Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyukai seseorang
"Mama yakin sudah bisa aku tinggalkan?" Julia sekali lagi mempertanyakan kondisi mamanya.
"Sudah. Lagian ada Jena dan Jeni yang akan menemani mama nanti." Siena meyakinkan putri sulungnya.
"Kalian harus menjaga mama dengan baik. Jangan sekalipun meninggalkan mama sendirian!" Julia menatap kedua adiknya dan memperingatkan mereka dengan tegas.
"Kak Julia tenang saja. Kami juga putri mama lho. Kami juga tidak ingin terjadi apa - apa pada mama." Jeni menenangkan Julia.
"Baiklah. Kakak percaya pada kalian. Kalian berdua sudah dewasa sekarang." Julia mengangguk merasa tenang.
"Apa aku perlu menemani kak Julia bersama Sera?" Jena menatap Julia sedikit khawatir.
"Jena lebih di perlukan di dekat mama." Julia menoleh pada adiknya itu.
"Tempat itu tidak bagus di datangi oleh anak kecil sepertimu. Tidak baik." Ia mengingatkan Jena.
"Jena sudah dewasa. Kak Julia yang mengatakannya sendiri tadi." Jena langsung cemberut mendengar penolakan itu.
"Iya. Sudah dewasa karena sudah tamat SMA. Tapi masih kecil untuk pergi ke tempat seperti itu." Julia tidak membantah.
Ia tidak senang adiknya mengikutinya ke klub malam. Baginya cukup ia yang di pandang remeh oleh orang di sekitar mereka, karena bekerja di sebuah klub malam.
Ia akan menjaga adiknya. Dan tidak akan membiarkan mereka terjun ke dunia seperti itu. Mereka memiliki masa depan cerah yang baik. Tidak akan ia biarkan ada sesuatu yang mengotorinya.
"Kita pergi sekarang? Nanti keburu telat." Sera yang memperhatikan dari pintu akhirnya bersuara.
"Baiklah." Julia mengangguk.
Ia pamit pada mamanya. Mencium pipi mamanya dengan lembut. Merasa lebih tenang melihat mamanya denagn wajah yang jauh lebih cerah.
"Jaga Julia ya Sera." Siena berseru pada adiknya itu.
"Pasti. Tidak akan aku biarkan keponakan tercintaku ini tergores sedikitpun." Sera meyakinkan Siena.
Kelakuan Sera membuat ketiga lainnya berdecak. Terlalu berlebihan menurut mereka. Tapi yah, memang Sera seperti itu. Tidak akan ada yang bisa menggantikannya.
Julia dan Sera akhirnya berangkat menuju klub malam. Dengan Sera yang mengemudikan mobil, Julia memilih memejamkan mata dan mengistirahatkan tubuhnya sebentar.
"Kamu sepertinya sangat lelah." Sera bergumam saat ia melirik Julia sekilas.
"Hm." Julia hanya berdehem.
"Apa yang kamu lakukan hingga terlihat selelah ini?" Sera kembali bertanya.
"Sepanjang hari ini, aku sibuk membuat kue untuk stok hari ini dan besok." Julia menjawab tanpa membuka matanya.
"Oh."
Sera bergumam lirih. Ia tidak mengatakan apapun lagi. Karena membuat kue sendirian dengan jumlah yang cukup banyak, pasti akan sangat melelahkan.
Merasa kasihan pada Julia yang bekerja terlalu keras. Ingin rasanya ia memeluk dan menyemangati Julia.
Tapi ia juga tahu, jika Julia tidak suka di kasihani. Wanita ini memiliki harga diri yang tinggi.
Jika tidak karena mamanya yang berulang kali masuk rumah sakit. Sera tahu pendapatan Julia dari klub malam, bisa memberikan kehidupan yang layak untuknya.
Tapi Julia tahu jika ia harus mengobati mamanya. Bekerja di klub malam itu adalah salah satu solusi terbaik menurutnya. Dengan gaji bagus yang ia terima. Ia tidak perlu bekerja di sana setiap hari.
Dengan kelonggaran itu, ia bisa merawat mamanya. Hal yang belum tentu bisa di lakukan oleh wanita muda lainnya.
"Tidak ingin mencoba bekerja di swalayan?" Sera tiba - tiba memberikan ide.
"Bekerja setiap hari di sana dan meninggalkan mama di rumah sendirian?" Julia membuka matanya dan menatap Sera dengan sorot serius.
"Jena dan Jeni sudah lulus SMA. Mereka bisa gantian menjaga kak Siena. Mungkin dengan begitu kamu tidak harus bekerja di klub malam." Sera menyampaikan maksudnya.
