Lolly Zhang, seorang dokter muda, menikah dengan Chris Zhao karena desakan keluarga demi urusan bisnis. Di balik sikap dingin, Chris sebenarnya berusaha melindungi istrinya. Namun gosip perselingkuhan, jarak, dan keheningan membuat Lolly merasa diabaikan.
Tak pernah diterima keluarga suaminya dan terus disakiti keluarganya sendiri, Lolly akhirnya nekat mengakhiri pernikahan tanpa hati itu.
Akankah cinta mereka bersemi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
“Apa yang terjadi di sini?” tanya Chris begitu melangkah masuk. Tatapannya langsung tertuju pada Nana Liu yang duduk di ranjang pasien dengan pakaian basah dan pecahan gelas berserakan di lantai.
Nana menatapnya dengan mata berkaca-kaca, suaranya lirih namun penuh perhitungan. “Chris, maaf… aku tidak berniat membuat istrimu marah. Aku hanya menjelaskan bahwa antara kita sudah tidak ada hubungan apa pun. Tapi dia… dia menuduhku merebutmu darinya, lalu menyiramku dengan air.”
Lolly hanya berdiri di tempatnya, tenang tanpa ekspresi. Tidak ada kemarahan, tidak ada pembelaan.
Chris menatap keduanya bergantian, mencoba membaca situasi. Ia kemudian melangkah mendekati Lolly. “Lolly,” ujarnya pelan namun tegas, “apakah yang dikatakannya benar?”
Lolly menoleh perlahan, menatap suaminya dengan mata teduh namun menusuk. “Menurutmu,” ucapnya dingin, “siapa yang lebih bisa dipercaya? Kalau kau merasa dia berkata benar, aku tidak perlu menjelaskan apa pun.”
Suasana hening. Hanya suara alat medis yang berdetak pelan.
Tanpa menunggu tanggapan, Lolly lalu berbalik dan melangkah keluar dengan langkah tenang namun penuh wibawa.
Chris menatap punggung istrinya hingga menghilang di balik pintu.
“Chris…” panggil Nana lembut, menunduk dengan ekspresi penuh penyesalan. “Aku sungguh tidak tahu kalau ucapanku bisa membuatnya marah seperti itu. Aku hanya ingin menjelaskan semuanya padanya."
Chris menatapnya dengan sorot mata yang sulit ditebak. Ia mendekat satu langkah, lalu suaranya berubah dingin dan berwibawa. “Nana Liu, hari ini aku datang karena urusan kerja sama. Tapi aku berharap kau bisa menjaga sikapmu. Lolly adalah istriku ... istri sah yang aku nikahi di hadapan hukum dan keluarga.”
Nana tertegun, ekspresinya berubah kaku sejenak sebelum tersenyum tipis. “Chris, kita sudah kenal begitu lama. Apa kau tidak mengerti sifatku? Aku mana mungkin menyinggungnya.”
Chris menatapnya tanpa ekspresi. “Mungkin atau tidak, hanya kau yang tahu,” ucapnya datar, lalu berbalik meninggalkan ruangan tanpa menoleh lagi.
Pintu tertutup perlahan di belakangnya, menyisakan Nana yang menggigit bibir dan menatap arah pintu dengan mata yang mulai dipenuhi kebencian.
Sementara itu, Lolly kembali memeriksa kondisi ibunya yang masih dirawat di rumah sakit.
“Jantung Mama sudah mulai membaik, besok Mama sudah bisa pulang,” ucap Lolly lembut sambil menatap hasil pemeriksaan di tangannya.
“Alasan saja. Kau hanya ingin Mama cepat pulang supaya tidak menghabiskan uangmu,” sindir Dicky dengan nada sarkastik.
“Aku adalah dokter, Aku lebih tahu kondisi Mama dibandingkan denganmu,” jawab Lolly dengan tenang namun tegas.
Nacy menatap putrinya dengan dingin. “Jantungku tidak akan pernah membaik setelah kematian kakakmu. Semua ini karena ulahmu, Lolly. Jangan pikir aku tidak tahu kalau kau sedang berusaha menjauh dari kami. Nyawa yang sudah hilang takkan bisa kau lunasi, bahkan sampai mati.”
Lolly menunduk, menahan perih yang merambat di dadanya. “Mama, sudah dua puluh tahun berlalu, tapi Mama masih menyalahkanku setiap kali melihatku. Aku juga menderita... Aku tidak bisa tidur, mimpi buruk itu selalu datang. Aku juga tidak pernah menjalani kehidupan bahagia,” ujarnya lirih.
Saat itu, Chris yang hendak menuju kamar mertua menghentikan langkahnya di depan pintu, mendengarkan percakapan di dalam.
Nacy menatap Lolly dengan sorot mata tajam. “Tidak bahagia? Kau jadi dokter, menikah dengan pria kaya, apa itu tidak cukup? Kakakmu yang seharusnya menjadi dokter, dia bercita-cita besar! Tapi dia pergi terlalu cepat. Mengapa waktu itu bukan kau saja yang pergi?” katanya, penuh kebencian.
Lolly menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Aku tidak menyangka Mama bisa berkata sekejam itu padaku,” ucapnya parau.
Eric, ayahnya, ikut bersuara. “Lolly, sehebat apa pun seorang anak perempuan, setelah menikah dia hanya jadi orang luar di rumah suaminya. Nanti setelah kau punya anak, tugasmu hanya merawat mereka. Jadi, apa gunanya kau menjadi dokter? Kakakmu berbeda, dia laki-laki, penerus kebanggaan keluarga. Kalau bukan karena kesalahanmu, dia mungkin masih hidup sekarang.”
Lolly menatap ayah dan ibunya bergantian. “Apakah di mata kalian aku tidak berharga sama sekali... bahkan di keluarga sendiri aku seperti orang asing,” ujarnya getir.
Dicky terkekeh sinis. “Lolly, kau bahkan gagal menjaga hati suamimu. Dia saja lebih memilih mantannya daripada kau. Lihat saja, mantannya jauh lebih cantik dan seksi darimu. Wajar kalau dia lebih suka di luar negeri daripada menatap wajahmu setiap hari.”
Ucapan itu belum sempat berakhir ketika Chris melangkah masuk dengan sorot mata tajam menusuk Dicky.
“Ulangi apa yang baru saja kau katakan,” suara Chris terdengar dalam dan tegas, penuh tekanan.
“Chris?” Eric dan Nancy hampir bersamaan menatap menantunya, terkejut oleh nada dingin dalam suaranya.
Dicky, meski sedikit tergagap, tetap berusaha bersikap tenang. “Kakak ipar, aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kami tidak akan menyalahkanmu kalau lebih memilih Nana. Dia jauh lebih cantik, lebih lembut, dan juga lebih menarik. Adikku ini—” ia menoleh ke arah Lolly dengan tatapan merendahkan, “—tidak secantik Nana, tidak seanggun dia. Sifatnya pun keras dan kasar. Dalam segala hal, dia bukan apa-apa dibanding Nana Liu.”
Belum sempat Dicky menarik napas berikutnya, telapak tangan Chris mendarat keras di pipinya. Suara tamparan itu menggema di ruangan, memecah udara yang menegang.
Dicky terpaku, matanya membelalak tak percaya, sementara Lolly refleks menatap suaminya dengan kaget.
Chris menatap pria itu tajam, rahangnya menegang, dan suaranya merendah namun menusuk, “Sekali lagi kau menghina istriku, aku pastikan kau tidak akan bisa bicara dengan mulut itu lagi.”
saya sudah vote
😄😄