NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:141
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 9: AA & Eneng

"Enak!" seru Janeth ketika memasukkan kue kecil rasa coklat ke dalam mulutnya.

"Tuhkan, apa gua bilang, lunya nggak percaya," Andra ikut mengambil satu kue didalam kontainer plastik yang dipegang tangan satunya.

Kini mereka di jalan di belakang sekolah, mereka baru saja membel— ralat lebih tepatnya memborong kue yang dijual oleh ibu-ibu, awalnya Janeth menolak, takutnya kalau tidak enak akan mubazir, tapi Andra tetap memaksa, dan ternyata benaran enak.

Andra mengorek saku celananya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Ada sisa 46 ribu nih, mau beli apa lagi?"

"Gak tau gua, kan gua bilang, gua jarang jajan di pinggir jalan," Janeth masih nikmat menyantap kue.

"Yaudah, mau telur gulung nggak?" Andra menunjuk gerobak yang berjualan telur gulung.

"Bebas," jawab Janeth singkat.

"Gua beli dah," Andra menghampiri gerobak itu. "Bang, beli, enam ribu aja."

"Siap dek, tunggu bentar ya," si penjual mematikan rokoknya dan mulai membuat telur gulung.

"Lu tiap hari dapet jajan 100 ribu?" tanya Janeth sembari menutup kontainer, masih ada banyak kuenya soalnya, sayang entar jadi alot.

"Nggak, dua puluh ribu aja udah sujud syukur, apalagi 100 ribu," jawab Andra. "Tapi entah kenapa, om gua tiba-tiba ngasih 100 ribu, katanya ada bonus dari kerjaan."

"Emang biasanya bokap lu ngasih berapa, Dra?"

"Dulu sih sepuluh ribu udah yang paling gede, sekarang udah gak lagi," jawab Andra tanpa membalik badannya, ia masih fokus menatap penjual itu.

"Loh kenapa? Dia bangkrut?" tebak Janeth.

Andra menoleh ke Janeth. "Dia aja udah nggak napas, gimana bisa ngasih gua duit?"

Sorot mata Janeth terlihat merasa bersalah. "Iam sorry."

Andra terkekeh dan mengacak-acak rambut Janeth. "Santai aja, gua sih nggak masalah, nggak tau kalo sahabat-sahabat gua."

"Maksudnya?"

Andra kembali terkekeh. "Lu nggak tau ya fakta lucu yang ada circle kita?" Janeth menggeleng. "Jadi kita semua itu yatim, kecuali Farel sama Debrong, orang tua Farel meninggal karena kecelakaan, dan kalo Debrong, dari dia lahir, bapaknya ilang gak tau kemana, jadinya kita nggak bisa malabeli dia yatim."

"Tapi tenang aja, kita kayaknya seneng-seneng aja jadi yatim, apalagi Bagas sama Debrong, sebagai anak yatim Islam, duit santunan mereka lebih banyak ketimbang yang lain."

"Ini dek," suara tukang telur gulung memecah keheningan yang sempat terjadi, ia menyodorkan juga sebotol saos. "Ini saosnya dek, bebas mau segimana, tapi jangan sampe banjir banget, entar saya yang rugi."

Andra terkekeh. "Iya bang," ia mulai menuangkan saos cukup banyak , tidak sampai menutupi seluruh telur gulung, tapi hanya setengahnya.

"Makasih ya dek."

"Sama-sama bang!" mereka pun mulai berjalan menyusuri jalan.

Andra menarik satu tusuk dan langsung melahap telur gulung. "Em! Enak banget dah, gak terlalu asin, dan saos nya gak terlalu pedes, pas."

Janeth mengambil satu tusuk dan ikut melahap, ia menganggukkan kepalanya, setuju.

"Eh beli pop ice yok," ajak Andra ketika melihat warung yang menjual dan membikin pop ice. "Gua ngerasa bapaknya Farel nih."

Janeth menaikkan satu alisnya. "Maksudnya."

