Bagian 2

...Irish Gita...

^^^I miss you💚^^^

^^^Maaf, baru balas^^^

^^^Aku baru sampai hotel^^^

^^^Nanti lanjut latihan lagi^^^

Akhirnya Ferly bisa membalas pesan kekasihnya yang sempat tertunda. Meski tidak memungkiri bahwa ia juga senang dengan kehadiran sang kekasih, tapi juga ada kekhawatiran lain yang menyelimuti dirinya sejak tadi.

Bagaimana jika Irish melihatnya gugup saat bertanding nanti?

Bagaimana ia akan mengendalikan dirinya ketika harus bertanding di hadapan ratusan pasang mata secara langsung?

Menatap ponselnya nanar, Ferly bukan menunggu balasan dari sang kekasih. Namun, ia kembali teringat perihal yang membuatnya bisa sampai ke Palembang.

Walaupun sebenarnya dia belum sepenuhnya mengatakan 'iya', tetapi melihat teman-teman, para guru, serta orangtuanya yang tampak berharap padanya. Ferly tidak berani membuat mereka kecewa karena keputusan sepihaknya. Meski jika dilakukan juga hatinya sendiri lah yang akan terluka.

...----------------...

...(Maret 2023)...

Di hadapan Ferly kini ada Pak Hardi sebagai kepala sekolah SMA Phoenix. Di samping Pak Hardi ada Pak Erga sebagai guru olahraga kelas tiga. Sementara di samping Ferly, duduk Pak Abyan sebagai wali kelasnya.

Ferly mirip seperti murid yang hendak disidang, karena raut wajah ketiga guru di depannya pun terlihat serius. Membuat Ferly kebingungan. Tadi saat hendak pulang sekolah, Pak Abyan mengajaknya ke kantor guru karena ada yang ingin disampaikan padanya.

Berdehem singkat, Pak Erga hendak memulai percakapan di antara mereka.

"Begini Ferly, kamu itu kan sudah mau naik kelas tiga. Tapi, berdasarkan nilai raport kamu satu semester ini, untuk pelajaran olahraga masih kosong..."

Ferly mendengarkan tanpa berani menyela. Memang sejak kepindahannya ke SMA Phoenix awal tahun ini, Ferly belum mengikuti mata pelajaran olahraga sama sekali. Bukan tanpa alasan, melainkan karena kondisi Ferly yang masih dalam masa pemulihan. Hal itu juga sudah diketahui oleh pihak sekolah, sehingga setiap pelajaran olahraga berlangsung, Ferly akan pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.

"... Kami juga sudah berdiskusi dengan orangtuamu, karena kami ingin kamu ikut berpartisipasi dalam acara POPNAS bulan September nanti. Dan, mereka mengizinkan kamu untuk melakukan tes kesehatan supaya kamu bisa ikut serta dalam penyelenggaraan POPNAS nanti," jelas Pak Erga.

Ferly terperangah, sedikit tak percaya dengan pendengarannya sendiri. POPNAS? Tahun ini?

"Maaf, Pak. Ap--Apa? POP--POPNAS? Maksudnya gimana, ya?"

Melirik ke arah Pak Abyan untuk membantu menjelaskan, sementara yang dilirik hanya mengangguk saja, seakan sudah tahu semuanya. Ferly sama sekali belum mengerti dengan apa yang dimaksud Pak Erga.

"Begini Ferly, nilai pelajaran olahraga kamu sudah kosong di semester ini. Karena kamu juga akan naik ke kelas tiga, tidak mungkin nilai olahragamu kosong lagi. Jadi, pihak sekolah sudah sepakat untuk mengikut-sertakan kamu dalam penyelenggaraan POPNAS bulan september nanti," jelas Pak Hardi selaku kepala sekolah.

Ferly masih tak bisa mencerna penjelasan dari Pak Hardi. Ia menelan air ludahnya susah payah, mulai merasakan hawa dingin yang merasuk ke tubuhnya. Tidak mungkin ia ikut POPNAS, kan?

"Ehm... Jadi, maksudnya saya harus mengisi nilai olahraga saya yang kosong kan, Pak?"

