Berawal dari Elena yang menolong seorang pria asing saat sedang mendaki gunung, membuat Elena harus kehilangan seluruh tabungan yang dia simpan untuk masa depannya. Sementara pria itu kabur melarikan diri dari rumah sakit keesokan harinya dengan meninggalkan sepucuk surat.
Kesal karena merasa tertipu, Elena bertekad membuat Liam untuk membayar hutangnya beserta bunganya.
Tapi dirinya malah terjebak dalam situasi romantis dan berbahaya.
Kelanjutannya bisa dibaca sendiri ya, masih on going...
Dukung terus Author, bisa like, vote, komen atau follow.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 - Dan terjadi lagi
Liam dan Alice tak bisa berkata - kata ketika mereka pulang ke rumah dan menemukan Elena sedang tidur di ruang tamu setelah dia selesai makan malam.
Yang membuat mereka lebih terkejut adalah bungkus makanan dari berbagai restoran yang ada di atas meja, dan semuanya habis tak bersisa.
"Elena, bangun!!!!" teriak Alice.
"Hmphhh... Kenapa? Apa? Sudah pagi?" tanya Elena.
"Kenapa kau tidur disini dan bukan dikamarmu? Lalu apa - apaan kau dengan semua makanan ini?" tanya Alice.
"Aku kelaparan setelah sampai kerumah dan aku memesan makanan" balas Elena.
"Tunggu, darimana kau dapat uang untuk membayar semua makanan ini? Bukankah kau bilang uang bulanan dari kakakmu cukup terbatas?" tanya Liam.
"Oh, aku belum membayarnya. Kurasa mereka akan datang sebentar lagi. Paman tolong kau bayar ya, potong saja dari hutang paman padaku" ucap Elena santai seraya masuk kedalam kamarnya dan melanjutkan tidurnya setelah membuang semua bungkus makanan itu kedalam tempat sampah.
Liam melongo ketika satu persatu restoran tempat Elena memesan makanan berdatangan dan menagih pembayarannya, Alice tertawa mengejek. "Lumayan kan setidaknya hutangmu berkurang 498 dollar. Dia makan cukup banyak" kekeh Alice.
Sebuah kotak tissu pun segera melayang menimpa kepala Alice yang cepat menghindarinya. "Kutarik ucapanku soal dia mirip dengan Cecille, dia iblis kecil. Bagaimana dia bisa menghabiskan semua makanan sebanyak ini? Apa perutnya itu black hole??" gumam Liam menatap tempat sampah yang penuh dengan berbagai bungkus makanan dengan wajah heran.
***
Elena membaca pemberitahuan yang dikirim melalui emailnya, pemberitahuan tentang kemah musim panas yang akan diadakan sebagai rangkaian menyambut mahasiswa baru di universitasnya, sialnya lagi acara kemah itu akan diadakan selama satu minggu di tempat dimana Elena bertemu dengan Liam untuk pertama kalinya dan jadwal keberangkatan mereka dua hari lagi.
Seluruh mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut, begitu juga dengan Aaron yang tidak mengikuti rangkaian acara tersebut tahun lalu.
"Ahh kenapa harus disana?" pikir Elena di sela - sela pergantian kelasnya.
"Elena" panggil Aaron dan menyerahkan sepotong besar sandwich yang dibelinya dalam perjalanan kepada Elena sambil tersenyum.
"Yo.. Aaron kau ikut kelas ini juga?" tanya Elena.
"Iya, Oh ya, apa kau akan mengikuti kegiatan kemah musim panas itu?" tanya Aaron.
"Memangnya ada cara lain agar aku bisa tidak mengikutinya? Terus terang saja, aku ingin mencari pekerjaan paruh waktu daripada harus mengikuti kemah musim panas" ucap Elena.
"Tapi kita diwajibkan untuk ikut"
"Itulah, benar - benar mengesalkan" keluh Elena
Dua hari kemudian, Elena bersama teman - temannya menaiki bus menuju area perkemahan. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk mereka tiba disana, "Selamat datang kembali" batin Elena.
Mereka lalu diarahkan oleh senior - senior mereka untuk menuju ke area perkemahan yang terletak di dekat pos penjagaan kedua yang relatif aman, mereka juga dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 5 orang dan Elena berada satu kelompok bersama dengan Aaron.
"Ugh, kenapa kita harus satu kelompok dengan pembawa sial seperti dia" protes salah seorang pria berambut kuning terang, dengan gigi emas yang terlihat setiap kali dia membuka mulutnya.
"Kalau kau tidak suka, kau bisa pindah ke kelompok lain. Aku juga tidak suka satu kelompok dengan pria lemah sepertimu" balas Elena.
Aaron menyenggol Elena untuk diam, "Kenapa memangnya? Dia percaya kalau kau pembawa sial, bukankah artinya dia cukup lemah untuk mempercayai hal tahayul seperti itu. Memangnya kita masih hidup di jaman batu. Norak sekali" ucap Elena.
