Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Ketika sampai di tempat yang di tuju Lita, dirinya tercengang saat melihat toko baju muslimah miliknya kini telah berubah menjadi klinik kecantikan.
"Permisi" ujar Lita pada karyawan yang berjaga
"Iya, ada apa Bu?" tanya Karyawan itu memindai penampilan Lita
"Sejak kapan kalian buka klinik disini?" tanya Lita to the poin
"Maksud ibu apa? Klinik ini sudah ada sejak lima tahun yang lalu, jadi ibu tak perlu khawatir tentang pelayanan di klinik kami" jawab Karyawan itu tersenyum
"Bukan begitu, Mbak. Maksud saya sejak kapan kalian menempati ruko ini, karena ruko ini milik saya dan saya pakai untuk berjualan baju" jelas Lita
Karena itu menjelaskan bahwa mereka pindah ke ruko tersebut baru satu minggu ini, sebelumnya mereka buka di jalan Duku. Lita pun meminta bertemu dengan pemilik klinik, ada hal penting yang ingin di tanyakannya.
Namun karyawan itu mengatakan belum bisa bertemu dengan pemilik klinik karena beliau sedang keluar kota, namun kalau mau bertemu dengan dokter harus datang siang pukul 11.00 sampai jam 15.00.
"Gak, Mbak. Saya perlunya sama pemilik klinik, bukan sama dokter kecantikan" ujar Lita, Karyawan itu mengangguk paham.
Cukup lama berbincang dengan karyawan klinik itu dan hanya membuahkan hasil dapat nomor adik pemilik klinik sekaligus dokter kecantikan itu, Lita pun pergi dari sana dan menuju toko sembako milik Doni.
Toko sembako masih beroperasi seperti biasanya, hanya saja tak ada Doni disana. Para karyawan pun tak ada yang tau Doni pergi kemana, bahkan segala kebutuhan toko di percayakan pada Usman.
Salah satu karyawan yang bekerja paling lama disan, sekaligus tetangga Doni dan Lita dulu. Meski pun di toko sembako Lita tak bertemu Doni, tapi Lita mendapatkan foto keluarga besar yang masih terpampang di dinding dekat kasir.
Lita segera mengambil gambar foto keluarga tersebut untuk di unggah di sosial media, berharap banyak netizen yang bersedia membantunya. Selain foto, Lita juga meminta uang pada para karyawan.
Uang itu akan Lita gunakan untuk biaya hidupnya selama beberapa hari ke depan sebelum mendapatkan pekerjaan, awalnya para karyawan menolak karena takut ketahuan Doni.
Tapi Lita memaksa dan mengancam akan membuat keributan disana, jika tidak di beri uang. Akhirnya Usman pun memberikan uang sebesar tiga juta pada Lita, selain terpaksa Usman juga kasihan pada nasib Lita.
Berhubung mereka memang bertetangga, jadi sedikit banyaknya Usman tahu tentang masalah sang bos dan apalagi dia tahu betul kalau Lita juga baru saja bebas dari penjara.
Selain menshare di semua sosial media yang Lita punya, dirinya juga meminta bantuan Marisa untuk ikut menshare foto Doni, Desi, kedua putranya dan kedua mantan mertuanya.
Ternyata kekuatan netizen benar-benar cepat dan terpercaya, dalam waktu kurang dari 24 jam Marisa dan Lita berhasil mendapatkan kabar kemana Doni pergi.
Ada salah satu akun yang memberitahu di kolom komentar, jika dirinya pernah melihat Doni sekeluarga di stasiun kota B. Tanpa pikir panjang Lita hendak menyusul ke kota B, dirinya menebak jika Doni pindah ke kampung halaman Desi.
Untungnya Lita masih ingat alamat rumah orang tua Desi, karena beberapa kali dirinya pernah ikut mengantar almarhum Dodi saat acara lamaran dan juga acara pernikahan mereka dulu.
