“Apa? Suami bayaran? Apa ada wanita yang menginginkan hal itu?” Glenn benar-benar ragu dengan ide Claretta. Ia pun hanya menunggu penjelasan Claretta mengenai hal itu.
Claretta tersenyum mendengar jawaban Glenn, tentu saja Claretta merasa yakin dengan tawarannya karena wanita itu adalah orang yang sangat dia kenal.
“Intinya lo bersedia atau nggak?” tanya Claretta memastikan untuk kedua kalinya.
“Lo nggak berniat mempermainkan gue kan? Gue lagi butuh uang Cla, jika gue nggak mendapatkan uang sebanyak itu, gue akan benar-benar menyesal karena melihat bokap gue lumpuh seumur hidupnya,” tutur Glenn.
“Jadi jawaban lo?”
“Iya, gue bersedia jadi suami bayaran wanita itu, dimana gue bisa ketemu dia?” tanya Glenn penasaran.
“Iya, gue kenal banget sama dia, namanya Helena Jensen, dia bos gue di kantor, dia wanita yang tidak percaya dengan pernikahan, tapi nyokapnya sudah memaksanya untuk menikah, makanya dia mau mencari pria yang mau menjadi suami bayarannya,” tutur Claretta.
Mendengar hal itu, Glenn menjadi penasaran dengan sosok wanita bernama Helena itu. Ia pun sudah membayangkan kehidupan yang menyenangkan bersamanya. Pasti hidupnya akan berubah derastis, itulah salah satu impian Glenn menjadi orang kaya.
“Baiklah, gue sepakat, gue terima tawaran itu. Kapan pernikahan akan di langsungkan?”
“Gue akan hubungin lo secepatnya mengenai jadwal pernikahan kalian, lebih cepat lebih baik, gue juga akan sampaikan masalah lo ke Helena, supaya dia langsung mengurus biaya operasi bokap lo,” ujar Claretta.
“Terima kasih ya Cla. Gua merasa ini sebuah keajaiban, sekalipun harus menjadi suami palsu untuk Helena,” kata Glenn.
Setelah itu, Claretta pun berpamitan dan meninggalkan Glenn sendirian di cafe itu. Ia berada di antara dua rasa yang membuatnya bimbang, antara bahagia atau sedih. Tapi ia bertekad untuk melaksanakan tugasnya dengan baik demi kesembuhan sang ayah. Ia juga akan merahasiakan hal ini kepada ayahnya, ia tidak ingin ayahnya sedih karena ia melakukan ini.
“Seperti apa ya wanita itu? Apa dia cantik? Apa buruk rupa? Sudahlah, gue nggak peduli sama hal itu, gue hanya butuh uang untuk biaya bokap gue, itu yang penting,” gumamnya pelan. Ia sedikit bisa bernafas lega karena sudah menemukan solusi dari masalahnya.
Ia pun kembali ke rumah sakit menemui ayahnya. Wajahnya sudah tidak lesu lagi seperti sebelumnya, meskipun hatinya sedih ketika melihat kondisi ayahnya yang menyedihkan.
***
Keesokan harinya, Claretta pun menghubungi Glenn untuk mempersiapkan diri, pernikahan mereka akan dilaksanakan tiga jam lagi di rumah Helena. Tentu saja keluarga besar Helena akan hadir di acara itu.
“Claretta!!! Kenapa sih dadakan begini, mana gue belum mandi lagi,” keluh Glenn lalu bersiap-siap.
Ia akhirnya tiba di kediaman keluarga Jensen. Rumah yang besar sekali bak istana yang megah, mobil dengan berbeda merek berjejer rapi di garasi rumahnya. Glenn cukup tercengang melihat kekayaan keluaga Jensen itu.
“Luar biasa, ini benar-benar durian runtuh. Gue nggak lagi mimpi kan?” Glenn memastikan hal itu dengan cara menampar dirinya sendiri dengan pelan.
Glenn kemudian masuk ke dalam rumah itu, seluruh keluarga besar Helena sudah berkumpul. Ia masih penasaran dengan sosok Helena yang akan menjadi istrinya nanti.
“Glenn, ayok!” ajak Claretta yang sudah berada di tempat itu lebih dulu. Wanita itu pun memperkenalkan Glenn kepada semua anggota keluarga Jensen. Mereka semua hanya penasaran dengan pernikahan yang terjadi secara mendadak ini.
Claretta pun memperkenalkan Helena kepada Glenn, calon istri palsunya nanti. Tentu saja Glenn terkejut ketika melihat wanita cantik yang tersenyum di depannya itu.
Glenn pun berpura-pura sudah mengenal Helena sejak lama, ia ingin rencana mereka berjalan lancar tanpa kecurigaan dari keluarga Jensen.
Ia baru menyadari jika wanita itulah yang datang ke rumah Claretta saat itu. Ternyata dugaannya salah, ternyata Claretta bukan lesbian seperti yang dia pikirkan selama ini.
