NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEPULUH : JABATAN BARU

Gita menoleh. Air matanya terus berlinang membasahi pipi. Dia berjalan gontai ke hadapan Rais, yang menatap dengan sorot tak dapat diartikan.

“Sudah saya katakan, Gita. Banyak pria egois yang menganggap diri mereka lebih baik dari seluruh wanita di dunia. Tak sepantasnya kamu memaksakan diri untuk diterima,” ucap Rasi cukup lembut.

“Tapi, kenapa mereka berpikir yang tidak-tidak tentang kita?” isak Gita.

“Biarkan saja mereka dengan pikirannya masing-masing. Kamu hanya perlu tutup telinga dan tetap bersikap biasa. Jangan terlalu diambil pusing.” Rais menanggapi tenang keresahan hati Gita.

“Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Jadi, jangan khawatir. Semua pasti membaik.” Rais tak sungkan membelai pucuk kepala Gita. Direngkuhnya pundak gadis itu, lalu diajak pergi dari sana.

“Bagaimana menurutmu?” Arun menoleh pada Mandala, yang menyaksikan adegan tadi dari celah kecil pintu masuk area proyek.

Mandala tidak menanggapi. Dia langsung berbalik meninggalkan Arun.

“Hey! Man!” panggil Arun, seraya langsung menyusul Mandala. “Kamu sudah melihat sendiri sikap Pak Rais terhadap Gita. Itu merupakan bukti yang tidak terbantahkan lagi.”

“Haruskah kita membahas itu terus?” Mandala menanggapi dingin ucapan Arun, tanpa menghentikan langkah. Setelah tiba di depan kamar, dia langsung masuk dan melepas T-shirt. Mandala meraih sarung yang biasa digunakan untuk selimut. Dia tidak jadi menyantap batagor.

“Kamu marah, Man? Apa kamu cemburu?” pancing Arun.

Mandala yang hendak berbaring, menghentikan geraknya. Dia menatap Arun cukup tajam. “Sepenting apa urusan tentang Gita dan Pak Rais? Aku tidak harus menghabiskan energi untuk membahasnya setiap waktu,” ujar Mandala, seraya berbaring dengan posisi menyamping, membelakangi Arun yang duduk di belakangnya.

Arun mengembuskan napas pelan, seraya memandang ke arah Mandala yang berbaring membelakangi, seakan tak berniat melanjutkan perbincangan.

“Sebenarnya, aku hanya takut kamu bermasalah dengan Pak Rais. Bagaimanapun juga, menurutku kamu teman yang baik,” ucap Arun tulus.

“Seberapa berpengaruh Pak Rais di sini?”

“Apa maksudmu?” Arun menatap tak mengerti. “Dia mandor di sini. Sudah jelas dia sangat berpengaruh. Jangan bermain-main dengannya.”

“Kenapa dia bisa mengangkat Herman sebagai wakil mandor? Kita semua tahu bajingan itu tidak bisa diandalkan.”

Arun menggumam pelan. “Bagaimana cara menjelaskannya padamu? Aku takut salah bicara.”

“Aku bukan tukang gosip.”

Arun tersenyum kecil, kemudian ikut berbaring sambil menatap langit-langit ruangan. “Herman adalah orang yang pandai memanipulasi keadaan. Dia menyebarkan fitnah ke sana kemari. Namun, anehnya semua orang tetap tunduk, meskipun sudah tahu bahwa dia sangat menyebalkan,” terangnya.

“Herman selalu bersikap baik di depan Pak Rais. Tak jarang, dia memutar balikan fakta sehingga selalu terlihat benar,” imbuh Arun.

“Kenapa kalian membiarkan orang seperti itu tetap ada di sini?” Akhirnya, Mandala mengubah posisi tidur jadi terlentang seperti Arun.

“Kamu tidak melihat badannya yang tinggi besar?”

Mandala hanya menanggapi dengan senyum tipis.

“Sebenarnya, kami senang melihat dia terkapar di tanah. Ada beberapa yang bahkan berharap kamu memukulnya sampai mati.”

“Kalian ingin aku menghabisinya?” Mandala menoleh, menatap sejenak sang rekan.

“Ya ….” Arun tak tahu harus berkata apa. Dia justru tertawa renyah, meski sebenarnya tidak ada sesuatu yang dirasa lucu.

Mandala tidak menanggapi. Tatapannya kembali tertuju ke langit-langit. Jika boleh jujur, dia masih teringat akan apa yang disaksikan tadi antara Gita dengan Rais.

Entah mengapa, Mandala merasa ada sesuatu yang berbeda. Meskipun berpura-pura tak peduli, tetapi pendengarannya menangkap jelas bantahan yang Gita berikan.

......................

Keesokan harinya, suasana di sekitar area proyek selalu sama. Aktivitas para pekerja bagai sudah disetting sedemikian rupa sehingga banyak di antara mereka yang merasa terjebak rutinitas.

Namun, pada hari itu ada sedikit pembeda. Rais mengumpulkan seluruh pekerja dan membuat pengumuman yang mencengangkan. Dia mencopot Herman dari jabatan sebagai wakil mandor.

“Saya hanya ingin situasi di sini kembali normal seperti biasa,” ucap Rais, mengemukakan alasannya. “Untuk pengganti Herman, saya sudah menunjuk seseorang yang dirasa bisa diandalkan dalam menjaga keamanan.”

Semua pekerja diam mendengarkan. Tak ada seorang pun yang berani bersuara.

“Mandala,” sebut Rais lantang. “Dia yang akan menggantikan posisi Herman sebagai wakil mandor.”

Sontak, semua mata tertuju kepada Mandala yang berdiri di paling belakang.