"Daus," Andra terkekeh kencang.

Janeth terkekeh pelan dan meninju bahu Andra. "Parah lu! Entar si Farel denger gimana?"

Andra menatap Janeth dengan santai. "Palingan dia balik ngatain nama bapak gua."

"Bapak lu sedih dong?"

"Yaelah, palingan bapak gua sama bapak Farel nangis bareng di alam baka," sahut Andra, ia menepuk pundak Janeth. "Jadi lu mau minum pop ice nggak?"

Janeth menggeleng. "Nggak ah A, nanti eneng batuk," ucapnya dengan logat yang Sundakan.

"Batuk doang neng, nggak kanker," balas Andra.

Janeth terkekeh. "Kayaknya lucu ya kalo kita lanjutin gini, gua manggil lu aa, lu manggil gua eneng."

"Iya," Andra mengangguk setuju. "Jadi gimana eneng mau pop ice nggak? Aa nawarin kedua nih."

"Mau, eneng ikutin aa," jawab Janeth, mereka pun tertawa lepas.

............

Kosong, itu adalah hal yang terlihat di mata Irma, teman-temannya sudah berkali-kali bertanya, mengapa tatapannya kosong? Tapi hanya di jawab nggak apa-apa darinya.

Kini jam istirahat kedua telah dimulai, Irma melipat kedua tangannya diatas meja dan menaruh kepalanya, entahlah, rasanya begitu malas untuk beranjak dari tempat duduknya, atau mungkin malas ketemu seseorang?

"Permisi," Irma melirik ke pintu kelas, terlihat seorang pria berpakaian formal lengkap kacamata hitam.

"Iya, cari siapa ya pak?" sahut Irma mengangkat kepalanya.

"Kamu nona Irma ya?" pria itu mendekat ke meja Irma yang berada di barisan tengah.

"Iya saya irma, ada apa ya?"

"Ini nona, hadiah dari tuan Andrew," pria itu memberikan sebuah kotak kado yang lumayan besar.

"Eum, makasih ya udah ngasihin," Irma menampilkan senyuman, atau lebih tepatnya senyuman palsu.

Pria itu hanya mengangguk pelan, berbalik badan dan keluar dari kelas. Setelah memastikan pria itu pergi, Irma langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon Andrew.

"Hal—"

"Lu kenapa kasih hadiah ke gua?" tanya Irma, memotong sapaan Andrew.

"Hey honey, kenapa ngomongnya kayak gitu sih? Kamu nggak takut yang lain pikir aneh-aneh tentang hubungan kita?" tegur Andrew dari seberang sana.

"I dont Care, nggak ada siapa-siapa disini, dan asal lu tau, hubungan karena keterpaksaan. Sekarang, answer my question," desak Irma,

Terdengar kekehan dari seberang sana. "Ya, saya kasih itu sebagai permintaan maaf, karena sudah memarahimu dan mematikan telepon tiba-tiba, saya... mau menenangkan diri."

"Terus?"

"Saya mau hubungan kita membaik," jawab Andrew dengan santai.

Irma terkekeh. "Membaik? Emangnya hubungan kita baik? Udah lah, makin capek gua kalo ngobrol sama lu, dan gua bakal buang apapun isi kado ini."

"Kalo kamu buang, saya akan mengirim itu setiap hari sampai kamu muak."

Tanpa membalas apapun, Irma mematikan telepon. Moodnya jadi tambah rusak, ia membuka kado itu, terlihat sebuah boneka beruang coklat yang tidak terlalu besar.

"Ouh, ini satu-satunya yang bisa jadi pelampiasan," Irma memeluk boneka itu sangat erat.

............

Kekehan, itulah suara yang keluar dari mulut Andra dan Janeth saat masuk kembali ke sekolah.

Mereka melihat Bagas, Farel, Mora, dan Debrong sedang berdiri hormat di tengah-tengah lapangan.