Setelah perjalanan sekitar kurang lebih selama 9 jam, akhirnya Lita sampai di stasiun kota B. Lita tak langsung pergi ke rumah orang tua Desi, karena jaraknya yang lumayan jauh. Selain itu, tubuhnya juga terasa tak enak karena kelelahan.
"Ojek, Teh"
Tiba-tiba datang seorang pria paruh baya dan menawari ojek pada Lita, tanpa banyak mikir karena tubuhnya sudah sangat lelah Lita langsung menerima tawaran itu.
"Mau kemana, Teh?" tanya Tukang Ojek
"Bapak tau penginapan sekita sini?" tanya Lita balik
"Ohh mau cari penginapan, tenang aja Teh saya tau penginapan yang bagus dan murah disini" ujar Tukang ojek dengan ramah, Lita mengangguk.
"Kalau begitu tolong antar saya kesana ya, Pak" pinta Lita
Tukang ojek mengangguk dan mulai melajukan motornya, beberapa menit telah berlalu tapi Kita belum juga melihat ada tanda-tandanya sebuah penginapan justru perjalanan yang mereka lalu malah semakin sepi dan gelap.
"Pak, kita mau kemana? Kok dari tadi gak sampai-sampai, padahal biasanya banyak penginapan yang gak jauh dari stasiun" tanya Lita heran
"Tenang aja, Teh. Sebentar lagi sampai kok" jawab Tukang ojek tersenyum
Lita mengangguk, semakin lama motor melaju dengan kecepatan tinggi dan jalan yang di lalui juga semakin sepi. Firasat Lita semakin tak enak, apalagi saat motor berhenti di sebuah rumah kecil dan gelap.
"Pak, ini bukan penginapan. Bapak jangan menipu saya"
"Ayo turun" perintah Tukang ojek dengan wajah sangar, Lita menggeleng.
"Gak, bapak jangan macam-macam atau saya akan teriak" ancam Lita
"Teriak saja, tak akan ada orang yang menolong kami" sahut Tukang ojek
"Ayo turun" bentak Tukang ojek tak sabaran
"Gak"
Lita melompat dari motor lalu berlari menjauh, dirinya sampai meninggalkan tas yang berisi pakaiannya karen terburu-buru. Pria yang menyamar jadi tukang ojek itu, berlari mengejar Lita.
Lita terus berlari dengan sisa tenaga yang di milikinya sembari berteriak meminta tolong, sesekali Lita menoleh ke belakang untuk memastikan jika pria tadi masih jauh darinya.
"Bismillahirrahmanirrahim, Ya Allah tolong hamba. Hamba sangat takut" gumam Lita dalam keadaan ngos-ngosan
Saat tiba di pertigaan karena terlalu kencang berlari Lita kaget saat beberapa warga tiba-tiba muncul, Lita berhasil menghindari warga namun di tak bisa menghindar dari pagar rumah warga.
"Teh, teteh gak apa-apa?" tanya Seorang warga menepuk lengan Lita pelan
"Ssshttt"
Lita meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing, kemudian Lita mendongak terlihat lah beberapa warga berkumpul dan memandangi dirinya.
"Teteh, baik-baik aja?" tanya Pria muda yang duduk di samping Lita
Lita terdiam, dirinya masih syok pasca menabrak pagar hingga terjatuh. Saat terdengar suara seseorang dengan napas ngos-ngosan, Lita dan para warga menoleh ke arah orang itu.
Melihat siapa yang datang, Lita langsung bersembunyi di belakang para warga. Lita dengan suara gemetar ketakutan meminta tolong pada para warga, menunjuk orang tadi penjahat.
"Sudah di bilang jangan kabur, masih saja nekat" ucap Pria yang menyamar jadi tukang ojek tadi dengan lembut
"Maaf ya, Pak. Kalau istri saya sudah membuat keributan disini, dia ini berniat mau kabur sama selingkuhannya" lanjutnya berjalan mendekat
"Astagfirullah" seru Warga menatap Lita dengan tatapan tajam
"Bukan, Pak. Dia bohong, dia bukan suami saya. Dia itu orang jahat" jelas Lita
