NovelToon NovelToon
Cinta Terhalang System

Cinta Terhalang System

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Teen School/College / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: milorasabaru

Terlahir kembali sebagai anak orang kaya bernama Ethan, ia bereinkarnasi bersama sebuah sistem yang misterius. Sistem Penguasa, yang meringankan hidupnya dan juga merumitkan kisah cintanya.

Di sekolah, Ethan dipertemukan dengan mantan pacar dari kehidupan sebelumnya, Karina. Kehidupan kedua ini menjadi kesempatan bagi Ethan untuk mengulangi hubungan dan memperbaiki kesalahannya.

Namun, Sistem Penguasa terus memaksa Ethan untuk menguasai sekolahnya, menjadi puncak tertinggi di antara siswa lain, dan Karina tidak menyukai gaya hidup Ethan itu.

Akankah Ethan dapat kembali bersama Karina? Ikuti kisahnya yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon milorasabaru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02

Raditya Dika pernah berkata;

'Ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, ...gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon.'

Untung saja aku tidak menjadi manusia setengah salmon. Tidak terbayang, sungguh. Tapi, setelah delapan tahun kejadian aneh itu, aku mendapatkan hidup yang lebih baik.

Tidak kusangka, aku terlahir kembali dengan keluarga yang utuh, ditambah mereka juga orang kaya! Hidupku benar-benar beruntung kali ini.

Aku kemudian diberi nama Ethan Wijaya. Cringe banget kalau menurutku. Nama itu pemberian oleh ayahku saat ini. Katanya itu diambil dari tokoh yang diperankan oleh Tom Cruise dalam seri film Mission Impossible, Ethan Hunt.

Should you choose to accept it. (Kau harus memilih untuk menerimanya.)

Jadi teringat kalimat ikonik itu. Yah, aku juga gak protes dengan namaku, aku juga sama dengan ayahku itu, ngefans dengan Tom Cruise.

"Ethan, ayo sarapan. Ibu sudah menyiapkannya di bawah," ucap kakakku, Rita, dari balik pintu yang sedikit ia buka.

Aku pun menoleh padanya, beralih dari jendela besar yang sedari tadi aku pandangi. Aku tidak pernah punya jendela sebesar itu dikamarku, bahkan tidak di tempat tinggalku dulu.

Wajah oval, berkulit cerah sepertiku dengan kedua mata kecoklatan yang sedikit besar dan berhidung mancung, mengintip dari sela pintu hingga rambut panjang berponinya sedikit terayun.

Aku dan kakakku hanya berbeda setahun. Paras kita yang begitu mirip, banyak yang mengira kami berdua saudara kembar.

Yang jelas diriku saat ini, lebih tampan dari kehidupanku yang dulu. Bukan narsis, sungguh.

"Iya. Aku bentar lagi ke bawah, Kak."

"Jangan lama-lama di kamar," titahnya.

"Iya, Kak."

Kemudian dia menutup pintu itu dan berlalu, langkahnya terdengar mulai menuruni tangga.

Aneh sekali rasanya memanggil seseorang dengan 'kakak'. Dulu, aku menyebut 'kakak' hanya untuk ragam hormat pada orang lain. Tapi sekarang, itu secara literal, pada seorang kakak perempuan di keluargaku saat ini.

Sama sepertiku, dia diberi nama Rita berdasarkan aktris jadul yang terkenal di Amerika. Katanya itu aktris favorit ibuku saat ini, Rita apa gitu...

[Rita Hayworth, aktris papan atas pada era 1940-an. Film yang terkenal adalah—]

Iya itu lah pokoknya. Kedua orang tuaku ini benar-benar menyukai film.

"Aku tidak perlu info yang lebih detail!" Tanpa sadar aku memekik. Semoga tidak ada yang mendengarnya dan menganggapku gila.

[Baik.]

Huft. Terkadang, suara wanita ini mengisi kepalaku. Lembut dalam nada contralto, berkata kaku seperti asisten virtual pada komputer, tetapi mengganggu. Sepertinya aku terlahir dengan skizofrenia.

Datang tak diundang, pulang tak diantar. Aku terkadang bisa mengendalikan suara ini, dengan berbicara padanya, tapi seringkali sebaliknya.

