Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Seperti janji Raka pada Melisa semalam, pagi-pagi sekali Raka sudah bersiap-siap hendak pergi menemui Melisa.
"Kamu mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Talita melihat anaknya sudah rapi dengan style santainya itu.
"Mau apelin pacar, Mom" sahut Raka dengan spontan.
"Oh. Gak mau makan dulu?" tanya Talita.
"Gak deh, Mom. Aku pergi duluan ya. Assalamualaikum" Raka mencium Talita dan beranjak pergi.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah"
Setelah beberapa saat kepergian Raka, Gunawan pun tiba mencari Raka.
"Mom! Lihat Raka gak?" tanya Gunawan menghampiri Talita.
"Baru saja dia pergi" sahut Talita dengan spontan.
"Pergi kemana?" tanya Gunawan penasaran, karena Raka jarang keluar pagi-pagi jika weekend, biasanya Raka hanya menghabiskan waktu liburnya di kasur, dan jika keluarpun siang hari sampai malam hari juga belum tentu balik ke rumah.
"Apelin ceweknya. Ini pasti dia apelin pacarnya yang gak bener itu, Dad" omel Talita kesal saat memikirkan Raka yang tidak becus memilih pacar.
"Kemarin katanya dia mau cari pacar yang seperti mommy, mungkin aja itu orangnya" balas Gunawan memenangkan Talita.
"Mana mungkin dia bisa dapat cewek yang bener. Hmmm kayaknya mommy harus cariin dia pacar yang bener deh Dad" sahut Talita penuh semangat.
"Mom! Ingat kesepakatan kita! Kita gak boleh milih jodoh untuk Raka sebelum dia yang minta sama kita. Lagian biarkan dia dulu mencari jati dirinya sendiri. Kita arahkan saja dia, Insyaa Allah pasti Allah kasih yang terbaik untuk Raka" sahut Gunawan dengan penuh kelembutan.
"Ya sudah deh Dad. Mommy ikut aja" ucap Talita menganggukkan kepalanya.
-----
Raka dengan penuh semangat pergi menemui Melisa di apartemennya. Ia bisa tau alamat apartemennya Melisa karena kemarin ia tidak sengaja membuntuti Melisa saat pulang dari kampus.
Sampai di apartemen, Raka keluar dari mobilnya dan naik ke lantai 10, karena kebetulan Melisa tinggal di lantai 10.
Ting..tong..
Suara bel yang di pencet Raka berkali-kali membangunkan Melisa dari tidur nyenyaknya itu.
"Siapa sih? Pagi-pagi udah gangguin aku?" gerutu Melisa dengan suara seraknya itu. Ia pun berjalan mengambil kerudungnya dan memakaikan sambil berjalan menuju pintu apartemennya.
Klek...
"Siapa si..h?" ucap Melisa terkejut saat melihat Raka berdiri di depan pintu apartemennya itu.
"Morning sayang" ucap Raka tersenyum sumringah.
"Ngapain kesini?" tanya Melisa kaget, ia pun melirik jam di dindingnya yang menunjukkan jam 7 pagi.
"Menunaikan janji semalam" sahut Raka dengan santai berjalan masuk ke dalam apartemen Melisa.
"Hei siapa suruh Mas masuk?" pekik Melisa kesal.
"Aku tamu disini. Masa sayang akan biarkan tamu berdiri di luar" sahut Raka dengan santai.
"Tapi ini apartemen aku dan aku ini cewek. Keluar! Keluar!" pekik Melisa kesal mengusir Raka.
"Gak mau" Raka malah duduk di sofa dan menyila kakinya.
"Mas Raka! Tolong keluar! Jangan buat aku berdosa karena memasukan lelaki ke apartemen aku!" ucap Melisa memohon pada Raka.
"Kita gak lakuin apa-apa ngapain takut?" ucap Raka dengan santai.
"Tapi kita bukan muhrim. Tolong Mas! Keluar!" pinta Melisa dengan lembut.
"Ok aku akan keluar. Tapi cepat siap-siap, aku menunggumu di bawah" titah Raka beranjak bangun dari duduknya.
"Ok. Tunggu aku di luar" ucap Melisa menganggukkan kepalanya.
"Ngomong-ngomong kamu cantik juga ketika bangun tidur" ucap Raka menggoda Melisa, kemudian ia buru-buru keluar dari apartemen Melisa karena takut disemprot olehnya.
"Mas Irsyad... Uhhh..." Melisa geram dengan Raka yang terkesan medeleknya, dan dengan segera ia mengunci pintunya kembali.
Raka cengengesan karena telah berhasil menggoda Melisa, ia pun kembali ke lobi, karena ia pikir di lobi tempat yang nyaman untuk menunggu Melisa.
Melisa dengan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah mandi dan mengenakan pakaian santainya, kemudian ia memoleskan sedikit make up.
