Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.
Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.
Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.
Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.
"MINOTO NOVEL"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. KEKUATAN YANG TERSIMPAN DI DALAM TUBUH, ARIZ...!
Benar-benar perjalanan yang tak terduga. Beberapa menit yang lalu, Ariz baru saja menolong seorang anak yang terjatuh saat sedang berlarian. Tanpa berpikir panjang, ia pun membantunya dan mengobati lukanya itu. Anak itu tentu berterima kasih kepada Ariz. Namun, saat ibu menghampiri anaknya dan anak itu berkata kalau ia baru saja dibantu oleh Ariz, ibu itu tampak tidak senang dan menggeret anaknya pergi.
Ya, memang sakit hati rasanya. Namun, ia tidak mempedulikan itu dan lanjut pergi menuju ke rumah Bibi.
Setelah beberapa lama berjalan, Ariz pun sampai di rumah Bibi.
Kebetulan sekali, Bibi sedang berada di teras. Sepertinya ia sedang membersihkan dedaunan yang berserakan di terasnya itu. Tanpa berpikir panjang, Ariz pun menghampiri Bibi tersebut.
"Bibi!" Ariz berlari sedikit menuju ke Bibi.
"Ah! Ariz? Kenapa kau datang kemari?" ucap Bibi.
"Bibi, aku ingin mengembalikan tempat makan yang sudah Bibi berikan kemarin. Terima kasih untuk makanannya ya, Bi. Masakan Bibi memang sangat lezat!" ucap Ariz.
"Ah, syukurlah kalau kau suka dengan makanan yang Bibi berikan. Terima kasih juga karena telah mengembalikan tempat makannya ya!" Bibi membawa tempat makan tersebut.
"Padahal, kau tidak perlu repot-repot membersihkan tempat makan ini."
"Ah, tidak apa-apa, Bi. Justru aku sangat merepotkan, Bibi. Karena Bibi sampai memberikan semua makanan ini kepadaku," ucap Ariz.
"Tidak. Kau sama sekali tidak merepotkan, Bibi..." Pandangan Bibi tiba-tiba mengarah ke wajah Ariz yang kemarin sempat terluka parah.
"Eh?! Ariz. Setahuku, saat Bibi mengobati lukamu kemarin, pipimu tampak bengkak membesar. Tapi sekarang, mengapa pipimu sudah tidak terlihat bengkak lagi?" ucap Bibi, kebingungan.
"Ah! Aku lupa melepas semua perban ini!"
Ariz pun melepaskan semua perban yang menempel di wajahnya.
Betapa mengejutkannya, semua luka yang kemarin tiba-tiba sembuh seketika! Jelas, Bibi itu pun terkejut bukan main! Dengan matanya yang terbuka lebar karena tidak percaya, Ariz bisa sembuh dalam waktu 1 hari saja!? Bahkan, tidak sampai 24 jam!
"B-bagaimana bisa?! Semua luka-lukamu tiba-tiba menghilang? Bagaimana mungkin?" ucap Bibi, dengan kata-kata yang acak-acakan.
Ariz hanya tersenyum kepada Bibi itu: "Hehehe..."
Di dalam rumah...
Mereka melanjutkan pembicaraan di dalam rumah Bibi. Bibi masih terkejut dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa luka yang lumayan parah secara tiba-tiba menghilang dalam kurang dari 24 jam?
"Ini teh untukmu." Bibi itu memberikan secangkir teh kepada Ariz.
"WHOAA.! Terima kasih, Bi! Aku minum teh ini, ya." Ariz meminum teh tersebut.
"EUUM, lezat sekali!" ucap Ariz.
Bibi yang sudah memberikannya teh pun ikut duduk di sofa. Karena rasa penasaran masih terngiang-ngiang di kepalanya, Bibi mencoba untuk bertanya kepadanya. "Euum, Ariz. Bagaimana bisa semua luka-luka di wajahmu menghilang seketika? Bibi sampai terkejut melihatnya," ucap Bibi, penasaran.
