Kematian Ana dengan meninggalkan satu anak perempuan, nyaris membuat Alvaro terpukul. Ia harus menuruti permintaan yang sempat mendiang istrinya itu ucapkan, disisa hidupnya.
Ia harus menikahi adik Ana, yang berumur 22 tahun itu, yang berarti selisih tiga tahun dari Alvaro.
Siapa sangka, anak yang dititipkan Ana, membuat Alva yang tidak memiliki perasaan, kepada Dessy
adik Ana harus berusaha hidup sebagai suami dan papa dalam waktu yang sama.
Mampukah Alva mempertahankan, hubungan keluarga nya?
Bagaimana dengan Dessy, yang juga tidak memiliki perasaan dengan Alva?
***
Cuss kepoin
Btw ini cerita kedua aku🫶
Terimakasih untuk kalian yang mau mampir🫶😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Pasaribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvaro Marah
"bapak tunggu disini ya" pinta Dessy setelah berada di tempat pemakaman.
"baik non" balas Supir yang bernama Dudu itu.
Dessy berjalan menuju makam Ana, almarhum kakak nya itu.
Ia berjongkok dengan Lily di gendongan nya. Tangan nya terulur membersihkan rerumputan, yang berada di makam kakak nya itu.
"padahal dulu aku janji, bakal sering kesini....tapi setelah lima bulan, aku baru kesini" ucap Dessy
Air matanya mulai keluar, saat ini ia merindukan kakak nya itu.
"Lily...ini makam mama ku sayang" ucap Dessy sendu.
"kak ini Lily, putri kakak " ucap Dessy sambil mengelus Nisan Ana.
"kakak udah bahagia banget ya, disana? sampai mampir di mimpi aku aja, ngak pernah tuh" canda Dessy berusaha, menarik semua rasa rindu yang membunuh nya.
"kak..." lirih Dessy sambil menghapus air matanya.
"aku kangen sama kakak" lanjut nya
Dessy menghela nafas nya
"aku ngak tau kan, menikah seperti ini susah juga" tangan nya yang semula, mengelus nisan Ana kini beralih mengelus pipi Lily.
"aku harus urus anak kamu, yang sekarang menjadi anak ku juga"
"aku harus sabar ngadepin Alvaro, disaat ia sering membandingkan mu dengan ku" jujur nya
"kak...aku udah mulai cinta sama Alvaro....aku salah banget ya kak?"
"bilangin Alvaro dong kak, biar lebih welcome sama Dessy...."
"masa dia sering bilang gini 'Ana dulu ngak kayak kamu' setiap kali Dessy salah, selalu aja langsung di bandingin sama kakak" ucap Dessy terdengar sendu.
"bukannya Dessy mau mas Al lupain kakak, tapi kan Dessy udah jadi istrinya nih, otomatis mas Al harus anggap Dessy kayak anggap kakak dulu" jelas nya, entah kepada siapa.
Sudah cukup lama Dessy di sana, ia memajukan wajahnya agar mencium nisan Ana. Dessy juga sedikit membantu Lily, agar kepala bayi itu bersentuhan dengan nisan Ana, entah apa maksud nya.
"kapan-kapan kita kesini lagi....sama mas Al" ucap Dessy lalu berjalan, meninggalkan makan Ana.
"ayo pak" ucap Dessy, setelah sampai di depan mobilnya. Dudu langsung membukakan pintu mobil untuk Dessy, dan kembali memutar untuk masuk.
"kita keliling kota ya " ucap Dessy diangguki Dudu.
"pinjam handphone bapak dong, ponsel Dessy mati kebetulan ngak bawa cash nya.
"ini non' ucap Dudu sambil memberikan handphone nya, pada Dessy.
Dessy tidak sengaja, menyimpan handphone milik Dudu di tas nya. Hingga saat Alvaro menelpon nya, ia tidak mengangkat nya.
Bukan tanpa alasan Dessy meminjam handphone milik Dudu, namun ia ingin melepaskan beban nya tanpa gangguan dari siapapun. Dessy tau Alvaro akan menelepon, supir nya itu. Makanya ia meminjam handphone milik Dudu.
****
Ceklek
Pintu terbuka, membuat Alvaro yang sedari tadi menoleh. Alvaro langsung berdiri, saat melihat kedatangan istri nya itu.
"DARI MANA SAJA KAMU, TIDAK TAU KAH KAMU SEDANG MEMBAWA PUTRI SAYA? JANGAN MENTANG-MENTANG KAMU ISTRI SAYA, JADI SEENAKNYA MEMBAWA ANAK SAYA. INGATKAN PADA DIRIMU SENDIRI, BAHWA LILY BUKAN ANAK MU" Bentak Alvaro
Deg
Lily bahkan terkejut, mendengar suara keras Alvaro. Dessy langsung menenangkan Lily, agar bayi kecil itu tertidur kembali. Dessy memanggil Ainun
"bi bawa Lily dulu ya, aku mau bicara sama mas Al"
"nanti aku jemput" ucap Dessy sambil memberikan Lily, yang masih tertidur.