"Ok. Semuanya sudah siap" ucap Melisa mengambil tasnya kemudian berjalan keluar meninggalkan apartemennya itu.
Itu terus berjalan dan melihat Raka sedang duduk menunggunya di lobi, ia pun mempercepat langkahnya dan menemui Raka.
"Ok aku udah siap" ucap Melisa berdiri di depan Raka.
"Buku tugasnya ada sayang bawa?" tanya Raka beranjak bangun dari duduknya.
"Enggak" sahut Melisa dengan spontan.
"Sayang balik lagi dan ambil buku tugasnya. Karena setelah breakfast kita gak pulang lagi kesini untuk mengerjakan tugasnya" jelas Raka memberi pengertian.
"Jadi aku ambil ni?" tanya Melisa kembali untuk mematiskannya sekali lagi.
"Iya sayang" ucap Raka menganggukkan kepalanya.
Melisa pun kembali ke apartemennya dan mengambil semua buku tugas dan laptopnya kemudian ia berjalan kembali menemui Raka.
"Sudah" ucap Melisa yang sudah berdiri di depan Raka.
"Sini biar aku yang bawa" pinta Raka penuh pengertian.
Melisa menganggukkan kepalanya dan menyerahkan tas ranselnya pada Raka.
"Sayang tunggu di depan biar aku ambil mobil di parkiran dulu" titah Raka dengan lembut.
"Ok" sahut Melisa dengan santai. Karena dalam bayangan Melisa, Raka hanya membawa mobil sedan biasa, jadi Melisa merasa tidak risau dengan Raka.
Tiba-tiba sebuah mobil sport Lamborghini Huracan berdiri di depan Melisa. Ia tidak menghiraukannya dan matanya malah asik melihat mobil yang lain.
Raka membuka pintu mobilnya dan turun untuk menghampiri Melisa.
"Yuk!" ucap Raka menatap Melisa.
"Dimana mobilnya Mas? Kok gak kelihatan?" tanya Melisa dengan matanya asik melihat mobil yang lain.
"Itu mobil aku" Raka menunjuk dengan jari telunjuknya.
"Hah? Mobil ini?" pekik Melisa tersentak kaget. Sungguh apa yang di lihat tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya.
"Iya. Ayo" Raka buru-buru jalan dan membukakan pintu untuk Melisa.
Melisa masih mangut-mangut, kemudian berjalan dan masuk ke dalam mobilnya Raka.
Raka tersenyum sembari menutup pintu mobilnya dan dengan segera ia masuk ke dalam mobil dan berjalan untuk mencari sarapan pagi.
"Kenapa harus pakai mobil ini?" tanya Melisa penasaran.
"Hanya ini yang ada" ucap Raka dengan spontan.
"Memanglah orang kaya, hanya bilang ini yang ada" batin Melisa meneguk ludahnya.
"Sayang kenapa? Gak senang ya aku jemput pakai mobil ini?" tanya Raka melirik Melisa sembari menyetir.
"Bukan. Aku cuma meras risih aja. Lagian kalau orang lihat pasti akan menjadi hot news" sahut Melisa masih memikirkan apa kata orang.
"Sayang! Bisa gak jangan memikirkan kata orang. Jika saya terus memikirkan kata orang, bagaimana sayang akan maju?" sahut Raka memberi pengertian.
"Iya. Tapi aku takut membuat orangtuaku malu di kampung. Terkesan aku ini bukannya kuliah tapi asik pacaran" keluh Melisa mulai gelisah. Ia sengaja bilang orangtuanya tinggal di kampung, padahal orangtuanya tinggal di kota Bandung.
"Sayang! Aku janji sama kamu, aku gak akan ganggu kuliah kamu, bila perlu aku bantu biar sayang cepat siap kuliahnya dan kita bisa cepat nikah" sahut Raka memberi pengertian.
"Iya. Semoga aja begitu" lirih Melisa menyungging bibirnya.
"Sekarang sayang buang semua pikiran buruknya dulu. Daripada mikirin hal yang gak penting, mending kita sarapan dulu yok" ucap Raka berhenti di sebuah restoran.
Melisa menganggukkan kepalanya dan membukakan seatbeltnya.
"Jangan turun dulu!" titah Raka dengan segera ia turun dan membukakan pintu untuk Melisa.
"Mas terlalu memanjakan wanita. Pantas saja banyak dari wanita yang mengejar-ngejar Mas" sahut Melisa menatap Raka ketika hendak turun dari mobil.
"Aku ini pencinta wanita, dan wajib memanjakan wanita, apalagi wanita seperti kamu, Mel" ucap Raka sembari mengeluarkan tas ranselnya Melisa.
"Mas ini bisa saja" sahut Melisa tersenyum sumringah.
"Yuk kita masuk!" Raka mengajak Melisa masuk bersama dengannya.