Ariz berhenti minum...
"Sebenarnya, aku tidak tahu pasti kenapa lukaku bisa tiba-tiba menghilang,," ucap Ariz.
"Hah? Bagaimana kau bisa tidak tahu?" ucap Bibi.
"Eum... Bagaimana menjelaskannya, ya? Oh iya! Biar aku sedikit bercerita tentang kejadian kemarin," ucap Ariz, sambil meminum tehnya lagi.
"Kejadian kemarin?" ucap Bibi, penasaran.
"Sebenarnya..."
Flashback...
Setelah berpamitan pulang dengan Bibi, ia pun bergegas pulang ke rumah. Namun, sepertinya hari kesialannya masih menempel di tubuhnya itu! Saat di tengah perjalanan, hujan tiba-tiba turun sangat deras! Itu membuat seluruh badan Ariz basah dan ia juga tidak ada tempat untuk berteduh. Tanpa berpikir panjang, ia pun berlari sangat kencang ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, ia merasa sangat kedinginan dan lukanya perih karena air hujan. Ia pun mengganti pakaiannya dan bergegas untuk tidur cepat. Namun, ternyata ia terkena demam ekstrem! Di mana suhunya benar-benar sangat panas! Ia juga tidak bisa bergerak saat terkena demam ekstrem itu. Mendengar cerita dari Ariz, Bibi itu pun berkata.
"Demam ekstrem? Apa maksudnya?" ucap Bibi, bingung.
"Aku terkena demam yang cukup parah, Bi! Perkiraanku, saat aku menggunakan termometer, suhunya mencapai enak puluh lima derajat Celcius," ucap Ariz, menjawab dengan santai.
"A-APA! enam puluh lima derajat Celcius?! Tidak, tidak mungkin sepanas itu, Ariz! Rata-rata kalau manusia terkena demam, tidak akan mencapai enam puluh lima derajat Celcius! Mungkin termometermu rusak, Ariz?" ucap Bibi itu, berusaha berpikir positif.
"Hah? Memangnya rata-rata manusia demam, berapa derajat Celcius, Bi?" ucap Ariz, penasaran.
"Rata-rata manusia demam itu sekitar tiga puluh delapan atau paling panas bisa sampai tiga puluh sembilan koma delapan derajat Celcius. Dan kau tadi berkata, kalau suhumu bisa mencapai enam puluh lima derajat Celcius?! Itu sama sekali tidak masuk akal, Ariz." ucap Bibi itu.
"Hmm. Tapi, Bi. Dulu aku mengira, kalau termometerku memang rusak. Namun, setelah kuganti, bahkan sudah empat kali ganti, suhuku tetap enam puluh lima derajat Celcius saat sedang demam. Bahkan, bisa lebih dari enam puluh lima derajat Celcius," ucap Ariz, lagi-lagi menjawab dengan santai.
"Kau sudah mengganti termometer sebanyak empat kali? Tapi suhunya masih tetap sama... ketika kau demam?!" ucap bibi, masih tidak percaya.
"Eum! Suhuku masih sama tingginya... walaupun aku sudah mengganti termometernya," ucap Ariz.
Suasana terhening sejenak...
"Tunggu-tunggu. Lalu, bagaimana dengan luka-luka yang ada di wajahmu itu? Mengapa bisa tiba-tiba menghilang?" ucap bibi, masih terlihat bingung.
"Eum, sebenarnya..." Ia nampak sedang mengingat masa lalunya.
"Sebenarnya, setiap kali aku memiliki luka yang parah di tubuhku, aku akan segera terkena demam parah. Hmm... Oh iya! Contohnya seperti kemarin. Wajahku dipenuhi oleh memar yang cukup parah. Nah, di situlah demamku tiba-tiba muncul. Semalam, aku terkena demam yang lumayan tinggi. Saat aku cek suhu, bisa mencapai enam puluh derajat Celcius lebih. Bahkan, aku tidak bisa bergerak karena saking menyakitkannya." Ia tiba-tiba berhenti berbicara dan meminum tehnya lagi.