[Memeriksa... Selesai. Anda tidak mengidap skizofrenia.]

"Ya terserah kau saja."

Ku tarik napas dalam, suara di kepalaku ini selalu memancing emosi. Sering kali dia hadir hanya untuk menjelaskan hal yang tidak bermanfaat, dan enggan menjawab pertanyaan yang justru lebih penting bagiku.

Menyebalkan sekali dia.

"Bersabarlah wahai diriku," gumamku.

Kemudian, dengan seragam sekolah dasar yang sudah aku kenakan, dan rambut hitam pendek yang sudah disisir rapi, aku berlalu dari kamar.

Tidak pernah terbayangkan, aku tinggal di rumah bertingkat, dengan kamarku berada di lantai tiga. Terlebih rumah sebesar dan semewah ini? Aku sangatlah bersyukur.

Rumah tiga lantai dengan gaya arsitektur modern, selera kedua orang tuaku ternyata boleh juga. Aku juga suka mendesain rumah impian seperti ini di The Sims.

Menuruni anak tangga kayu berundak di atas sela kosong seolah tangga itu melayang, dengan pagar kaca bening, terkadang membuatku paranoid terjatuh.

Akhirnya, aku mencapai ruang makan di lantai dasar, dengan meja panjang di tengah ruangan dan sepuluh kursi mengitarinya. Pemborosan. Keluarga ini hanya beranggotakan empat orang.

Ayahku sudah duduk di sisi paling ujung sembari membaca koran, Rita duduk di sisi samping persis sebelahnya, sementara ibuku masih berdiri, sibuk memindahkan makanan.

"Hai, sayang. Udah keliatan ganteng aja pagi-pagi," goda ibuku sembari mempersiapkan sarapan di atas meja dengan kaca panjang di permukaan.

Ketika aku hendak menanggapi Ibu, Rita memotong.

"Namanya juga mau sekolah, Bu," timpal Rita. Kakakku itu selalu realistis, atau memang karena masih bocah.

"Jaga sikapmu, Rita. Ada etika bicara pada orang tua." Ayahku menegur tanpa memperlihatkan wajahnya. Ia selalu fokus jika sudah baca berita.

"Maaf." Rita menundukkan wajah.

Tidak tahan melihat situasi jadi canggung, aku kemudian membuka suara.

"Selamat pagi semuanya."

Ah, kaku banget. Terus terang hingga saat ini aku masih belum terbiasa hidup dengan keluarga. Bagaimana seharusnya aku bersikap?

"Pagi, Ethan." Mereka semua membalas serentak.

Ah, tidak tahan. Malu banget, rasanya tol*l banget.

Kemudian aku duduk di seberang Rita, dan tidak lama ibuku juga duduk di sebelahnya. Kami semua pun memulai sarapan.

"Ethan, gimana kalau kamu, ayah daftarkan les piano? Kamu mau?" tanya Ayah.

DING!

[Misi baru: Tolak permintaan Ayah. Ajukan permintaan untuk kursus bela diri.

Hadiah: 2.000.000 rupiah.

Batas waktu: 5 menit.]

Yang benar saja. Ayahku sudah menawarkan dengan baik-baik dan harus kutolak?

Kali ini bukan hanya suara wanita itu, tetapi juga layar hologram. Mengambang tepat beberapa senti dari mataku, berlatar warna putih dengan tulisan hitam di atasnya.

Aku tahu hanya aku yang bisa melihatnya. Sudah kupastikan itu karena sudah terjadi berulang kali.

Seperti dalam video game, aku mendapatkan sebuah misi. Misi ini jarang terjadi, tetapi sekalinya muncul benar-benar merepotkan.

Tentu, kalau menyelesaikan misi mendapat hadiah, selalu uang, terkadang hal aneh yang tidak kupahami. Namun, masa bodoh dengan hadiah, jika tidak mengerjakan misi aku akan sial.

Terakhir kali aku menolak misi ini, mendadak tubuhku kejang-kejang dan harus dirawat di rumah sakit. Aku tidak mau hal buruk terulang.

"Ethan? Kenapa diam saja?" tanya ayahku.

"Maaf Ayah, bukan bermaksud tidak menghargai tawaran Ayah. Jika bisa memilih, aku ingin les bela diri aja," jawabku.