Setelah ijab kabul diucapkan, maka resmilah Helena dan Glenn menjadi sepasang suami istri di mata keluarga Jensen dan masyarakat kompleks yang ikut menghadiri pernikahan mereka.
“Sah! Sah! Sah!” ucap para saksi pernikahan.
Setelah acara itu selesai, tentu saja semua tamu undangan bergegas pulang, begitu juga dengan semua anggota keluarga Jensen berpamitan satu persatu. Hanya tinggal Claretta yang masih tersisa di rumah itu.
Ketiganya berbincang, Helena ingin menyampaikan sesuatu kepada Glenn di depan Claretta sebagai saksi dari hubungan sandiwara mereka itu.
“Glenn, gue punya satu syarat yang lo harus penuhi dalam sandiwara ini,” ucap Helena pelan, ia tidak ingin ibunya mengetahui sandiwara mereka.
“Apa itu?”
“Lo nggak boleh menyentuh gue. Lo harus ingat, ini pernikahan palsu, jadi lo bukan suami sah gue, jadi gue harap lo menyetujui syarat itu dan bisa bekerja sama dengan baik,” pinta Helena.
Sekalipun terdengar bodoh, tapi Glenn harus memenuhi syarat itu. Ia juga sangat menyadari jika dia hanya seorang suami bayaran, jadi apapun permintaan Helena harus dia turuti.
Setelah itu, Claretta pun berpamitan dengan Helena dan Glenn. Tidak lama berselang, Helena mengajak suaminya ke kamar pengantin mereka. Tentu saja itu juga bagian dari sandiwaranya di depan kedua orang tuanya.
“Glenn, lo boleh tidur di tempat tidur ini, tapi gue peringatin lo, jangan pernah nyentuh gue jika lo nggak mau semua perjanjian kita batal,” tegas Helena.
“Oke, gue akan melakukan semua syarat-syarat lo,” kata Glenn.
Setelah cuku lama bersama di kamar itu, Helena bangkit dan beranjak dari kamarnya meninggalkan Glenn sendirian di hari pertama pernikahan mereka.
“Apa-apaan ini, kenapa gue nggak bisa menyentuhnya, dia kan istri gue. Lagian aneh banget sama dia, wanita di luar sana menginginkan sentuhan gue, kehangatan gue, tapi kenapa lo malah menolak hal itu, ada apa dengan dia?” keluhnya.
Glenn mengakui bahwa Helena memang wanita yang cantik dan menggairahkan, hanya saja semua itu hanya terdapat dalam angan-angan Glenn. Ia tidak mungkin memiliki kesempatan untuk merasakan kehangatan tubuh Helena yang membuatnya penasaran.
Berkali-kali Helena selalu meninggalkannya sendirian di rumah, bahkan mereka sangat jarang bersama seperti halnya pasangan baru lainnya, ia yang merasa bosan di kamar lalu pergi ke sebuah bar untuk menghilangkan rasa frustasinya.
Sesampainya di bar, ia selalu minum alkohol, setiap hari selalu seperti itu untuk membuatnya tenang ketika pulang ke rumahnya. Ia merasa sedikit frustasi dengan sandiwara yang sedang dia jalani.
Ia pun harus kembali ke rumahnya, ia melirik jam di tangannya sudah menunjukan pukul 4 dini hari. Ia tidak terlalu memperdulikannya. Sesampainya di rumah, ibu mertuanya pun keluar dari kamarnya dan mendapati Glenn baru pulang ke rumah.
“Glenn, kamu dari mana jam segini baru pulang?” tanya Amira dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Nyari angin Ma di luar,” jawab Glenn seadanya.
“Ya ampun Glenn, berhari-hari saya liat kamu selalu pulang jam segini, apa kamu tidak kasihan dengan istrimu, setiap malam harus tidur sendirian, bagaimana kalian akan mendapatkan keturunan kalau begitu, apa jangan-jangan kalian belum melakukannya?” tanya Amira penasaran.
Glenn tidak tahu harus menjawab apa di depan mertuanya itu, ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya kepada Amira. Bisa-bisa sandiwara mereka terbongkar.
Helena yang mendengar keributan itu lalu keluar dari kamarnya, ia membela suaminya untuk menjaga sandiwara itu tetap aman.
“Sudah Ma, kami sudah melakukannya, bahkan berkali-kali. Tapi ada hal yang ingin aku sampein ke Mama. Begini Ma, Mas Glenn anunya gak bisa selalu tegak, jadi cukup sulit untuk mendapatkan keturunan saat ini,” jelas Helena mencoba meyakinkan Amira.
“Maksud kamu, Glenn impoten?”
***
JANGAN LUPA LIKE YAA GAESS
👍
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 100 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀
wkwk.. oh no no no🤣🤣🤣
2022-02-02
0