"Apa kau bilang? Norak? Gadis desa sepertimu jauh lebih norak dan menjijikkan, kau pikir aku mau satu kelompok denganmu!!" Ucap pria itu dan segera pergi meninggalkan mereka bersama satu orang lainnya.
"Kau tidak ikut dengannya?" tanya Elena pada gadis seumurannya.
Gadis berhijab yang memperkenalkan dirinya sebagai Nyssa itu menggeleng, dan berkata bahwa dia tidak ada masalah jika satu kelompok bersama dengan Aaron dan Elena.
"Baiklah kalau begitu, kita akan tidur di tenda yang sama. Kalau begitu sekarang ayo dirikan tenda kita" kata Elena pada Nyssa.
"Apa kau tahu cara mendirikan tenda?" tanya Aaron.
"Kau akan membantu?"
"Kalau kau tidak keberatan" jawab Aaron.
Elena sempat ragu tapi tetap mengangguk, pada akhirnya Aaron tidak membantu sama sekali. Tenda yang dia dirikan beberapa kali ambruk, dan Elena pun akhirnya mendirikan tendanya sendiri dibantu oleh Nyssa dalam waktu kurang dari 1 jam.
"Maaf kalau aku tidak banyak membantu" jawab Aaron.
"Hey, bro, berhenti meminta maaf atas kesalahan yang tidak kau lakukan. Bukan salahmu kalau kau tidak bisa mendirikan tenda, kau tidak berkemah setiap hari. Wajar kalau kau tidak bisa. Ayo, aku akan membantumu mendirikan tenda milikmu. Setelah itu kita harus mencari kayu bakar untuk api unggun nanti malam. Senior - senior breng*sek itu, mencoba menyuruh kita melakukan hal - hal remeh sementara mereka hanya bersantai - santai" kata Elena sambil melirik sebal ke arah senior mereka yang asik sendiri satu sama lain.
***
Acara api unggun membuat Nyssa panik, dia merapatkan tubuhnya ke arah Elena. "Nyssa, apa kau takut api?" tanya Elena.
"Da-darimana kau tahu?"
"Hanya perasaanku saja, tenang saja. Kau tidak perlu takut, semuanya akan baik - baik saja" kata Elena lagi.
Elena melihat Aaron di bagian depan, disamping seseorang yang sepertinya dikenal baik oleh Aaron melihat mereka berbicara satu sama lain. Sementara itu, pria berambut kuning itu juga ada disana, duduk bersama para pria berpenampilan kekar memakai kaos bertuliskan nama fakultas mereka.
Didepan api unggun, berdiri kira - kira enam orang senior membawa gitar, dan mencoba menyanyikan sebuah lagu lama yang membosankan dan terdengar mengerikan di telinga Elena. Semua orang menyanyi bersama, beberapa bahkan mulai menari - nari dengan gerakan tidak jelas yang bahkan seperti orang terkena serangan kejang - kejang.
Semakin malam, level energi mereka semakin tinggi dan api unggun pun semakin berkobar ketika beberapa kayu bakar ditambahkan kedalamnya. Keceriaan yang mereka rasakan itu, tidak berlangsung lama ketika salah seorang mahasiswa maju menyeruak dengan tubuh berlumuran darah dan berteriak lirih meminta tolong lalu ambruk menimpa hidangan makanan yang tertata rapi didekat api unggun.
"What the....." pekik Elena.
Semua orang menjerit ketakutan, ketika sekelompok pria bersenjata masuk dan mengelilingi mereka dan menyuruh mereka berkumpul jadi satu.
"Oh sh*it... Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini lagi sih? Aku bersumpah tidak akan pernah lagi berkemah di tempat ini seumur hidupku" batin Elena
Aaron berada disamping Elena dan Nyssa, Elena dapat melihat tatapan tajam Aaron kepada para pemburu itu. "Siapa kalian?" tanya salah seorang senior.
"Mulai sekarang kalian akan menjadi sandera kami, sampai pemerintah kalian mengabulkan permohonan kami. Lebih baik kalian tidak melakukan hal macam - macam jika masih ingin hidup" ancam salah seorang penjahat itu.
"Elena, apa kau bisa menghubungi paman Liam?" tanya Aaron sambil berbisik.
"Bagaimana aku menghubungi dia disaat seperti ini?" tanya Elena.
"Disakuku ada ponsel khusus, kau tekan angka 1 dan akan langsung tersambung ke paman Liam. Dia akan membantu kita" ucap Aaron lagi.
"Dor....." suara tembakan mengagetkan mereka berdua diiringi teriakan mahasiswa yang lain.
Didepan mereka salah seorang senior mereka telah terkapar tak bernyawa. "Sekarang ikut dengan kami" seringai penjahat itu.
****