Ini kisah Alexa Hutama, seorang anak haram yang selalu mendapat tatapan kebencian dari keluarga ayahnya, Anggara Hutama. Tidak sampai di situ, kisah cinta Alexa pun tidak pernah mulus. Dihianati kekasih dan adiknya sendiri. Membuat Alexa yang penurut dan pendiam menjadi sosok berani dan liar. Apalagi setelah pertemuanya dengan seorang CEO dingin dan arrogant. Pria dewasa yang hanya ingin tubuhnya. Apa Alexa akan tetap bertahan? Pada hati yang selalu membuatnya sakit? Atau justru membuat Austin menyesali sikap acuhnya selama ini, begitu Alexa memutuskan hilang dari dunia ini dengan cara bunuh diri. Menceburkan diri dari kapal pesiar ketika hari pernikahannya. Cekidot. Baca juga novel Sept yang lain;
Rahim Bayaran
Menikahi Majikan
Dea I Love you
Istri Gelap Presdir
Suamiku Pria Tulen
Follow juga IG Sept yaa... yuk kenalan sama penulisnya.
Instagram ; Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda Austin
Wanita Pilihan CEO Bagian 9
Oleh Sept
Rate 18 +
Alexa pikir yang datang adalah Austin, hampir saja jantungnya mau copot. Sampai itu adalah Austin, Alexa mungkin akan tamat saat itu juga.
“Bagaimana, apa ada keluhan?” tanya suster yang sedang mengecek selang infus.
Alexa yang semula tegang, ia kira yang datang adalah Austin, akhirnya bisa bernapas lega. Wanita itu kemudian menggeleng pada suster. Mengatakan bahwa semua baik-baik saja, tidak ada keluhan apapun.
“Tidak, Sus. Semua baik-baik saja.” Alexa mencoba tersenyum ramah pada tenaga medis tersebut.
“Baiklah, nanti saya akan ke sini lagi. Perimis,” ucap suster dengan tersenyum ramah juga pada Alexa dan juga Jessy.
Jessy memegangi dadanya, begitu juga Alexa. Hampir saja jantung keduanya dibuat serasa naik rollercoaster.
“Aku sempat kaget tadi, aku kira Austin,” ujar Jessy berterus terang.
Alexa pun tersenyum, karena ia juga merasakan hal yang sama. Mengapa membicarakan Austin sepertinya harus sangat hati-hati? Itulah Austin, namanya tak bisa sembarangan disebut dan dibicarakan. Setelah suster pergi agak jauh, mereka kembali membahas Austin. Namun, dengan suara yang agak pelan. Agar tidak ada yang mendengar.
“Pokoknya satu pesanku, kamu harus membuat Austin terus berada di sisimu, Xa.”
“Hem ...,” Alexa nampak malas-malasan menjawab.
“Astaga! Pokoknya kamu harus pertahanin pria itu. Dia itu pria berpengaruh di kota ini. Kamu tahu kan, semua orang di kota ini menaruh hormat padanya. Dan kamu adalah wanita yang paling beruntung.”
Pujian Jessy dibalas senyuman miris oleh Alexa. Beruntung apanya? Jessy tidak tahu bagaimana perasaan Alexa selama ini. Ia selama ini harus berpura-pura. Menahan rasa sakit, tersiksa dan menderita seorang diri. Bibirnya mungkin selama ini tersenyum, tapi hatinya sudah terkoyak dan selalu menangis.
“Semua wanita menatap iri padamu, Xa!”
“Apa benar?” Alexa tersenyum sinis.
“Pasti ... siapa yang tidak iri? Berdiri di samping Austin itu adalah impian para wanita di kota ini,” tutur Jessy dengan mengebu. Seolah Austin adalah pangeran kuda putih yang didambakan seluruh wanita.
“Jangan tersenyum seperti itu!” tambah Jessy. Ia tidak suka Alexa yang seolah menganggap ucapannya hanya omong kosong.
“Oke ... oke ... Aku adalah wanita paling beruntung. Dan aku bersyukur ... puas?” tantang Alexa dengan tersenyum aneh. Karena ia merasa bukan wanita yang beruntung, dan ia sama sekali tidak bersyukur.
“Hemm ... terus rencana kamu selanjutnya bagaimana?” tanya Jessy penasaran. Ia sangat antusias dengan planing Alexa berikutnya.
“Nggak ada!” jawab Alexa datar dan sangat singkat, membuat Jessy langsung naik darah.
“Apa?”
“Ya begini-begini saja.”
“Jangan katakan kamu masih mikirin pria itu, ya?” tebak Jessy.
Melihat Alexa tersenyum masam, Jessy kembali mengomel. “Ini nggak ada hubungannya dengan Eric Winata, kan?” Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa dugaannya salah.
Sedangan Alexa, mendapat pertanyaan serangan dari Jessy. Ia hanya diam saja. Membiarkan Jessy menerka-nerka sendiri apa yang sedang ada dalam kepalanya. Baginya bicara panjang lebar pada jessy mengenai Eric rasanya percuma saja.
“Xa, jangan cari mati kamu. Jangan menggali kuburmu sendiri!” Jessy merasa khawatir bila Alexa benar-benar main-main di belakang Austin. Membayangkan saja ia ngeri.
“Cukup, Jess!” Alexa tidak mau berdebat. Bila mereka membahas Eric, maka tidak akan ketemu ujungnya.
“Aku sebagai temenmu, cuma mau ngingetin. Austin itu bukan orang sembarangan, dan kamu nggak bisa main-main di belakang pria seperti dia, Xa!”
“Jess!” sentak Alexa yang sudah hilang kesabaran.
