Pagi setelah pertarungan sengit di hutan, Zara dan tim akhirnya kembali ke sekolah. Meski tubuh mereka lelah, kehidupan sekolah tetap berjalan seperti biasa. Suasana kelas yang ramai membuat seolah-olah kejadian semalam hanyalah mimpi buruk.
Zara
(meletakkan kepalanya di meja) "Gila, capek banget. Gue mau cuti jadi penyelamat dunia dulu seminggu, boleh nggak sih?"
Kenji
(menarik kursinya dengan keras) "Ngeluh mulu lo. Itu baru pemanasan, Zara."
Zara
(memandang sinis) "Emang lo doang yang capek, Ken? Lo kira lari-lari sambil nyetrum pohon gampang?"
Arka hanya menatap mereka dari sudut kelas sambil melipat tangan di dada. Di dekatnya, Yuna terlihat diam dan sibuk membaca buku.
Arka
(dingin) "Kalau kalian nggak bisa diem, gue yang bakal bikin diem."
Kenji
(sambil melotot) "Lu mau jadi kepala sekolah sekarang, Arka?"
Zara
(tertawa kecil) "Biasa. Si pendiam tapi banyak omong kalau udah kesel."
Elvina berjalan masuk, membawa buku tebal di tangannya. Dengan tatapan serius, ia meletakkan sesuatu di meja Zara—selembar kertas berisi catatan aneh dari pertempuran semalam.
Elvina
"Kita perlu bicara soal simbol itu. Gue rasa ada sesuatu yang nggak kita pahami."
Yuna
(berbisik pelan) "Kita harus hati-hati... Aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kita di sekolah."
Ucapan Yuna membuat semua orang terdiam. Kelas tiba-tiba terasa lebih dingin. Zara merasakan tengkuknya merinding, namun ia mencoba mengabaikannya.
[Selang beberapa jam kemudian – di jam istirahat]
Zara, Kenji, Arka, Adelia, Elvina, dan Yuna berkumpul di belakang sekolah, tempat sepi yang menjadi markas kecil mereka.
Elvina
(menunjuk catatan) "Simbol itu bukan sembarangan. Menurut arsip lama, simbol itu adalah tanda dari kekuatan terkutuk yang pernah muncul seratus tahun lalu. Katanya, itu hanya bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki koneksi langsung dengan kekuatan kegelapan."
Kenji
(mengernyit) "Jadi maksud lo, ada 'dalang' di balik semua ini?"
Adelia
(menatap sekitar) "Eh, jangan-jangan... seseorang di sekolah kita?"
Yuna
(suara pelan) "Kemungkinan itu... ada."
Zara berdiri dengan ekspresi serius, menatap teman-temannya satu per satu.
Zara
"Kalau benar ada dalang di balik ini semua, kita nggak bisa duduk diam. Tapi kita juga harus hati-hati. Jangan sampai identitas kita sebagai anggota Luminari ketahuan."
Kenji
(sambil bersandar di dinding) "Tenang aja. Gue jago akting jadi murid malas biasa."
Adelia
(tertawa kecil) "Kayaknya lo nggak perlu akting, Ken..."
Suara bel berbunyi, tanda jam istirahat sudah berakhir. Mereka kembali ke kelas masing-masing dengan perasaan waspada. Namun, tak ada yang menyangka kejadian aneh akan segera menghampiri mereka.
[Di dalam kelas saat pelajaran berlangsung]
Guru fisika sedang sibuk menerangkan materi, namun tiba-tiba lampu kelas berkedip-kedip dengan cepat. Suasana kelas berubah hening, dan udara mendadak terasa lebih dingin dari biasanya.
Guru Fisika
"Hmm? Ada apa ini? Sepertinya listriknya bermasalah..."
murid-murid
(berbisik ketakutan) "Kok serem, ya? Kayak film horor..."
Zara menatap Kenji dan Arka, memberi isyarat untuk waspada. Elvina, yang duduk di dekat jendela, melihat bayangan aneh melintas di luar kelas.
Elvina
(berbisik) "Zara, di luar ada sesuatu..."
Kenji
(mengeluarkan kertas catatan) "Jangan bilang ini ada hubungannya sama simbol itu."
Bayangan gelap mulai merambat ke dalam kelas melalui celah jendela. Lampu tiba-tiba mati total, dan semua murid berteriak panik.
Guru Fisika
"Tenang! Semua tetap di tempat!"
Namun, bayangan itu mulai membentuk sosok menyeramkan di pojok ruangan. Zara segera berdiri dan bersiap bertindak.
Zara
(berbisik tajam) "Kenji, Arka, tahan mereka sebentar. Gue akan urus ini."
Zara mulai mengaktifkan kekuatan Electro Shock-nya secara diam-diam. Arus listrik kecil mengalir di jari-jarinya, sementara Kenji dan Arka bersiap menutupi aksi mereka agar tak ada yang curiga.
Comments