"Tapi, Bi, biasanya demamku hanya akan bertahan selama dua puluh empat jam. Nah, di situlah keajaiban muncul! Setelah aku tertidur pulas karena efek dari demam, semua luka yang ada di tubuhku menghilang seketika," ucap Ariz, berkata dengan santai.
"Apa?! Setelah terkena demam parah itu, semua luka-lukamu akan sembuh seketika?!" ucap bibi, dengan wajahnya yang terlihat terkejut.
"Yaa... begitulah. Aku tidak tahu kenapa, aku pikir semua manusia juga seperti itu," ucap Ariz, sambil menikmati tehnya.
Di dalam hati, wanita itu berkata... "Anak itu bukanlah anak biasa. Tidak mungkin ada manusia yang terkena panas setinggi itu. Dan juga, setelah demamnya sembuh, semua luka-luka yang ada di tubuhnya sembuh seketika?! Bagaimana dia melakukannya? Siapa anak ini sebenarnya? HAH!" Matanya membulat besar seketika.
"A-apa ia adalah anak itu? Tidak. Tidak mungkin itu dia," ucap bibi dalam hatinya.
Melihat bibinya yang masih termenung karena tidak percaya dengan perkataan Ariz, Ariz pun berbicara kepada bibi itu.
"Bibi."
"Eum, iya?" bibi itu menjawab dengan wajahnya yang masih terkejut tidak percaya.
"Bolehkah aku bercerita sedikit?" ucap Ariz.
"Ah?! Tentu saja!" ucap bibi, menjawab sepenuh hati.
"Sebenarnya, apa yang aku bicarakan tadi, sudah kualami beberapa kali."
"Ah?! Apa maksudmu?" ucap bibi, penasaran.
"Aku tidak Bermaksud untuk membuat bibi mengasihaniku. Tapi..." Ia tiba-tiba teringat masa lalu.
Masa lalunya benar-benar tidak cerah, seperti anak-anak pada umumnya. Setiap kali ia mendekati anak-anak sebaya untuk ikut bermain, mereka tidak mau mengajaknya dan malah mengusirnya dengan paksa. Bahkan ia masih ingat, ketika ia dibully karena ia adalah anak yatim-piatu yang terkutuk! Mereka sampai memukul dan menyiksanya! Luka-luka yang diterima oleh Ariz cukup parah! Namun, setiap kali ia terluka, pasti tiba-tiba ia terkena demam parah. Tubuhnya mulai memanas, serta badannya yang sulit digerakkan. Tapi, itulah keajaibannya, setelah selesai dari demam parahnya itu, semua luka-lukanya tiba-tiba sembuh seketika. Ia merasa, kalau mungkin semua manusia juga sama sepertinya. "Namun, setelah berbicara dengan bibi, aku jadi semakin yakin kalau apa yang dikatakan oleh anak-anak itu memang benar. Aku adalah anak yang terkutuk. Karena aku tidak sama seperti manusia pada umumnya."
mendengar perkataan itu, Wanita itu pun membantah perkataannya dan berkata kepada Ariz.
"Ariz, kau bukan anak terkutuk! Justru, ada kekuatan yang sangat spesial di dalam tubuhmu itu," ucapnya.
"Apa benar kalau aku bukan anak terkutuk?" ucap Ariz.
"Tentu saja tidak, Ariz."
"Bibi hanya berharap, kau bisa sehat-sehat selalu, Ariz. Bibi ingin kau berkembang dengan baik. Walaupun orang-orang di sekitarmu menjauhimu, teruslah maju ke depan. Jangan pedulikan orang-orang yang ada di sekitarmu, mereka hanya ingin menjatuhkanmu saja...
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