Pak Hardi dan Pak Erga mengangguk kompak.

"Kalau begitu saya bisa mengerjakan soal-soal ujian mapel olahraga saja, Pak. Bukannya kesepakatannya juga seperti itu, ya?"

Ucapan itu sepertinya di luar dugaan, mereka tak mengira Ferly bisa memberi jawaban seperti itu.

Pak Erga melirik ke arah Pak Abyan guna membantu supaya bisa membujuk Ferly.

Pak Abyan yang seakan mengerti kode dari Pak Erga, mulai mengeluarkan suaranya.

"Ehm... Ferly. Yang dimaksud Pak Erga itu untuk nilai praktik kamu, bukan nilai tertulis. Kamu tahu nanti kelas tiga pasti ada ujian tertulis dan praktik, kan?! Nah, yang ingin dikejar oleh Pak Erga adalah nilai praktik kamu itu," ungkap Pak Abyan.

Meski dalam hati sebenarnya mengiakan, namun Ferly tidak boleh terkecoh. Bisa saja itu hanya trik mereka untuk menggoyahkan pendiriannya.

"Saya bisa praktik langsung bareng teman-teman kalau memang diperlukan, Pak. Nggak perlu sampai ikut POPNAS."

Walaupun sedikit takut, tapi jika memang harus dilakukan. Mau tidak mau Ferly harus kembali ke dunia yang mengubah hidupnya.

Tidak ingin kehabisan akal, Pak Erga segera mencari alternatif lain untuk membujuk Ferly.

"Bukan itu yang saya maksud, Ferly. Ehm... Apa kamu tidak tertarik untuk berpartisipasi di POPNAS?"

"Tidak."

Ketiga guru di sana tercengang mendengar jawaban Ferly yang singkat, padat, dan di luar nalar itu. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak tertarik untuk ikut serta dalam perayaan olahraga terbesar bagi para pelajar di seluruh Indonesia?

Ferly juga terkejut mendengar penolakan telak dari dirinya sendiri. Bukan soal minat, tetapi soal rasa takut dalam dirinya yang masih terbayang-bayang akan kejadian tahun lalu. Dimana saat itu dia dan sekolah lamanya juga sedang menyiapkan diri untuk seleksi POPNAS 2023. Namun, ia harus mengurungkan niatnya karena suatu alasan.

Pak Abyan yang sejak tadi mengamati raut wajah muridnya itu seakan tahu ada kegelisahan dari lelaki yang duduk di sampingnya itu. Tidak ingin membuatnya semakin gelisah, Pak Abyan malah menyuruh Ferly pulang dan segera istirahat. Membuat Pak Hardi dan Pak Erga harus menahan diri.

Namun, bukan karena sudah menyerah. Pak Abyan menjelaskan bahwa mereka perlu berjuang lebih keras lagi untuk membujuk Ferly. Sama halnya dengan trauma yang tidak mungkin bisa disembuhkan dengan sekali terapi. Semua harus bertahap dan tidak bisa memaksakan kehendak sendiri.

Ferly juga sedang berjuang memulihkan diri dari traumanya, dia juga perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungannya di SMA Phoenix. Jadi, tidak bisa jika memaksanya menuruti kehendak satu pihak saja. Meski memiliki niat yang baik, semuanya juga butuh proses.

...Keesokan harinya......

Pak Abyan kembali menemui Ferly usai bel pulang sekolah, mengajaknya ke taman belakang sekolah, di mana dari sana akan terlihat lapangan futsal. Meski sudah tahu maksud gurunya itu, Ferly juga tidak bisa menolak perintah gurunya itu.

"Kamu yakin tidak ingin ikut POPNAS tahun ini? Padahal banyak siswa lain yang ingin berpartisipasi juga, lho," ujar Pak Abyan basa-basi.

"Kalau begitu ajak mereka saja, Pak. Saya sama sekali nggak minat."

Ternyata Ferly masih gigih dengan pendiriannya.

Tidak kehabisan akal, Pak Abyan menyuruh Ferly memperhatikan teman-temannya yang sedang berlatih futsal. Di sana ada Randi sebagai kapten, juga teman-temannya dari kelas lain. Namun, Ferly melihat mereka dengan pandangan yang biasa saja. Sepertinya dia memang tidak tertarik dengan olahraga apapun.