Akan tetapi, sikap yang Mandala perlihatkan justru tak sesuai dengan kebiasaan orang-orang yang terpilih dalam suatu organisasi. Dia terlihat biasa saja. Ekspresinya bahkan cenderung datar, seakan tak peduli dengan jabatan baru yang sebenarnya diincar oleh beberapa pekerja senior.

“Keputusan sudah diambil dan tidak bisa diganggu gugat lagi,” tegas Rais, sebelum membubarkan para pekerja, berhubung sirine ketiga sudah berbunyi beberapa saat yang lalu.

Semua pekerja membubarkan diri, kecuali Mandala yang diperintahkan tetap di sana.

“Aku tidak ingin jabatan ini, Pak,” tolak Mandala datar.

“Bukan kamu yang mengambil keputusan di sini.”

“Tapi, Anda tidak memberikan konfirmasi terlebih dulu.”

“Di sini bukan perusahaan formal.” Rais menanggapi santai penolakan Mandala. “Semoga kamu bisa diandalkan.” Setelah berkata demikian, dia berlalu tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Mandala terdiam menatap kepergian Rais. Dia makin dibuat tak mengerti oleh sikap sang mandor. Apakah Rais melakukan itu karena dirinya menjauhi Gita? Sungguh jadi sesuatu yang cukup membingungkan.

Sekitar pukul 21.30, Mandala keluar kamar. Dia berjalan seorang diri menuju warung nasi, lalu terpaku selama beberapa saat.

Bagai sengaja dipertemukan oleh alam, Gita sedang berada di luar. Dia sudah biasa menyiram jalan depan warung ketika sudah tutup. Gadis itu menyadari kehadiran Mandala di sana.

Namun, Gita tidak berani menyapa Mandala. Dia hanya terpaku membalas tatapan pria itu, lalu berbalik hendak kembali ke dalam.

“Tunggu,” cegah Mandala segera.

Gita terpaku, tapi tak langsung menoleh.

“Kami sudah tutup,” ujar Gita, meskipun Mandala belum mengatakan apa-apa.

“Tidak adakah sisa nasi sedikit saja? Aku belum sempat makan malam.”

Gita menoleh, lalu mempersilakan Mandala mengikutinya masuk.

“Hanya ada sisa sedikit, Mas. Entah akan mengenyangkan atau tidak,” ucap Gita pelan.

“Tidak apa-apa,” balas Mandala. “Aku ingin makan di sini.”

Gita menatap tak percaya. Pasalnya, Mandala tidak pernah makan langsung di warung. Tanpa banyak bicara, Gita mengambilkan nasi beserta lauk-pauk pilihan Mandala.

“Aku terpilih jadi wakil mandor menggantikan posisi Herman,” ucap Mandala tanpa ditanya.

“Oh. Itu bagus,” balas Gita menanggapi pelan.

“Apakah Pak Rais melakukan itu karena melihat Herman mengganggumu dan aku yang menjadi pahlawan?” Nada bicara serta tatapan Mandala begitu aneh sehingga membuat Gita jadi tak nyaman.

“Pak Rais pasti mempunyai penilaian sendiri. Dia merupakan orang yang sangat profesional.”

“Dia lebih pantas jadi ayahmu.”

“Mas, aku ….”

1
Titik pujiningdyah
aku curiga si wira ini mucikari jg deh
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Minat jadi anak buahnya ga?
total 1 replies
Dwisya Aurizra
Maman nyaranin Gita untuk tidak dekat" dgn wirwir, eh sekarang wirwir yg berkata gitu...
woy kalian berdua tuh ada apa sebenernya
Gita kan Lom tahu sipat asli kalian berdua
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mentang² Maman berambut panjang
total 3 replies
Najwa Aini
jadi semacam kompetisi terselubung ini ..😆😆
Najwa Aini
uiiyy..tepat..
Najwa Aini
Gita juga belum tau siapa kamu sebenarnya, Wira...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Kasih paham, Kak
total 1 replies
Rahmawati
penasaran hubungi wira dan mandala, sepertinya mereka memang saling mengenal
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ikuti terus ya, Kak
total 1 replies
Titik pujiningdyah
plng rais dibebasin wira jumbo
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ga pernah nemu nama jajanan gt ah
total 3 replies
Rahmawati
paling cuma sebentar pak rais di tahan
Siti Dede
Aku kok nggak rela kalau Gita sama Mandala
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Realistis ya, Kak🤭
total 3 replies
Lusy Purnaningtyas
maman g punya apa² toh?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Dia punya hasrat, Kak😄
total 1 replies
Dwisya Aurizra
padahal udah antepkeun aja biar Mandala menghabisi Rais kalo metong itu jasadnya kubur aja di bangunan yg balon jadi, itung" tumbal🤭
Rahmawati
lanjuttt
Najwa Aini
Wuihh Mandala ditusuk!!🤭🤭
Najwa Aini
Rais yg dibogem, aku yang senang. Definisi menari di atas luka mungkin ini ya..tapi biarlah..😄😄
Titik pujiningdyah
satu bab doang nih?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Pijitin dulu sini. Nyai pegal-pegal
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaampun tua bangka gtw diri
Najwa Aini
Cover baru nih
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aku ga akan tersinggung karena itu juga ga konfirmasi dulu gantinya, Kak
total 3 replies
Titik pujiningdyah
jangan2 si wira mau jual gita ke luar nagre🤣
Titik pujiningdyah: tau aja sih
total 2 replies
Titik pujiningdyah
pilih wira aja lah. plng gk kan bisa foya2
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Istri cerdas
total 1 replies
Dwisya Aurizra
keknya Mandala dan Wira ada masalah dimasa lalu yg belum selesai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!