Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Gadis Galak Terjebak Duda Gila
Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Jodoh Gadis Indigo
Prolog
Bidadari adalah anak tunggal keluarga Pak Joko. Sebenarnya Bidadari yang bernama lengkap Bidadari Jini. Bidadari artinya makhluk yang sangat cantik, sedangkan Jini adalah perpaduan nama dari Joko dan Rini. Rini adalah namanya bu Joko.
Bida tumbuh tidak seperti anak pada umumnya. Bida sesekali bisa merasakan kehadiran makhluk halus tak kasat mata bahkan beberapa kali melihatnya. Namun Bida tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Bida sudah kenyang dengan cemoohan teman-temannya dengan mengatakan bahwa Bida pembohong. Saat masih sekolah TK, Bida berjalan beriringan dengan kedua temannya pulang ke rumahnya yang jaraknya tidak jauh bahkan tidak sampai 100 meter, karena paginya ibunya berpesan bahwa ibu tidak bisa menjemputnya. Di tengah perjalanan, Bida melihat ada nenek tua sedang duduk bersandar di sebuah pohon waru besar dengan menselonjorkan kakinya dan tampak lelah. Kedua temannya yang bernama Sindi dan Ani berjalan sambil bergurau dan menyepak kerikil dan hampir mengenai wajah nenek tersebut. Otomatis Bida segera menegur teman-temannya.
" Kalian ini, hati-hati! kasihan nenek itu." Bida mendekat ke nenek tersebut yang tampak terkejut dengan kedatangan Bida. Sedangkan Sindi dan Ani saling pandang tidak memahami maksud Bida, kemudian mengarahkan pandangan mereka mengikuti Bida. Bida semakin mendekati nenek tersebut yang menggunakan kebaya warna hitam yang sudah lapuk dengan jarik lurik yang juga sudah lapuk. Bida berjongkok, tepat di hadapan nenek.
" Maafkan teman Bida ya nek, mereka tidak sengaja." Sindi dan Ani merasa heran dan mengira Bida bersandiwara karena tadi di sekolah mereka bermain drama Kancil dan Buaya. Sindi pun memiliki ide usil, ia memungut kerikil lalu mendekati Bida dan dengan sengaja melempar kerikil tersebut hingga mengenai punggung Bida. Sindi dan Ani pun tertawa terpingkal-pingkal.Bida pun terkejut begitu juga nenek. Nenek tersebut, matanya berubah merah, raut wajah ya yang tadi tampak lelah menjadi marah. Bida juga kaget dengan perubahan tersebut dan kembali meminta maaf karena mengira bahwa temannya masih mainan kerikil dan tanpa sengaja mengenai dirinya.
" Maaf nek, tolong maafkan teman-teman Bida." Nenek menatap Bida, kemudian raut wajahnya tampak heran menatap Bida. Ia tidak menyangka, bahwa gadis kecil di depannya bisa melihat keberadaannya bahkan berbicara padanya.
Bida pun berdiri, " Nek, maaf kami pamit." Sebenarnya Bida masih penasaran dengan nenek tersebut, mengapa ia duduk disana. Apakah ia tersesat, dimana keluarganya, namun karena kuatir ibunya menunggu kepulangannya, maka Bida setengah menyeret teman- temannya.untuk segera pergi. Teman-temannya sedang mematung sibuk dengan pikiran masing-masing. Tadi mereka sempat tertawa terpingkal-pingkal ketika kerikil yang dilempar Sindi tepat mengenai punggung Bida. Namun perkataan Bida berikutnya membuat mereka heran, Sindi mulai ketakutan hingga tidak bisa berkata apa-apa. Rumah Bida sudah terlihat, Bida mempercepat langkahnya sedangkan Sindi dan Ani rumahnya juga tidak jauh fari rumah Bida.
Ani menghentikan langkah Bida dengan berdiri di depannya. "Bida, nenek siapa yang kau maksud tadi?". Ani yang pemberani masih penasaran, sedangkan Sindi ketakutan dan ingin melupakan kejadian tersebut.
"Pasti nenek hantu, untunglah aku ndk kelihatan." batin Sindi.
Bida kaget dengan pertanyaan Ani. " Apa kau tidak melihatnya tadi? nenek yang pakai kebaya hitam dan duduk bersandar di pohon waru besar itu. Ani mengernyitkan dahinya.
"Kamu sengaja ya mengarang cerita, karena kamu tahu jika Sindi penakut, tidak ada siapa-siapa tadi. Kamu bisa saja membohongi Sindi tapi aku tidak semudah itu dibohongi.
" Bida jadi tersadar, bahwa ini sudah kesekian kalinya Bida melihat yang orang lain tidak melihatnya. Bapak dan Ibu sudah menasehatinya agar tidak langsung menyampaikan apa yang ia lihat. Tapi tadi Bida spontanitas karena kerikil tersebut hampir mengenai nenek tersebut. Bida hanya diam, sedangkan Sindi semakin ketakutan. Bida hanya diam karena Bapak dan Ibunya sudah berpesan agar tidak menjelaskan lagi jika ada yang menanyakan penglihatannya kepada orang lain.
Diamnya Bida membuat Ani yakin bahwa Bida memang pembohong. " Jangan diulangi lagi! besok aku akan adukan kepada bu guru, biar kamu diberi hukuman karena berbohong!"
Bida diam tidak mengucapkan sepatah katapun. Bida hanya bisa menatap kedua temannya yang pergi mendahuluinya. Sejak itu, Bida berusaha tegar dan hanya fokus pada dirinya sendiri.
Bida menjalani hidupnya sewajar mungkin. Bahkan Bida tidak berani berdekatan dengan lawan jenis. Entah seperti apa jodohnya nanti. Yang terpenting Bapak dan Ibunya bersamanya, selalu mendukung dan mempercayainya.
.
Chapter Spesial 03 : Dua Jalan, Satu Tujuan
Timeline : Pintu Masuk Kekaisaran Lian ___ Udara di ibukota Kekaisaran Lian malam itu terasa sejuk, diterangi oleh lentera berwarna emas yang menggantung di sepanjang jalan-jalan utama. Bangunan-ba
0
2
Teruntuk Nenekku Tersayang, yang Kini Sudah Bahagia di Surga
Halo Nek, apa kabar? Apa nenek baik-baik saja di sana? Bagaimana rupa nenek sekarang? Apakah masih sama seperti ketika sedang bercengkerama denganku untuk yang terakhir kalinya? Yah, aku harap nenek
2
1
Kiat-kiat Mengikuti Event Menulis
// Cerpen ini adalah hasil sharing session di Ruang Author Sabtu 02-12-2023 pukul 19.30 bersama Author Syahz // Teman-teman tahu, ya, di sini setiap rentang waktu tertentu pasti ada event menulis, en
4
92
Membangun Habit Menulis
[ Cerpen ini merupakan hasil sharing session "Membangun Habit Menulis" bersama HK — iya betul, itu saya sendiri — di Ruang Author. Siapapun yang membaca cerpen ini, semoga bermanfaat, yaaa ] Dalam b
13
95