Selain di guyur oleh panasnya matahari siang, mereka juga di guyur oleh omelan pak Ilham, guru agama Islam.

"Kalian ini! Bukannya belajar tentang agama malah main-main saja!" omel pak ilham. "Memang, kalian anak orang kaya, tapi kalau allah sudah membalikkan keadaan, keluarga kalian bisa jatuh miskin!"

"Keluarga saya kalo jatuh miskin, cuma bertahan beberapa bulan," cicit Farel, sorot matanya nampak kesal.

"Ngomong apa kamu?!" hardik pak ilham.

Farel hanya bisa membalas nyengir. "Nggak apa-apa pak, tadi saya ngomong, keluarga saya rajin sholat, jadi insyaallah langsung diangkat kembali derajatnya."

Pak ilham mendengus kesal, matanya melirik, menangkap kehadiran Andra dan Janeth. "Hei kalian! Sini!" titahnya.

Andra dan Janeth saling bertatapan, apakah mereka akan dihukum juga seperti sahabat-sahabat Andra? Dan akhirnya mereka menghampiri pak ilham.

"Kenapa kalian disini? Janeth, bukannya sekarang kelas kamu lagi pelajaran matematika? Dan Andra, kenapa kamu tidak di gereja bersama Indra?" Pak Ilham menatap penuh kecurigaan.

Ya, sekolah mereka juga ada gereja, tak terlalu besar, mungkin muat 30-40 orang.

Janeth terdiam sejenak, memikirkan alasan yang tepat. "Saya tadi ke toilet pak, dan kebetulan ketemu Andra."

"Ka... kalau saya," sela Andra sebelum pak ilham merespon. "Pak Alex ngadain kuis gitu pak, dan yang bisa jawab lima boleh langsung istirahat, toh beberapa menit lagi istirahat, iya kan pak?"

Pak ilham langsung mengecek jam tangan seiko nya, dan benar, tujuh menit lagi istirahat. "Yasudah, saya akan memberikan satu pertanyaan pada Andra, kalau dia bisa jawab, saya bebaskan kalian."

Senang, itulah yang terlihat di wajah sahabat-sahabat Andra, kenapa mereka senang, bukannya Andra berbeda agama dengannya?

"Ketika nabi Muhammad ingin berdoa pada sekelompok pendosa untuk diampuni dosa-dosanya, tapi tidak jadi karena mereka melakukan hal yang tak bisa diselamatkan," ujar pak Ilham dengan wajah dan nada percaya diri. "Sekelompok pendosa apakah itu?"

Andra menarik napas dalam-dalam. "Sekelompok yang di musuhi bulan Ramadhan, mereka adalah orang yang tetap bermaksiat dan tidak berpuasa di bulan Ramadhan."

Pak ilham membuka mulutnya lebar-lebar. "Kamu tau darimana hal seperti ini?"

Andra menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sebenarnya bapak saya muslim pak, kebetulan dia ngoleksi hadits dan juga suka cerita-cerita soal Islam ke saya."

Pak ilham mengantupkan rahangnya, ia benar-benar kalah kali ini. "Yasudah kalian boleh istirahat," Pak ilham berjalan meninggalkan lapangan.

Debrong langsung merangkul Andra. "Makasih sahabat! Gak nyangka aku, ternyata Katolik ragu-ragumu ini ada gunanya."

"Bangke!" balas Andra, mereka berjalan menuju kantin.

"A," belum dengan sempurna mereka berbalik badan, Janeth berlari dan memeluk Andra. "Makasih ya udah ngajak eneng, walaupun ini gak baik, tapi eneng seneng."

Andra terkekeh sembari mengacak-acak pucuk kepala Janeth. "Sama-sama eneng."

"Bangsat," lirih Indra, tatapannya menajam, rahangnya mengeras.

Tiada yang menyadari, kecuali Bagas, ia menatap penuh tanda tanya, saudara tirinya kenapa? Atau ada yang ia tutup-tutupi?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!