"Saya sedikit tahu apa yang kamu alami di sekolah kamu sebelumnya, tapi saya tidak ingin kamu menjadikan itu alasan untuk terus mengurung diri seperti sekarang. Bukan hanya pihak sekolah saja yang menyayangkan bakatmu, tetapi juga orangtuamu yang ingin kamu kembali aktif seperti dulu..."

Ferly terdiam, bayangan kejadian hari itu kembali muncul dalam ingatannya. Jauh di lubuk hatinya, sebenarnya ada rasa ingin kembali ke dunia yang disukainya. Tetapi jika dia memaksa untuk kembali, akankah semuanya tetap baik-baik saja? Atau, kejadian itu akan terulang kembali?

"... Jika kamu ingin tahu, kalau sebenarnya orangtuamu lah yang meminta kami untuk membujuk kamu. Mereka tahu kamu mempunyai bakat di basket, tapi mereka juga tahu kamu tidak bisa bermain basket lagi. Jadi, kami ingin memasukkan kamu dalam tim futsal selama POPNAS nanti..."

Ferly mendengarkan dengan seksama, dia juga sedikit terkejut kalau ternyata orangtuanya terlibat dalam urusan ini. Apa selama ini Ferly telah membuat keluarganya khawatir?

"... Kamu juga tidak usah buru-buru membuat keputusan, kami tahu ini berat untuk kamu. Kami hanya ingin melakukan yang terbaik untuk dirimu sendiri. Saya memang tidak tahu pasti apa yang sudah kamu alami. Tapi, jika kamu percaya, yang namanya kesempatan itu tidak datang dua kali. Anggap ini sebagai kesempatan terakhirmu, karena tahun depan, kamu tidak lagi sekolah di sini, dan kesempatanmu untuk ikut POPNAS akan benar-benar hangus."

Ferly masih diam, mencerna setiap kata yang dilontarkan Pak Abyan. Memang ada benarnya pula, tapi Ferly masih takut dan ragu. Apa ia bisa berdamai dengan masa lalu?

"Pikirkan ini baik-baik, Ferly. Jangan sampai kamu menyesal nantinya."

Sampai Pak Abyan pamit untuk pulang lebih dulu, Ferly masih termangu menatap teman-temannya di lapangan futsal. Mereka terlihat begitu bersemangat, jika tiba-tiba ia bergabung ke sana, apakah mereka akan menerima dirinya?

Ferly juga tidak tahu menahu perihal futsal, karena sejak dulu, minat dan hobinya hanya untuk basket. Lalu, kenapa ia harus menghadapi posisi seperti sekarang?

Bukankah tinggal menolak saja?

Kenyataannya, tidak semudah saat ia mengucapkan kata 'tidak' di awal. Ferly menggantungkan jawabannya sendiri hingga dua bulan kemudian. Antara iya atau tidak. Ferly tidak tahu harus menjawab apa.

Sampai Randi dan tim futsalnya harus turun tangan demi membujuk Ferly bergabung bersama mereka. Memberi ruang untuk teman baru mereka. Saling menyemangati dan memberi pelukan satu sama lain. Supaya Ferly tahu bahwa ia sudah diterima dengan hangat oleh mereka.

Ferly semakin goyah, bahkan orangtuanya sudah membuat jadwal untuk pemeriksaan kesehatannya. Kecuali secara mental, Ferly sudah siap secara fisik. Meski tidak bisa pulih 100%, namun masih ada harapan ia kembali aktif ke olahraga, meski itu bukan basket.

...----------------...

...Sebenarnya bukan tidak mau, tetapi ketakutan itu selalu terbayang di kepala. Jika dipaksakan, takutnya akan ada yang terluka lagi....

..._Ferly Erlangga_...

Terpopuler

Comments

Zanahhan226

Zanahhan226

terima kasih yang sudah mau mampir dan mendukung ceritaku..

kalau ada kritik dan saran boleh diungkapkan, yah..
🥰🥰🥰

2023-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!