Dessy berusaha agar tetap tegar, didepan suami nya itu. Dessy melangkah menuju Alvaro, yang seperti nya masih marah dengan nya. Ia berusaha agar matanya, tidak berkaca-kaca. Sungguh ia terluka dengan ucapan Alvaro. Setelah lima bulan bersama Alvaro, kini Alvaro kembali mengucapkan kalimat yang pernah Dessy larang.
Namun sekarang, Dessy hanya bisa mengalah saja. Ingin rasanya, ia melawan Alvaro namun hatinya menolak. Walau mereka kadang bertengkar selama ini, namun Alvaro tidak pernah semarah ini.
"maaf ya mas....kita bahas di kamar saja ya" ucap Dessy dengan mengumpulkan keberanian nya, memegang lengan Alvaro.
Alvaro yang masih di kelilingi, oleh api amarahnya pun segera menepis tangan Dessy.
"kamu selalu bersikap seperti ini, Ana dulu kalau mau kemana selalu memberi tahuku, kamu? seenak nya pergi begitu saja" ucap Alvaro.
Nah, Alvaro kembali membandingkan nya dengan kakaknya. Tidak bisakah kalau Alvaro marah, tidak usah membandingkan nya begitu? Dessy juga punya hati Al, dia ngak sekuat yang kamu kira!
"maaf ya mas" ucap Dessy sendu, hanya itu yang mampu bibirnya ucapkan. Alvaro berdecak, lalu pergi meninggalkan Dessy.
tes
Air mata Dessy menetes, ke pipinya.
Ia duduk, setelah Alvaro meninggalkan nya.
"its' oke Alvaro cuman lelah, makanya dia emosi begitu" ucapnya sambil mengelus pipinya. Ia tidak boleh menyerah begitu saja, kakaknya sudah mempercayakan semuanya pada nya.
Setelah beberapa saat terdiam di sofa mereka. Dessy kembali menyegarkan raut wajahnya, dan menyusul Alvaro ke kamarnya.
Saat Dessy membuka pintu kamar nya, ia melihat Alvaro yang sudah selesai mandi. Laki-laki itu tengah bercanda-canda dengan putri nya. Dessy mendekati dan ikut bergabung, dengan dua sejoli itu.
Rasanya sedikit canggung, saat melihat tatapan datar dari Alvaro.
"maaf Al" ucap Dessy mencoba memegang tangan Alvaro, yang masih mengelus-elus pipi Lily.
Alvaro melihat Dessy dengan tatapan datar nya, sungguh ia tidak tega dengan ekspresi istrinya.
Alvaro tersenyum sebentar
"hm" ucapnya kembali menampilkan ekspresi datar nya.
Dessy mengangguk paham, semoga aja ia semakin sabar setelah ini.
Dessy berdiri, dan berjalan menuju walk closet untuk mengambil pakaian nya.
"tunggu" ucap Alvaro tanpa melihat kearah Dessy.
Dessy menghentikan langkahnya
"kenapa?" tanya nya
"aku ingin tidur" ucap Alvaro kini memandang kearah Dessy.
"oke" ucap Dessy sambil melanjutkan langkah nya
Alvaro berdecak kesal
"itu saja?" tanya Alvaro dengan ekspresi kesal nya.
Dessy kembali menghentikan langkahnya, ia kini memandang Alvaro bingung.
Kalau mau tidur, yaudah tidur aja kok ribet? itu pikir wanita itu. Biasanya Alvaro tidur berpisah dengan Dessy, em... maksudnya berjarak, seranjang tapi berjarak gitu loh.
"tidur aja Al, nanti aku masih mau sarapan" ucapnya
Mengingat ia belum makan, mulai dari tadi sore.
Alvaro kesal melihat ketidak pekaan istri nya itu. Kakinya kini melangkah lebih dekat dengan Dessy. Dipegangnya kedua pundak Dessy, membuat Dessy kini menahan nafas nya.
"kamu tega... membiarkan suamimu tidur sendirian?" tanya Alvaro membuat Dessy, membelalakkan matanya kaget. Sungguh suaminya itu kadang aneh, padahal baru saja ia membentak nya sekarang....dia mengajak Dessy untuk menemaninya tidur?
Seperti nya Alvaro memiliki dua kepribadian.
"ehm...aku pikirkan nanti, awas aku mau mandi" ucapnya langsung pergi dari hadapan Alvaro.
Alvaro mengerut bingung
"tidur dengan suami, harus dipikirkan dulu?" tanya nya bingung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading 😇🫶
kak aku mampir udah nangis ini