lantas ia segera melangkah ke dalam kamarnya dengan perasaan tak biasa.

Di dalam kamar, Dev segera melepas jas dan melonggarkan kemejanya, lantas menjatuhkan bobotnya ke atas kasur. Ia tak tahu kenapa tiba-tiba hatinya merasa gelisah dan gerah.

“Ada apa dengan diriku?” gumamnya merasa heran sendiri.

“Saat aku menyentuh Ayu berbeda... maksudku … aku terbiasa melakukan ini dengan cewek lain, tapi dengan Ayu rasanya… argh …!”

Devan mengusap wajahnya kasar. Tak hanya badannya yang berkeringat, tapi wajahnya juga ikut berkeringat.

Devan seperti kepanasan, jika ingat wajah Ayu saat dirinya mengambil kehormatan gadis itu secara paksa.

Perasaan Devan sedang bergelora, dirinya tak bisa berkata-kata.

Devan tidak tahu apa yang membuat dirinya sampai tak tenang hanya karena memikirkan Ayu. Wajah dan penampilan Ayu yang rambutnya panjang digerai beserta bahunya yang putih dan rahang mulus.

“Sial!” Devan mengumpat, saat tanpa sadar ia baru saja membayangkan gadis pujaan hatinya yang selalu menusuk nusuk jantungnya.

“Tidak, dia tidak boleh menikah dengan pria lain! Ayu hanya milikku!"

Setelah menarik nafas dalam-dalam, berusaha menghilangkan debaran tak jelas di dadanya, Devan beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia guyur tubuhnya dengan air dingin.

Tapi rasanya masih kurang, Devan butuh sesuatu yang biasa mendinginkan lainnya, terutama pikirannya yang bisa menghilangkan bayangan paras cantik milik Ayu.

Meski sudah mengguyur badannya dengan air dingin bahkan sampai keramas sampai keramas juga, Devan belum bisa menghilangkan rasa panas yang diakibatkan oleh bayangan wajah itu.

Dia sendiri heran, padahal hal itu bukanlah untuk pertama kalinya. Ia sering bermain cinta dengan banyak wanita di luar sana. Seperti Ivo yang selalu memakai pakaian lebih terbuka,  rambut digerai, bahu yang terbuka, dan punggung yang mulus, serta betisnya juga. Termasuk dari mantannya juga, Lastri yang sering Devan gauli di rumahnya yang selalu sepi.

Bahkan istri orang pun tak luput dari rayuan Devan.

Tapi … kenapa perasaannya tak sehebat saat Devan menggauli Ayu. Meski dengan cara memaksa, tapi menyisakan sesuatu dalam dirinya.

Devan segera menepis pikirannya. ia tak boleh membayangkan hal itu lagi. Bisa-bisa gila memikirkannya.

Karena Devan tak bisa tenang, ia pergi ke luar kamar, menikmati angin malam.

Namun rasa yang mengganggunya itu masih tak berkurang, akhirnya Devan kembali masuk ke dalam kamar.

Saat merasa masih tak berhasil, ia kembali pergi ke luar, begitu seterusnya sampai ia merasa bosan di dalam kamar dan memutuskan untuk keluar.

Ah, punya apa sebenarnya gadis ini? Kenapa Devan sampai tak bisa tenang dan tidur nyenyak seperti biasanya.

"Yu...aku mencintaimu ..." Kata itu meluncur ringan dari mulutnya.

Devan lantas berjalan menuju ke arah dapur, namun begitu melintasi kamar Rani, langkahnya terhenti, matanya fokus ke pintu yang sedikit terbuka.

“Rani udah tidur belum ya, tapi pintu kamarnya terbuka," guman Devan.

“Apa mungkin Rani sengaja membukanya kembali?”

Karena tak nyaman sendiri, melihat pintu kamar adiknya terbuka. Devan pun melangkah mendekati untuk menutup pintu kamar Rani rapat.

Sebelum pintu tertutup rapat, sekilas Devan melihat, melalui pandangan ekor matanya, ia melihat Rani sedang telponan bicara dengan seseorang.

"Ah, si Rani lagi telpon temannya kali," gumam Devan sambil menyunggingkan senyuman, sebelum akhirnya Devan melanjutkan langkahnya ke dapur.

Setelah mengambil minuman dingin di dalam kulkas, ia pergi ke sofa ruang tamu, duduk bersantai di sana.

Devan merenung sendiri.

“Ayu gadis yang baik. Tak hanya baik untuk dijadikan istri, tapi gadis itu juga baik untuk dijadikan ibu dari anak-anakku kelak." Devan bicara sendiri.

Mendadak pikirannya berlarian kemana- mana

"Aa, sedang apa, malam- malam begini? Ini udah jam dua belas malam A. Aa kan besok kerja," tegur Rani yang tiba- tiba muncul di depan Devan.

Devan langsung mengangkat wajahnya dan mendapati adiknya berdiri di hadapannya.

Lamunan indahnya seketika buyar.

“Sialan kamu Ran! Bikin jantung Aa mau copot! Ngapain kamu berdiri di situ, ayo sana tidur! Nanti Mamah bangun lagi!" Tegur Devan, ia lantas mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Merasa terganggu dengan kemunculan adiknya, yang membuat khayalannya pecah seketika.

“Rani gak bisa tidur A," keluh Rani sambil meletakkan kepalanya di atas paha Devan.

Devan yang tadinya ingin bersantai di sofa luar, karena tak bisa tidur, malah di ganggu adiknya.

“Kenapa? Pasti ingat pacar kamu ya? Awas ya, umur belum tujuh belas tahun. Udah mikiran pacaran!" Tegur Devan sambil mencubit kecil hidung bangir adiknya.

Rani nyengir sambil menatap lekat wajah tampan milik sang kakak.

"Gimana A, rasanya jatuh cinta?" Sindir Rani sambil mengulum senyum.

Devan tak lekas menjawab. Malah fokus menatap tangannya yang gemetar dan berkeringat dingin.

"Ada apa dengan Aa? Di tanya gitu aja, langsung grogi segala hahaha ..." Rani tertawa lebar. Melihat wajah ketidakberdayaan kakaknya yang sedang di mabuk cinta.

"Gak lucu! Kenapa ngetawain Aa? Siapa juga yang jatuh cinta!"

Devan masih mengelak. Mendadak matanya tidak berani menatap adiknya.

Haish. Menyebalkan. Rani lantas beringsut bangun dari rebahnya.

“Jangan memendam cinta A. Terus terang saja kalau memang cinta hahaha ..."

Devan langsung berdiri, sudah tidak tahan dengan sindiran adiknya.

"Okey! Aa memang jatuh cinta sama dia! Puas!"

“Apa!” Mata Rani melebar.

“Budeg!"

“Hahaha...sebut saja A nama gadisnya," goda Rani sambil tertawa ngakak.

“Iya, Ayu!" Devan menyerah.

“Uhuy ....akhirnya ada seseorang yang menaklukan hati Aa."

“Haish! Kamu!” Devan menepuk jidat adiknya.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!