"Jena dan Jeni harus kuliah. Aku tidak mau mereka berhenti sekolah dan tidak bisa meraih impian mereka."Julia menegakkan tubuhnya. Menghadap Sera sepenuhnya.
"Dan bagaimana jika mama masuk rumah sakit? Aku tidak akan bisa menjaganya sesering yang aku inginkan." Julia kembali bersuara.
"Tidak masalah jika tubuhku lelah Sera. Tidak masalah jika aku harus bekerja di klub malam. Paling tidak aku tetap bisa menjaga mama dan menyekolahkan kedua adikku." Julia menegaskan.
"Sangat susah mengubah keputusanmu. Kamu sangat keras kepala sekali." Sera berkomentar disertai gelengan kepalanya.
"Aku akan menganggap itu pujian." Julia tersenyum manis.
Ia kembali menyandarkan tubuh dan memejamkan matanya. Menikmati moment perjalanan menuju klub malam.
"Aku juga adik kak Siena. Aku tidak mungkin meninggalkan kakakku sendiri jika ia kesusahan. Kamu tahu itu." Sera berdecak melihat Julia yang kembali memejamkan mata.
"Kami tahu itu. Tapi bukan berarti aku akan terus menyusahkanmu Sera. Kamu juga berhak menikmati hidupmu." Julia menoleh kembali dan tersenyum kecil.
"Bahkan aku selalu menyusahkanmu untuk pergi ke klub seperti ini. Di saat kamu seharusnya bisa kencan dengan seorang lelaki." Julia kembali bersuara.
"Dan kamu tahu dengan jelas, jika aku tidak mau menjalin hubungan dengan lelaki manapun." Sera berdecak mendengar alasan itu.
"Saat ini." Julia menekankan.
"Tapi tidak menutup kemungkinan jika kamu akan bertemu lelaki yang akan membuatmu bisa merubah keputusan itu." Julia sangat yakin dengan ucapannya.
"Kita lihat saja nanti." Sera tidak setuju dengan ucapan Julia.
"Bagaimana jika kamu mencoba mendekati pak Xander saja?" Sera tiba - tiba terlintas sebuah ide.
"Kamu sehat bukan?" Julia menoleh pada Sera dengan kening berkerut.
"Julia, pak Xander adalah lelaki single. Ia kaya dan memiliki beberapa klub malam yang beroperasi di beberapa kota." Sera membeberkan keistimewaan Xander Jackson.
"Ia juga terlihat sangat mengistimewakanmu. Menjagamu dari para lelaki hidung belang di klub itu. Ia juga tampan. Kombinasi yang sangat menarik untuk kamu dekati." Sera berbicara dengan antusias.
"Dengan begitu, kamu tidak perlu capek bekerja di klub itu. Kamu bisa menjadi istri pemiliknya dan uang akan mengalir dengan mudah ke rekeningmu setiap saat."
Julia geleng kepala mendengar khayalan Sera. Ia selalu heran dengan pemikiran Sera yang menyuruhnya mendekati Xander.
Padahal dalam hati Julia sangat yakin. Jika lelaki itu tidak memiliki perasaan seperti tebakan Sera. Dan Julia juga tidak memilikinya.
"Pak Xander sudah sangat baik kepadaku Sera. Aku tidak ingin merusak kepercayaannya dengan melakukan hal yang nantinya membuat ia kecewa." Julia tidak bisa membohongi hatinya.
"Siapa tahu pak Xander akan luluh dan menerimamu menjadi wanitanya. Jangan pesimis begitu! Kamu bahkan belum mencobanya." Sera kembali menyemangati.
"Tidak Sera. Aku yakin tidak ada hal romantis seperti itu yang akan terjadi antara aku dan pak Xander." Julia kembali menegaskan.
"Lagian aku muali menyukai seseorang." Dengan sangat perlahan, Julia bergumam.
Bayangan lelaki yang ia temui di panti asuhan itu kembali membayangi benaknya. Ia tersenyum memgingat wajah tampan lelaki itu.
"Siapa orang itu?" Sera rupanya mendengar gumaman lirih itu.
Dengan tatapan yang memicing tajam, ia menatap Julia yang gelagapan. Ia harus mengenai siapa lelaki yang membuat keponakannnya ini tersenyum aneh seperti ini.
"Aku tidak tahu siapa namanya."
Julia menjawab dengan lemah. Dan berakhir membuat Sera menganga terkejut.
.......................
jadi strong woman Thor