Penderitaan yang dialami Hana selama ini kini terbalas melalui Seorang perempuan yang dibawah oleh Suaminya untuk dijadikan Madu untuknya.
Dia tidak pernah menyangka Hidupnya akan berbeda dan Terlindungi oleh Madu yang dianggap sebagai saingan dan juga penderitaan.
Madunya Tidak hanya menjadi pelindung Tapi juga Bisa mengembalikan segala Yang dia miliki yang selama ini gdi kuasai suami dan juga keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Setelah urusannya di perusahaan telah selesai, Kaya segera pulang kerumah karena dia akan mengambilkan Hana makan siang dan bertemu dengan dokter dan suster yang akan menjaganya nanti.
Sesampainya dirumah, dia bergegas masuk kedalam rumah dan menuju kamar Hana, dia sudah membawa makanan yang dia beli untuknya karena dia tidak yakin makanan dirumah aman untuk mereka berdua apalagi ibu mertuanya itu begitu licik.
"Kak Hana, aku bawakan nasi bungkus kesukaan kak Hana". Ucapnya terhenti.
Wajahnya yang tadinya cerah kini berubah dingin dan tajam, dia melihat kedua perempuan kesayangan Arman telah memukul Hana dengan keras.
Dia melangkah maju dengan tangan mengepal, tiga orang yang berada didalam tersentak kaget terutama Aina dan Anita.
Mereka kini menatap Kayya dengan raut ketakutan sedangkan Hana dengan tatapan lega.
"Apa yang kalian lakukan padanya?? ". Ucapnya dingin dan setajam pisau.
Mereka berdua diam membisu dan mundur menjauhi Hana dengan tangan dan tubuh bergetar hebat karena melihat amarah berkobar dimata Kayya
"Aku tanya apa yang kalian lakukan padanya??". Teriak Kayya menggelegar.
Suaranya bak petir menyambar didalam ruangan itu, suaranya bergetar hebat penuh emosi, giginya bergemelutuk nyaring dan tatapannya begitu menyala.
"Sekali lagi aku tanya apa yang kalian lakukan padanya, bagaimana cara kalian bisa masuk kedalam ruangan ini??". Tajam dan dingin bahkan lebih dari pisau.
"Kami meminta uang padanya, tapi tidak diberi yah kami hajar lah". Ucap Aina dengan wajah berusaha tenang walau dia ketakutan setengah mati.
"Uang?? ". Ucapnya tajam.
"Iyalah, dia kan kaya, dia harus memberi kami uang, kalau tidak yah kami siksa lah". Ucap Aina berusaha menguasai dirinya.
Kayya mengangguk dengan tangan mengepal erat, Anita sejak tadi berusaha mengendalikan ketakutannya tapi tidak bisa, Aura yang dikeluarkan oleh Kayya begitu membuatnya takut.
Plak, plak, plak, plak.. Suara tamparan menggema berkali-kali diruangan ini.
Kayya bahkan mengibaskan tangannya karena kerasnya dirinya menampar Aina sehingga Aina terbentur meja.
Matanya tidak lepas dari tatapan membunuh untuk mereka berdua, membuat Anita ketakutan setengah mati.
Dia berusaha menolong sang anak tapi tangannya di cengkram kuat oleh Kayya dengan tatapan membunuh.
"Aku sudah memperingatkan kalian tadi untuk tidak mengganggunya apalagi menyiksanya, aku sudah katakan untuk diam dan jangan lakukan apapun padanya, tapi sepertinya peringatan ku tidak kalian gubris".
"Kami". Cicitnya seperti ular sedang terjepit.
"Kalian masih mau melakukannya lagi?, jika iya bersiaplah kehilangan tangan kalian karena aku akan mematahkannya, aku tidak peduli pada Arman jika kalian tidak bisa diberi tahu". Ucapnya mengambil pisau dapur yang ada dikamar Hana untuk memotong buah.
Mata keduanya membulat sempurna, mereka tidak menyangka jika Kayya akan serius dengan perkataannya tadi.
Hana hanya menunduk kesakitan, kepalanya berdengung hebat karena mereka membenturkan kepalanya pada tembok dan memaksanya meminum obat, beruntungnya dia obatnya terjatuh dan dia menghempaskan air minum yang diberikan oleh keduanya.
"Jangan kumohon". Teriak Anita dengan panik dan ketakutan melihat Kayya membawa pisau ditangannya.
Begitu juga dengan Aina yang ketakutan melihat pisau tajam yang dipegang Kayya.
"Kalian tidak akan jera kalau tidak diberi pelajaran aku sudah mengatakannya dengan baik sejak tadi tapi kalian sepertinya menganggap ku hanya bermain-bermain".