Disana Raka memesan meja VVIP yang terletak di lantai 2, yang hanya dihuni oleh mereka berdua tanpa ada orang lain yang menimbulkan kebisingan. Tempat itu sengaja ia pesan karena Raka ingin membuat Melisa nyaman dalam mengerjakan tugasnya.
Seperti biasa, Melisa menyerahkan soal pesanan makanan pada Raka. Melisa hanya duduk manis dan menunggu makanannya tiba.
"Mas kok bisa tau tempat tinggal aku?" tanya Melisa penasaran.
"Aku ini paranormal, jadi aku tau semua tentangmu" sahut Raka sok tau.
"Bukan paranormal, tapi abnormal yang ada. Hehe" ledek Melisa menertawai Raka.
"Pintar banget sayang ngeledekin aku"
"Tapi ini serius, Mas tau dari mana alamat apartemen aku?" tanya Melisa kembali karena ia sungguh sangat penasaran.
"Kan sudah ku katakan, aku ini paranormal, jadi sayang gak bisa menutupi apapun dari aku" sahut Raka penuh percaya diri.
"Mulai deh halu" ucap Melisa memanyun bibirnya.
"Sayang serius ingin tau?" tanya Raka dengan senyuman genitnya.
"Iya" ucap Melisa dengan polos.
"Cium aku dulu" Raka mulai menggoda Melisa.
Melisa meraih buku dalam tasnya kemudian memukul lembut pipi Raka dengan bukunya.
"Ini morning kissnya" sahut Melisa cengengesan.
"Sayang aku tau kamu selama ini gak jujur sama aku" ucap Raka dengan santai.
"Maksudnya Mas?" Melisa tersentak kaget.
"Iya. Tentang sayang bilang orang kampung" sahut Raka mulai serius.
"Oh itu. Hmm... Lalu?" tanya Melisa dengan santai.
"Aku tau kok sayang sebenarnya bukanlah orang kampung dan miskin seperti apa yang sayang ceritakan selama ini" ucap Raka menatap Melisa dengan serius.
"Ini pasti karena Mas melihat aku tinggal di apartemen mewah bukan?" Melisa tau Raka curiga ia membohongi dirinya setelah Raka mengertahui alamat rumahnya.
"Tentu. Karena orang miskin dan orang kampung yang seperti sayang ceritakan itu gak mampu untuk tinggal di apartemen mewah seperti itu" sahut Raka.
Melisa hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Aku ini memang orang miskin. Dan yang kaya itu orangtua aku" sahut Melisa dengan santai sembari mengambil minuman yang di letakkan pelayan itu.
"Tapi sama saja, sayang itu tetap gak jujur sama aku" protes Raka kesal.
"Bukannya Mas juga gitu?" tanya Melisa melirik Raka.
"Itu lain" Raka mencoba menyangkal.
"Itu lain apa? Kita ini sama, sama-sama menutupi identitas diri kita masing-masing" sahut Melisa menatap Raka dengan serius.
"I..tu" Raka menjadi terbata-bata.
"Haa.. Itu apa? Mau ngeles lagi?" Melisa malah menyudutkan Raka.
"Ok aku akui kita memang sama-sama berbohong. Tapi aku mulai curiga ni dengan nama aslimu" Raka mulai mencurigai Melisa.
Melisa tersenyum, ia pun membuka dompet dan mengambil KTP, kemudian ia menyerahkannya pada Raka.
"Ini. Mas lihat sendiri" ucap Melisa sembari tersenyum.
Raka mengambil KTP Melisa dan melihatnya dengan jeli.
"Melisa Anggraini Dermawan, lahir di Bandung 5 Mei, belum nikah, mahasiswi, agama islam, berlaku seumur hidup" Raka mulai membacanya sampai habis.
"Hmmm" Melisa menganggukkan kepalanya sembari minum.
"Hahaha.. Lucu banget foto KTPnya" Raka tertawa saat melihat foto KTP melisa yang seperti anak SMP.
"Siniin KTP aku!" pinta Melisa merasa kesal saat Raka meledeknya.
"Gak mau" Raka mengambil ponselnya dan memfoto KTP Melisa.
"Loh kok malah di fotoin sih?" protes Melisa kesal.
"Nah ini aku balikin" Raka menyerahkan KTP kembali kepada Melisa.
Melisa mengambil KTPnya dan memasukkannya kembali ke dalam dompet.
Melisa merilik Raka tersenyum sendiri melihat foto KTPnya membuat ia kesal.
"Lihatin aja terus" ucap Melisa memanyunkan bibirnya.
"Ya udah aku gak lihat lagi" Raka meletakkan ponsel di sampingnya.
"Sekarang kita makan dulu, setelah itu baru kita kerjakan tugas kamu" sahut Raka sembari mengambil sendoknya.
