Irgi beralih menatap Humaira.
Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.
Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.
Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenali
Aku tak pernah menunggumu
Kamu tak pernah sengaja datang
Tapi kita sengaja dipertemukan Tuhan
~Rohmatikal Maskur~
.
.
Malam telah berganti menjadi pagi
Pukul lima pagi Humaira bangun dari tidurnya yang tidak begitu lelap. Sembari menekuk lututnya yang masih berbalut selimut, gadis itu melirik tempat tidur di sebelahnya yang kosong. Rasanya tidak ada yang berbeda meski kini ia telah menikah.
Pernikahannya yang baru seumur kecambah begitu menyita pikirannya. Seperti semalam, ia terus terjaga menunggu Irgi pulang. Suara mobil suaminya baru terdengar pukul dua dini hari dan Humaira baru bisa tidur satu jam setelahnya.
Dulu Humaira sering berkhayal dirinya akan memiliki kisah-kisah romantis setelah menikah, seperti yang diceritakan dalam novel atau drama-drama Korea, namun kenyataan hidupnya sangat berbeda. Ia kerap merasa kesepian.
Setelah sholat subuh, Humaira memulai paginya dengan menyapu serta mengepel lantai ruang tengah. Kemarin ia tidak sempat membersihkan semua ruangan karena harus ke luar rumah untuk membeli beberapa keperluan.
Saat mengepel, ia menatap pintu kamar Irgi yang masih tertutup rapat. Sejenak ia menghentikan gerakan tangannya. Ia ragu apakah harus membangunkan suaminya atau membiarkannya tetap tidur.
Humaira khawatir jika terlalu cepat membangunkan Irgi, akan ada drama berkepanjangan lagi yang terjadi.
Namun matahari semakin gagah dan tinggi.
"Irgi, ayo bangun, udah jam sembilan sekarang!" Akhirnya tangan Humaira mengetuk pintu kamar suaminya.
Tidak ada jawaban dari dalam.
"Bangun Irgi!"
Humaira baru akan mengetuk lagi tapi pintu di hadapannya langsung terbuka sendiri. Keluarlah suaminya dengan hanya menggunakan celana pendek serta kaos tipis berwarna biru muda.
Dengan rambut yang acak-acakan dan mata yang masih setengah tertutup, Irgi mencoba memandang orang yang sedang berdiri di hadapannya.
"Aku lapar Maira." ucapnya datar.
Laki-laki itu terus memegangi perutnya yang kempes.
Istrinya hanya bengong.
"Kamu ngigo?"
Mata Irgi langsung melebar.
"Aku tidur sambil jalan! Emang gak keliatan?"
"Idih, lagian bangun tidur tu cuci muka dulu, ini langsung laporan laper! Kita gak punya stok makanan." ujar Humaira tegas.
"Beneran gak ada makanan apa-apa?"
"Kompor juga belum ada gasnya. Mana bisa masak!"
Humaira sebenarnya sedang menguji suaminya yang kemarin pergi begitu saja tanpa memperdulikan dirinya yang baru pindah ke lingkungan baru.
Apakah Irgi akan peka pada situasinya?
Suami seharusnya bertanggung jawab dan memastikan semua kebutuhan istrinya terpenuhi. Humaira terus bergumam menahan kesal.
Wajah Irgi meringis. Perutnya sudah tidak kuat menahan lapar.
"Kalo mau sarapan, ada roti di meja makan. Agak siangan baru nanti kita belanja."
Tanpa basa-basi, Irgi langsung menyomot sebungkus roti sobek yang telah disiapkan istrinya.
Humaira yang tengah
mengayuhkan tongkat pel sekilas menoleh pada suaminya yang duduk di depan meja makan.
Irgi nampak begitu lahap memakan sarapannya.
"Makanlah seadanya dulu! Aku belum sempat keluar rumah."
Tangan Humaira yang cekatan kembali membersihkan permukaan lantai keramik berwarna putih tersebut.
Sambil mengunyah roti sobek kombinasi berisi coklat dan keju, mata Irgi berkeliling memperhatikan seluruh permukaan lantai di rumah itu yang bersih dan kinclong. Aroma segar karbol Pinus juga tercium di seluruh ruangan.
Irgi mencoba mencolek permukaan meja makan di hadapannya. Sangat bersih. Rupanya debu-debu yang menempel pada permukaan perabotan juga sudah dibersihkan.
Ternyata Humaira orang yang sangat rajin.
Diliriknya sang istri yang sedang bergerak mundur mengepel lantai rumah. Waktu itu, Humaira memakai daster bunga-bunga serta jilbab kaos berwarna pink.
Irgi langsung teringat pada kejadian kemarin pagi, ketika sang istri memaksa dirinya melepaskan kemeja kusut yang dipakainya lalu menyetrikanya hingga rapi.
Walaupun kadang cerewet dan tidak mau mengalah bila berdebat, nyatanya Humaira adalah sosok yang perhatian pada hal-hal kecil di sekitarnya.
...****************...
hmm covernya bagus kak