Kayya mendekati mereka dengan tatapan psikopat, membuat bulu kuduk keduanya berdiri hebat.
"Jangan, jangan, kami tidak akan melakukannya lagi, tolong jangan potong tangan kami". Jerit Keduanya ketakutan.
Wajah mereka pucat pasi seakan tidak punya darah, tubuh mereka bergetar hebat.
"Katakan tangan bagian mana yang kalian gunakan untuk memukul nya??, Katakan tangan mana yang kalian gunakan supaya bisa ku potong tangan itu terlebih dahulu". Ucapnya dengan dingin dan penuh amarah.
"Jangan kumohon, jangan nak, kami tidak akan melakukan nya lagi, kami tidak akan mengganggu mainan mu, tolong". Cicit Anita ketakutan.
Kayya tidak menjawab tapi mengangkat pisau itu tinggi-tinggi dan menancapkannya dimeja rias disebelah mereka itu
Kedua perempuan itu menutup matanya dengan ketakutan, suara berbunyi nyaring nyaris membuat persendian mereka berdua lepas.
"Kami tidak akan melakukannya lagi, kami janji". suara mereka terbata-bata karena ketakutan.
"Keluar sebelum pisau ini memotong tangan kalian berdua dan jangan pernah masuk dan ganggu Hana lagi, kalian mengerti?? ". Ucapnya dengan suara berat.
Mereka tidak menjawab, tapi berjalan dengan langkah gemetaran, kaki mereka bahkan masih bergetar hebat menuju keluar dari ruangan itu.
Kayya menutup pintu dengan bantingan keras nyaris menggetarkan ruangan ini.
Matanya yang tadi menyala berkobar amarah kini menjadi tatapan khawatir, dia segera menghampiri Hana untuk mengecek keadaannya.
"Bagaimana keadaan kakak??". Tanyanya dengan khawatir.
Dia bahkan membolak-balikan tubuh Hana untuk melihat keadaannya tapi saat melihat benjolan dikepala Hana membuatnya meradang seketika.
"Kurang ajar, mereka mau mati rupanya". Ucapnya dengan penuh amarah.
Hana menggeleng lemah, dia tidak ingin melihat Kayya melakukan hal yang diluar batas, tadi saja dia sedikit khawatir karena melihat amarah Kayya itu.
"Kenapa kak, aku periksa kakak yah". Ucapnya pelan.
Hana menatap Kayya dengan kening mengkerut tapi mengganggu pelan.
" Aku seorang dokter umum kak, bukan spesial bedah seperti adik kakak itu, aku bahkan kuliah ekonomi manajemen untuk membantu kakak di perusahaan sesuai janjiku pada dokter Kayya saat itu".
"Makasih yah, maafkan aku merepotkan mu". Cicitnya pelan saat Kayya memeriksanya.
" Iya sama-sama Kak, oh iya kakak tidak makan apapun yang mereka berikan kan?? ". Tanyaku dengan khawatir.
"Tidak kok, aku membuangnya kamu lihat kan berantakan banget kamar ini".
Kayya menghela nafas lega, dia tahu mereka berusaha meracuni Hana dnegan berbagai cara, dia beruntung karena bisa masuk lebih cepat dari dugaannya.
"Ya sudah, kakak makan siang dulu, aku sudah beliin kakak makanan kesukaan kakak menurut dokter Kayya kemudian minum obat".
Hana mengangguk kemudian memakan makanan yang dibawah oleh Kayya dengan tangis, dia jadi merindukan adik angkatnya itu.
Kayya hanya bisa membuang pandangannya, dia segera mengambil peralatan untuk membersihkan kamar Hana itu sebelum Arman bangun.
"Bagaimana kabar Kana, usia berapa dia sekarang?? ". Tanyanya penasaran.
"Dia berusia hampir 5 tahun kak, dia sudah masuk TK, anak tampan itu sangat mirip dengan dokter Kayya kayak duplikat".
Kayya tersenyum mengingat anak angkatnya itu, dia membesarkan Kana seorang diri karena rasa terima kasihnya pada Kayya.
"Bisakah aku ketemu dengannya?? ".
Kayya menoleh kemudian menatap sendu Hana, bukan dia tidak ingin mempertemukan mereka tapi kondisi saat ini tidak memungkinkan.
"Cepatlah sembuh kak Hana, baru aku akan bawah dia ketemu kakak, kakak kan tahu kondisi saat ini sangat rawan, nanti dia bisa dalam bahaya".
Hana hanya mengangguk kosong, dia membenarkan apa yang dikatakan Kayya saat ini.
"Terus apa yang Kayya berikan padamu, sampai kau mengorbankan hidupmu seperti ini?? ".
mengasuh bagusnya
apakah dia adik yang hilang??