Tidaaak, formal banget. Maafkan aku Ayah, kehadiranmu mengingatkanku pada suasana kantorku dulu.

"Oke, mau bela diri apa?" tanya Ayah.

"Karate? Pencak silat?" ucapku penuh keraguan.

Ibuku tertawa kecil menatapku. "Kamu ini kebanyakan nonton film."

"Gapapa, biar dia mencoba hal baru. Oke, nanti Ayah carikan tempat yang bagus dan cocok ya." Ayahku berkata dengan lembut.

[Misi berhasil. Mendapatkan: 2.000.000 rupiah.]

"Baik. Terima kasih, Ayah," timpalku.

Aku menghela napas panjang, akhirnya misi itu selesai dan aku baik-baik saja. Aneh sekali aku masih berkhayal tentang uang, dengan hidupku sekarang ini aku sudah tidak perlu mengkhawatirkan uang.

"Kamu aneh, Ethan," ledek Rita.

Aku hanya mengangguk tersenyum padanya. "Memang."

Kami berdua pun tertawa. Aku dan kakakku itu jarang sekali bertengkar. Kata orang, kakak beradik itu sudah biasa bertengkar, aku penasaran apa maksudnya.

"Buruan kalian berdua berangkat, nanti telat loh," ucap ibuku halus dengan nada mezzo-soprano.

"Baik, Bu." Kami menjawab serentak. Aku dan Rita pergi ke satu sekolah yang sama.

"Hati-hati kalian berdua. Baik-baik ya di sekolah," ucap ayahku.

Aku pun beranjak dari ruang makan, kembali ke kamar untuk mengambil ranselku, lalu keluar ke halaman depan. Di sana aku kembali menarik napas panjang.

Aku memang bocah saat ini, tapi tetap saja aneh rasanya kalau harus masuk sekolah dasar lagi.

Aku ini pria dewasa!

DING!

[Misi baru: Berkelahi di sekolah.

Hadiah: 10.000.000 rupiah.

Batas waktu: Tidak ada.]

1
lucky girl
p
Ra dhiraemon
lanjut
Keyozzx
lanjud bang gua gif dah kalo rajin
Ra dhiraemon
Mampir di sini ya kk
lucky girl
up thorrr /Determined//Determined//Determined/
Keyozzx
2 lagi bang Gua Udah Siap bacok lu kalo engga up lagi 🖕🤡
Keyozzx
Bacot anjg Up Mana 2 per hari minimal lah Sini Gua bacot lu 🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🤡🤡🤡🤡🤡👎👎🐶🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Keyozzx
Tambahin 1 jarang up Sekali up cuma 1 Ngelunjak hah gua bocak lu🥴🖕🪨👎👎🖕🖕🖕👍🖕👍🪚🤮🔥🔥
lucky girl: lu bisa sabar ga?☺️☺️☺️
nulis cerita ga segampang itu /Right Bah!//Hammer/
Keyozzx: Ya udah Up lah 🤬🤬🤬🤬🤬
total 3 replies
Keyozzx
lanjud bang Up 2 kali sehari Biar seru saran aja
milorasabaru: siyap, aku usahakan ya
total 1 replies
milorasabaru
sabar S*T!!!/Heart//Heart/
Keyozzx
mana lanjutan ya anj Cepat'
😒
Keyozzx
Up ya perbanyak bang sumpah Seru asu
milorasabaru: siyap nantikan terus yaaaaaa
total 1 replies
Paulina Alfathir
wah author ngadi2 nih masak ngasih misi berkelahi😂😂😂
Keyozzx
Sial Apa kau kira kita pembaca Tidak menunggu Hah sialan
/Cleaver/
Keyozzx: Up ya 5 jangan lupa
milorasabaru: aku upload tiap subuh ya gais
total 2 replies
Kang Kuli
bg
milorasabaru: makasih bang ratingnya
total 1 replies
Kang Kuli
up
milorasabaru: nanti subuh ya
total 1 replies
milorasabaru
Hai ini cerita pertamaku, akan selalu update setiap hari, tanpa libur. Kalau engga ada update kejar aku ke FB dengan nama akun yang sama dengan namaku disini. Selamat menikmati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!