NovelToon NovelToon
CINDELOKA

CINDELOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Dunia Lain / Action / Spiritual / Epik Petualangan / Roh Supernatural
Popularitas:285
Nilai: 5
Nama Author: teguhsamm_

Raden Cindeloka Tisna Sunda, seorang bocah laki laki berparas tampan dari Klan Sunda, sebuah klan bangsawan tua dari Sundaridwipa yang hanya meninggalkan nama karena peristiwa genosida yang menimpa klannya 12 tahun yang lalu. keberadaannya dianggap membawa sial dan bencana oleh warga Sundari karena ketampanannya. Suatu hari, seluruh warga Sundari bergotong royong menyeret tubuh kecil Cindeloka ke sebuah tebing yang dibawahnya air laut dengan ombak yang mengganas dan membuangnya dengam harapan bisa terbebas dari bencana. Tubuh kecilnya terombang ambing di lautan hingga membawanya ke sebuah pulau misterius yang dijuluki sebagai pulau 1001 pendekar bernama Suryadwipa. di sana ia bertemu dengan rekannya, Lisna Chaniago dari Swarnadwipa dan Shiva Wisesa dari Suryadwipa yang akan membawanya ke sebuah petualangan yang epik dan penuh misteri gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teguhsamm_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Segel Leak

🌘🌘

Saat berada dalam masa koma, tubuhnya masih terbaring lemah di atas ranjang di balai penyembuhan, Cindeloka terpejam seolah sedang tidur panjang. Lisna yang setiap hari menjenguknya sering membawakan bunga segar yang diletakan sampai sampai Lisna bergumam dalam hati.

"Hmmph! Harus kuakui walau kau tengil dan menyebalkan, tapi kau masih tetap tampan saat tertidur!".

Sementara itu, sukma Cindeloka dibawa ke dimensi lain yang berwarna galaksi.

"Aku dimana?!" ucap Cindeloka dengan wajah kaget melihat tubuhnya melayang.

Belum sempat mencerna apa yang terjadi, muncul sesosok pria paruh baya dengan mengenakan pakaian serba putih, rambutnya putih tergerai sampai perut memakai tongkat seraya berkata;

"Halo! Cucu Sunda! Aku Maung Bodas yang selama ini sering mengamuk di dalam tubuhmu jika dalam bahaya" ucapnya dengan nada pelan.

Cindeloka terperanjak kaget karena sosok kakek yang berdiri dihadapannya adalah gundam Maung Bodas.

"J-jadi kakek maung bodas yang terkutuk itu?"

"Iya cucuku, maafkan saya kalau sekiranya kekuatan yang besar ini malah menyiksa dirimu, saya tak bermaksud untuk menyiksa kisanak, namun sudah takdirnya kalau saya memang paling sensitif juga yang terkutuk namun percayalah suatu saat kau juga bisa kendalikan kekuatan cakra saya" ucapnya dengan nada lembut seraya memegang bahu kanan Cindeloka dengan nada teduh.

"Iya ki! Nggak apa apa! Harusnya aku lebih berhati hati dalam mengendalikan cakra ini" ucap Cindeloka dengan menunduk.

Kakek tersebut diam sejenak, lalu berkata;

"Cucuku! Ada sesuatu yang perlu kau dengar?"

"Apa kek?"

"Saya merasa ada cakra jahat sedang berkeliaran di Padepokan Suryajenggala".

"Cakra apa kek?"

"Kakek tak tahu pasti! Namun cakra tersebut sangatlah jahat! Kakek minta kamu lebih waspada".

Cindeloka bingung yang diucapkan oleh Maung Bodas. Belum sempat bertanya, kakek tersebut tiba tiba memudar dan berubah menjadi percikan cahaya.

"Kakek pergi dulu ya nak! Jaga dirimu baik baik" dan akhirnya menghilang.

Cindeloka yang melihat bayangan Maung Bodas menghilang bertanya dalam hati

"Apa sebenarnya yang dimaksud kakek?"

*

Tujuh hari telah berlalu sejak insiden di Pura Agung Sunyaratri. Pagi itu, mata Cindeloka akhirnya terbuka perlahan. Cahaya tipis menembus kisi-kisi jendela balai pengobatan, menyambut kesadarannya yang baru kembali. Namun, sebelum ia sempat merasakan lega, sebuah tusukan panas menghantam dada kirinya-tepat di area cakra Maung Bodas.

Ia terkejut, tubuhnya sedikit terangkat, wajahnya menegang menahan sakit.

