Diam menguap di antara mereka.
Reva menatap satu per satu. Semua tampak bernapas—tapi sekarang dia tak yakin apa yang ia lihat benar adanya. Siapa pun yang tak bernapas... kini mungkin sudah menyamarkannya.
Azhar
Lo nuduh siapa barusan? Jangan main kode-kode!
Reva
Aku nggak nuduh siapa-siapa. Hanya... tadi aku lihat satu dari kalian nggak bernapas. Sekarang semua kelihatan seperti bernapas.
Damar
Artinya, dia sadar sedang diawasi. Sekarang menyamar.
Sena
Pura-pura hidup. Atau meniru. Seperti makhluk yang belajar jadi manusia.
Nira
Kalau dia meniru, dia bisa meniru napas. Tapi... bisa nggak dia meniru perasaan?
Hening lagi.
Kata-kata Nira menempel di udara seperti kabut. Reva menggenggam lengan kirinya erat. Ada sesuatu yang tumbuh dalam dirinya. Perasaan cemas yang bukan berasal dari luar—tapi dari dalam tubuhnya sendiri.
Azhar
Gue nggak akan diem aja sambil dikelilingi makhluk aneh. Kita tes aja satu-satu. Cari tahu siapa yang aneh.
Damar
Tes dengan apa? Kita bahkan nggak tahu hukum dunia ini. Mungkin yang manusia justru terlihat paling aneh.
Sena
Dan siapa yang mulai? Kau mau kita berakting bodoh, biar tahu siapa yang terlalu sempurna?
Nira
Atau terlalu dingin.
Sena meliriknya tajam. Tapi tak menjawab.
Tiba-tiba, tanah di bawah mereka sedikit bergetar. Bukan gempa, tapi lebih seperti... tarikan napas dari bawah permukaan.
Damar
Kalian merasakannya?
Azhar
Oke, sekarang tempat ini juga hidup?!
Dari kejauhan, cahaya muncul. Sebuah titik putih seperti bintang di tengah kabut abu-abu. Berkedip. Perlahan bergerak mendekat.
Reva
Itu... bukan bintang. Itu—sesuatu yang datang ke kita.
Suara dari langit—atau dari ruang, muncul lagi. Kali ini lebih pelan. Lebih dalam.
> "Kalian akan segera diuji."
Azhar
Apa maksudnya diuji?!
> "Yang bukan manusia... akan mencoba bertahan sebagai manusia."
Kelima orang itu kini berdiri saling berjauhan. Mata saling awas.
Mereka sudah tidak berjalan bersama lagi.
Mereka kini mulai melihat satu sama lain bukan sebagai rekan—tapi kemungkinan ancaman.
Comments