Novel ini merupakan kelanjutan cerita dari Novel Wanita Lucu Itu Istriku.
Marina merupakan gadis cantik, berambut ikal panjang, dan lemah lembut. Parasnya yang cantik membuat banyak kaum Adam menaruh hati padanya, tak terkecuali sahabatnya sendiri, yakni Daren. Pria blasteran Indo-Jerman itu sudah lama menyukai Marina. Namun, wanita itu tak peka terhadap cinta. Karena minimnya pengalaman dalam dunia percintaan.
Marina terkenal cukup pendiam, dia hanya bereaksi keras bila bertemu pria yang bernama Aljav. Pria itu selalu saja mengejeknya sebagai titisan body losion. Keduanya adalah anak dari dua pasang sahabat, yakni Alea dan Dina.
Sejak kecil hubungan mereka tak pernah akur. Namun, di tengah hubungan yang buruk itu, kedua orang tua Aljav justru menjodohkan Marina dan Aljav, meski tahu Marina sangat membenci pria tersebut. Sejujurnya ada alasan lain di balik perjodohan konyol itu. Apakah alasannya? dan bagaimanakah cara Aljav dan Marina mempertahankan rumah tangga mereka yang sering di warnai kesalahpahaman?
Saksikan kisahnya berikut ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suharni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode. 10. Mengapa Memelukku?
Tubuh Marina gemetar ketakutan ketika Aljav mengatakan sesuatu yang membuat wanita itu lepas kendali. Sementara Aljav diam tanpa kata. Kendati pria itu merasa sukses menakut-nakuti Marina, tetapi dia tak mau menunjukkan rasa kemenangan nya.
"Mengapa memeluk ku? apakah kamu suka dengan tubuh ku?" Tanya Aljav, dan sukses membuat Marina gelagapan. Marina melepas pelukannya, lalu menjauhkan tubuh dari Aljav. Wajah wanita itu sudah merah seperti kepiting rebus. Aljav menarik sudut bibirnya membentuk senyum mengejek.
"Mengapa wajah mu merah?" ejek Aljav.
"Diam lah! aku tidak suka memeluk tubuh mu jika saja kamu tak sengaja menakuti ku!" tandas Marina. Perasaan wanita itu bercampur aduk. Takut, malu, dan juga canggung. Semua rasa itu muncul secara bersamaan.
"Aku tidak sengaja menakuti mu. Memang benar ada penghuni perusahaan ini," jawab Aljav tak mau kalah.
"Kamu dan aku penghuninya," lanjut Aljav kemudian, menunjukkan giginya yang putih bagai tanpa dosa. Sumpah demi apapun, ingin rasanya Marina mencakar wajah pria menyebalkan itu. Bagaimana tidak, Marina sudah sangat ketakutan hingga melakukan kesalahan fatal, yakni memeluk Aljav. Sementara pria itu hanya bermain-main saja. Saat itu juga Marina ingin menggaruk tembok hingga jebol.
"Dasar pria menyebalkan! mengapa ada pria seperti dia di dunia ini!" gumam Marina, namun masih bisa di dengar oleh Aljav.
"Apakah kamu sedang mengutukku?" tanya Aljav penuh selidik.
"Iya, aku mengutuk mu! semoga saja kamu akan menikah dengan wanita yang sama menyebalkan nya seperti dirimu!" tandas Marina dengan suara yang mulai meninggi. Amarah wanita itu menggebu-gebu, hingga ingin rasanya wajah Aljav menjadi hancur.
"Bagaimana jika wanita itu adalah dirimu?"
Deg,
Pertanyaan macam apa itu? dirinya? tidak mungkin! bukankah beberapa jam yang lalu Aljav menyuruh Marina untuk tidak jatuh cinta padanya? lalu mengapa sekarang pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut pedas Aljav? pertanyaan itu sungguh mengobrak-abrik jiwa Marina. Wanita itu diam terpaku, tak bisa menjawab pertanyaan Aljav.
"Mengapa diam? apakah kamu senang dengan pertanyaan ku? apakah kamu berharap kita benar-benar menikah?" ejek Aljav. Akhirnya Marina menyadari, bahwa Aljav hanya sengaja menggoda dirinya. Lebih tepatnya mengejek.
"Aku tidak pernah menginginkan mu menjadi suamiku! Berhenti menggodaku, atau kamu sendiri yang akan jatuh cinta padaku!"
Skak mati,
Aljav tak sanggup menjawab ucapan Marina. Hatinya seperti merasakan sesuatu yang aneh di dalam sana. Mengapa dia merasa sakit dengan penolakan Marina? benarkah wanita itu tak menginginkan dirinya? bukankah banyak wanita di luar sana yang mengejar cintanya? pikir Aljav.
Aljav tak menyadari, jika Marina sudah berlalu pergi meninggalkan dirinya yang masih diam terpaku. Hingga sedetik kemudian dia merasakan hembusan angin menerpa kulitnya. Aljav tersentak dari lamunannya yang tak berarti.
"Marina?" Aljav tak melihat lagi Marina di depannya. Ternyata wanita itu sudah berada di lobi. Pria itu menyusul Marina yang sudah hampir keluar dari Perusahaan. Aljav menarik tangan Marina dengan keras. Hingga jarak keduanya sangat dekat.
"Apakah kamu benar-benar tidak menginginkan ku? apakah kamu baru saja menolak ku?" Tanya Aljav penuh kesal. Marina melepas tangan Aljav dari lengannya.