Terlihat Jessy menghela napas menahan kesal, susah sekali memberi tahu Alexa. Padahal ia hanya ingin yang terbaik untuk temannya itu, nggak ada maksut lain. Tidak mau mereka berakhir ribut, Jessy memutuskan bangkit dari duduknya.
“Aku pulang dulu,” pamitnya dengan muka bete.
Masih dengan wajah yang sama, Alexa juga melepas kepergian temannya itu dengan wajah yang masam pula. Sementara Bi Wati yang sedari tadi duduk di pojokan, ikut keluar mengantarkan Jessy.
Saat semua sudah pergi, kini Alexa hanya tinggal seorang diri di dalam bangsalnya. Merasakan kesepian dan hawa dingin yang menyelimuti diri. Sebuah rasa hampa tiba-tiba menyeruak, memaksa masuk dalam hatinya yang paling dalam. Seorang diri di sana malah membuat pikiran Alexa lari ke mana-mana.
Tiba-tiba bayangan kejadian saat lalu muncul di pelupuk mata, tanpa sengaja Alexa kembali teringat masa lalunya bersama Austin. Bagaimana ia menyerat Austin hingga sampai di posisi sekarang. Ia masih ingat, ketika dengan sengaja membasahi Austin dengan minuman. Ya, ia sengaja menyiram pria itu dengan anggur demi menggoda seorang Austin. Secara terang-terangan Alexa mengandalkan kecantikannya itu.
Flashback
“Ya ampun ... Maaf, aku nggak sengaja.” Alexa memperlihatkan wajah penyesalan setelah membuat jas Austin basah.
“Ish!” Austin mendesis menahan kesal, ia ingin rasanya marah pada wanita yang menumpahkan anggur ke pakaiannya saat itu juga. Berani sekali, apa dia tidak tahu, siapa Austin sebenarnya.
“Maaf, Tuan!” Tanpa rasa takut, Alexa mengambil tisu dan mengusap bagian jas yang basah.
“Hentikan!” sentak Austin yang terlihat gusar.
“Aku nggak sengaja, maaf Tuan.”
“Aku bilang hentikan!”
Mendengar bosnya berteriak, Gerry langsung datang mendekat. Alexa sendiri beringsut mundur, memasang muka memelas dan sedikit seksi, karena mengigit bibir bawahnya sembari menatap Austin.
“Maaf Tuan, aku berjanji akan menganti rugi,” masih dengan nada memelas.
“Aku bilang cukup! Dan ... katakan! Apa maumu yang sebenarnya?” Austin seolah tahu, bahwa Alexa sengaja melakukan hal itu padanya. Sengaja membuatnya basah karena anggur yang ditumpahkan ke arahnya.
Alexa yang semula pura-pura tak berdaya, akhirnya menyerah. Ia rasa sudah gagal mengelabui pria itu.
“Aku tidak tertarik padamu!” cetus Austin memindai lekuk tubuh Alexa yang seksi. Gaun yang dikenakan Alexa malam itu, membuat lekuk tubuhnya begitu kentara. Bohong bila Austin tidak tergoda.
Pasalnya, Austin sudah tahu sosok di depanya itu siapa, dia Adalah Alexa Hutama. Putri haram keluarga Hutama yang paling tidak disenangi. Selain sepasang tangan yang pandai mengambar, yang tersisa hanyalah sebuah wajah cantik. Hanya itu saja, tidak ada yang menarik. Lalu kenapa malam ini, wanita itu mengusik dirinya?
“Bagaimana bila aku ingin uangmu?” Kata-kata itu lolos begitu saja dari bibirnya yang seksi dan menggoda.
Melihat itu, Austin menatap remeh dan langsung berbalik. Meninggalkan Alexa seorang diri.
“Sial!” rutuk Alexa sembari menatap kepergian Austin. Ia merasa sudah gagal total.
Sedangkan tak jauh dari sana, Austin yang melangkah dengan gusar mencoba melongarkan dasinya. Ia sepertinya sangat kesal. Kemudian menatap Gerry, dan membisikkan sesuatu ke telinga asistenya itu.
Di lorong yang sepi, Alexa melangkah dengan linglung. Ia merasa malam ini adalah malam kegagalan yang kesekian. Sepertinya ia harus menyerah dan mengaku kalah. Ketika sudah sangat putus asa, tiba-tiba sesorang menyetuh pundaknya.
“Nona Alexa, tuan Austin meminta saya mengantar Nona pulang.”
Seketika seperti ada kembang api dalam tubuhnya, Alexa bersorak girang dalam hati. Behasil, ia akhirnya berhasil menarik perhatian pria terkaya di kota itu. Saat sudah tiba, Alexa dibuat tertegun, mengapa ia dibawa ke sebuah vila? Apa ini devinisi pulang bagi pria kaya itu? Bibir Alexa terus mengumbar senyum, ia merasa benar-benar memenangkan lotre malam ini.
“Silahkan masuk, Nona. Nanti tuan Austin akan datang.”
Alexa mengangguk pelan, kemudian masuk dengan hati berbunga-bunga. Akhirnya ia bisa menginjakkan di tempat itu. Ketika sudah masuk ke dalam, Alexa pun langsung membersihkan diri, ia akan bersiap menyambut Austin. Selesai mandi, dengan balutan baju tidur yang tipis, ia melemparkan diri ke atas ranjang.
Tidak lama berselang, seseorang membuka pintu kamar Alexa yang kala itu hanya memakai baju tidur yang tipis dan tembus pandang. Pria itu memperhatikan dada Alexa yang naik turun. Melihat Alexa yang menatap dengan sorot mata yang menggoda, Austin pun membuang kemejanya ke sembarang arah. Perlahan ia membuka kancing kemejanya satu persatu. Bersambung.
tapi dulu dia jahat juga.....rasain aja ....