"Ada... ada cakra jahat di sekitar padepokan..." gumamnya lirih.

Lisna dan Shiva yang sejak tadi berjaga langsung mendekat, namun belum sempat bertanya lebih jauh-

BRAK!

Pintu balai pengobatan terbuka keras. Mbah Kunto berdiri di ambang pintu, wajahnya pucat dan napasnya memberat.

"Dua leak keluar dari sarangnya!" serunya terburu-buru. "Sepuluh warga... tewas!"

Seketika udara menjadi berat. Lisna memegang mulutnya, Shiva menegang. Cindeloka memaksakan diri untuk duduk, tetapi tubuhnya masih terlalu lemah dan jatuh kembali ke dipan.

"Tak ada waktu!" bentak Mbah Kunto. "Kalian bertiga kembali ke asrama sekarang! Leak masih berkeliaran-aku harus menjaga segel utama!"

Shiva langsung membopong Cindeloka menuju asrama putra, sementara Lisna berlari ke arah asrama putri.

Sementara itu, di luar padepokan-desa Suryadwipa sudah mulai gaduh. Suara-suara bisik-bisik memenuhi udara.

"Aku dengar... semua ini gara-gara Cindeloka, kan? Anak itu membawa kutukan."

"Bukan! Ini murka dewa! Pura Sunyaratri sudah ternodai!"

"Kalau leak keluar... siapa yang bisa menahan mereka?"

Ketakutan berubah menjadi prasangka. Bayangan leak menari-nari dalam cerita warga, membuat malam semakin menyesakkan.

*

Lisna bergegas ke asrama putri, disana sudah disambut dengan riuh dari para srikandi muda dari umur 12 sampai 25 tahun sedang berlalu lalang keluar masuk asrama, Lisna tanpa sengaja mendengar gosipan dari para srikandi tersebut.

"Nggak biasanya ada leak?"

"Apa jangan jangan ulah si Bocah Sunda itu?"

"Dengar-dengar! Rumor tentang kutukan klan Sunda itu nyata?"

Sebenarnya Lisna ingin nimbrung dan membantah gosip tersebut, namun karena perintah dari Mbah Kunto, ia harus bergegas ke kamarnya meninggalkan mereka yang tengah bergosip.

*

Shiva membuka pintu sambil menahan tubuh Cindeloka yang menggigil hebat. Ia membaringkan sahabatnya itu ke ranjang.

Demamnya tak biasa-cakranya berdenyut seperti mau meledak.

Shiva berlari ke kamar mandi, mengambil air dingin dan lap kecil.

"Cind, buka baju silatmu. Aku harus nurunin panasmu," katanya tanpa banyak basa-basi.

Cindeloka menurut. Tangan Shiva bekerja cepat-mengambil balsem warisan klan Wisesa, mengoleskannya ke dada dan perut Cindeloka dengan gerakan pijat teratur.

Aroma herbal kuno memenuhi kamar, memberi sensasi dingin panas di kulit.

"Shiva! Makasih ya telah membantuku hari ini?" ucap Cindeloka dengan nada lemas.

"Udah nggak usah dipikirin" balas Shiva dengan nada ketus.

Perlahan, napas Cindeloka menjadi lebih stabil. Rasa sakit di dadanya menipis, meski cakra Maung Bodas masih berdenyut gelisah.

Shiva duduk di sampingnya, sesekali memeriksa kompres.

Namun pikirannya tidak tenang.

Leak keluar... segel jebol... dan cakra Cind bereaksi. Apa hubungan semuanya?

Malam itu Shiva tetap terjaga lama, menatap pintu yang seolah bisa saja didobrak oleh kengerian kapan pun. Namun lelah akhirnya menundukkannya-ia tertidur masih di sisi ranjang,

Esok Pagi

Cindeloka terbangun dengan kompres di kepalanya dan tubuh yang jauh lebih ringan.

Ia mengedip pelan... lalu menoleh.

Shiva tertidur lelap di kursi

Baju silat dan balsem berada tidak jauh dari tangan Shiva. Pemandangan itu membuat Cindeloka tercenung. Kejadian semalam... perhatian Shiva... rasa hangat... dan sekaligus ketakutan akan leak-

Semua bercampur jadi satu.

Cindeloka menatap langit-langit dengan mata kosong.

Leak... segel... apa yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa cakra Maung Bodas bereaksi begitu kuat?

Pertanyaan itu menggema dalam pikirannya.

Ia tahu satu hal: Hari-hari tenang di Suryadwipa sudah berakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!