"Lepaskan tangan ku! bukankah kamu sendiri yang melarang ku untuk tak dekat dengan mu. Lalu mengapa kamu marah atas jawaban ku tadi? lagi pula, kita tak sedekat itu untuk saling jatuh cinta, apa lagi menikah! pergilah cari wanita yang sama menyebalkan nya seperti dirimu. Aku tidak suka bermain-main dengan mu Tuan Aljav Alexander Gautam!"
Kali ini Marina benar-benar pergi meninggalkan Aljav yang tampak terdiam membisu. Marina menumpangi Taxi yang tiba-tiba saja lewat di depan Perusahaan.
"Aku akan membuat mu jatuh cinta padaku Marina! lalu aku akan mematahkan hati mu! kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa rupanya," gumam Aljav dengan senyum menyeringai. Pria itu seperti sedang merencanakan sesuatu.
Sementara dalam Taxi, Marina menitikan air mata. Entah apa yang membuat wanita manis itu menangis. Namun, hatinya terlalu sakit dengan tiap detail ucapan Aljav tadi. Marina merasa harga dirinya sebagai wanita di jatuhkan.
"Mengapa aku harus sakit hati dengan ucapan pria menyebalkan tadi? ini lagi, mengapa air mata ku harus jatuh berulang kali karena pria sombong itu? dasar payah." Marina menyeka air matanya yang sudah jatuh membasahi pipinya yang mulus.
**
Setibanya di rumah, Marina sudah melihat mobil Aljav di garasi. Ternyata pria itu sudah tiba lebih dulu di rumah dari Marina. Namun, Marina tampak cuek. Dia tak memperdulikan dimana pemilik mobil tersebut. Yang ada dalam benak wanita itu hanyalah tempat tidur. Dia benar-benar lelah hari ini. Terlebih lagi Marina harus berurusan dengan Jamila si wanita bar-bar yang membuat sikunya terluka. Di tambah lagi dia harus berhadapan dengan keangkuhan Aljav setiap hari di perusahaan.
Marina berharap waktu cepat berlalu, agar kedua orang tuanya kembali dari Belanda, dan tak harus tinggal serumah dengan Aljav. Setiap hari mereka selalu berdebat. Bahkan tak jarang wanita itu harus menangis diam-diam di sudut ruangan, akibat dari ulah jahil Aljav. Pria itu tak pernah tahu, jika semua kalimat ejekannya justru menorehkan luka di hati Marina.
Tak ada yang tahu seberapa terlukanya Marina. Dia tak pernah mengeluh atau berbagi kepedihan pada siapapun.
"Apakah Taxi yang kamu tumpangi tadi membawa mu ke suatu tempat?" Tanya Aljav tiba-tiba yang kini sudah berada di depan Marina dengan menggunakan pakaian rumah. Marina tak menyadari keberadaan Aljav sedari tadi. Wanita itu berjalan sembari melamun.
Marina tak menjawab pertanyaan Aljav. Dia terlalu lelah untuk sekedar berdebat. Baginya, sudah cukup hari ini.
Marina terus berjalan melewati Aljav yang seolah menuntut jawaban darinya. Hingga tibalah wanita itu di kamar.
Sementara Aljav keheranan dengan kening berkerut.
"Mengapa dia tidak menjawab ku? apakah dia marah padaku?" Aljav bermonolog.
"Mengapa dia harus marah padaku? jangan main-main dengan seorang Aljav Alexander Gautam, kalau tidak ingin tersakiti," lanjut Aljav kemudian.
Pria itu tak menyadari kesalahannya, bahkan tak mau tahu. Dia sudah sengaja menyakiti Marina dengan terus mengejek wanita itu. Namun, dia tak pernah mau meminta maaf. Kendati menyadari kesalahannya.
Sementara di dalam kamar, Marina membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari menatap langit-langit kamar tersebut.
"Bunda, kapan Bunda pulang? aku merindukan Bunda. Aku tersiksa disini Bunda. Aljav tak pernah menghargai ku sejak dulu. Lalu mengapa kalian tega mempercayakan aku pada pria menyebalkan itu? hiks, hiks." Marina terisak ketika ingatan mengenai perbuatan Aljav selama ini seolah bermain-main di pelupuk matanya.
Marina memang sakit hati pada Aljav. Namun, dia tak pernah mengadu pada kedua orang tuanya. Terkadang dia berpikir, bahwa Aljav adalah tipe pria usil yang suka menggangu siapa saja. Tapi Marina bertanya-tanya, mengapa hanya pada dirinya lah pria itu usil? padahal pada Naomi, pria itu akan berubah menjadi hangat. Bahkan kepada teman-teman Naomi. Aljav juga tak pernah menjahili mereka. Padahal para wanita itu banyak yang mencari perhatian nya. Namun, mengapa hanya pada Marina dia bereaksi berlebihan? apakah Marina serendah itu di mata Aljav? apakah dia tak pantas mendapatkan kehangatan dari Aljav? apakah dia tak pantas mendapatkan penghargaan dari Aljav?
Lalu kemudian Marina berkata, " Jangan lupa tekan tombol love ya readers."
To be continued.
semangat selalu Thor 💪💪
di tunggu feedbacknya 🙏😊😘
salam dari "My Bos CEO" yuk semua kepoin kuy 🤗