Setelah sarapan, Raka mengeluarkan semua buku dan laptop dari tas Melisa dan ia letakkan semuanya di atas meja.
"Jangan sekarang deh, kenyang banget" keluh Melisa merebahkan kepalanya di atas meja.
"Jangan malas dong. Katanya mau cepat siap kuliah, tapi belum mulai saja sudah menyerah" ucap Raka melihat Melisa yang lesu.
"Nanti aja ya. Aku kenyang banget gak sanggup kerjain" ucap Melisa melas sembari mengangkat kepalanya dari meja dan menyendar tubuhnya di kursi.
"Ok. 5 menit untuk istirahat, setelah itu kita kerjakan semua tugas ini" tegas Raka.
"Iya deh" ucap Melisa melas.
"Oh ya! Lihat dong KTPnya Mas" Melisa menadah tangannya.
"Untuk apa?" tanya Raka mengernyit keningnya.
"Udah kasih aja, aku mau lihat" jawab Melisa ngotot.
Raka membuka dompet dan mengambil KTPnya, kemudian ia hendak menyerahkan pada Melisa.
Melisa dengan sigap ingin mengambil, tapi Raka menarik KTPnya dan menjauhkan dari Melisa.
"Bilang dulu untuk apa?" tanya Raka bingung.
"Mau lihat aja, ada gak yang Mas masih tutupi dari aku" jelas Melisa.
Raka menyerahkan KTPnya kepada Melisa.
Melisa tersenyum dan langsung mengambil KTP Raka.
"Mas! Foto Mas disini kok bisa putih gini?" tanya Melisa membandingankan foto KTP dengan wajah aslinya Raka.
"Itu saat di Jakarta masih putih, dan selama di LA udah agak gelap sampai sekarang" jelas Raka dengan santai.
"Tapi aku lebih suka Mas yang sekarang, lebih gagah, di bandingkan yang di foto ini, lebih mirip kayak cewek" sahut Melisa dengan matanya terus fokus pada KTP Raka.
"Tadi bilang apa? Sayang suka sama aku yang sekarang?" tanya Raka dengan mata genitnya itu.
"Eh aku gak bilang gitu kok" ucap Melisa gugup.
"Kalau gak suka ngapain terus pandangin foto aku?" sahut Raka mengambil KTPnya kembali.
"Eh kok malah diambil? Aku belum selesai lihatnya" keluh Melisa menatap Raka.
"Bilang dulu kamu cinta sama aku baru aku kasih lagi" pinta Raka menggoda Melisa.
"I love you I love you I love you" cerocos Melisa kesal.
"Gitu dong. Ini aku kasih lagi" Raka tersenyum sumringah dan menyerahkan kembali KTPnya.
Melisa mengambil kasar KTP dari tangan Raka dan melihat nama dan tanggal lahirnya.
"Hah? Kok bisa samaan sama aku tanggal lahirnya?" pekik Melisa tersentak kaget.
"Itulah namanya jodoh" sahut Raka dengan santai.
"Tapi kayaknya bagus juga deh kalau suatu hari nanti kita nikahnya itu tanggal 5 Mei" sahut Raka mulai berhalusinasi.
"Mulai halu deh. Tapi tunggu! Usia Mas sekarang 25 tahun dan aku 18 tahun, berarti selisih usia kita 7 tahun dong?" ucap Melisa sembari menghitung selisih usia mereka.
"Iya. Tapi kelihatan muda banget kan?" tanya Raka penuh percaya diri.
"Idih! Narsis banget" ucap Melisa menyeringai.
"Loh kok narsis? Bukannya itu fakta? Sini deh kita selfi bareng dulu" Raka mengambil ponselnya dan foto bersama dengan Melisa.
"Coba aku lihat!" Melisa menadah tangannya.
"Nih. Coba deh sayang lihat sendiri, kita tampak serasi banget kan? Dan gak keliatan usia aku lebih tua 7 tahun dari kamu" cerocos Raka sambil menyenunjukkan foto mereka.
Melisa tersenyum dan hendak mengirim ke kontaknya.
"Mas save nama aku siapa?" tanya Melisa melirik Raka.
"My honey" sahut Raka dengan spontan.
Melisa langsung mengirim foto itu ke kontaknya. Melisa juga nakal, jari-jarinya dengan lincahnya langsung membuka galeri ponsel Raka, ia mencari fotonya yang semalam, kemudian ia langsung menghapusnya.
Raka yang mengintipnya dan dengan segera ia menarik ponselnya.
"Sayang nakal" ucap Raka mengecek galerinya.
"Udah aku hapus, blek" sahut Melisa meledek Raka.
"Kok gitu sih? Ih.. Hilang deh fotonya" keluh Raka kesal.
"Biarin, lagian foto gituan disimpan" sahut Melisa dengan santai.
"Hmmm" Raka memanyunkan bibirnya.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka