"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06 [ Bertemu Lelaki itu lagi ]
"Sayang? Memangnya siapa sih teman yang kamu ajak makan malam?"
"Ada deh nanti kamu juga akan tau, yang pasti dia sahabat baruku,"ujar Nadia membalas.
"Sahabat baru? Jadi kamu baru mengenalnya?"tanya Kennan, Nadia memberikan anggukan.
"Sudahlah kalian tidak perlu cemas dan khawatir dia itu baik, bahkan aku menjadikannya sahabat juga karena dia sudah dengan baik hati mau menolong aku dari penjambret, untungnya penjambret itu sudah diurus di kepolisian."
"Tapi kamu tidak apa-apa kan?"
"Tenanglah aku baik-baik saja kok."
"Nyonya?" Salah seorang asisten rumah tangga mendekati mereka.
"Tamunya sudah datang,"
"Baik Baik saya akan keluar,"
*****
Sesosok gadis barusan saja keluar melangkahkan kaki dari dalam mobil, disana dia menghampiri keluarga salah satunya tiga anggota keluarga yang sudah dengan setia menyambut kedatangannya, kedatangan Anaya yang sedari tadi dinantikan oleh Nadia, terlihat wajah sumringah wanita itu sangat bahagia.
Namun Kennan sedari tadi menunggu kedatangan tamu saudaranya, setelah melihat dan berhadapan langsung seketika ia dibuat m4ti kutu, bahkan tak ada kedipan mata yang ia tunjukkan tak percaya jika gadis yang ia nantikan ialah gadis yang sama disaat malam itu.
"Tidak! Ini pasti mimpi? Mana mungkin?"batin Kennan tak percaya sesekali mengusap matanya berharap ini mimpi, namun ini nyata telah terjadi.
Tak hanya Kennan dikejutkan akan pertemuan ini, Anaya sendiri tak percaya jika ia kembali dipertemukan dengan Kennan, Lelaki yang baru kemaren menyewa layanannya.
"Sangat cantik dan seksi,"batin Reno dengan licik.
Lelaki yang kini menjadi Suami dari Nadia itu sesekali mengambil kesempatan memandang puas dari ujung kaki sampai kepala kemolekan akan tubuh Anaya, sesekali pula tatapan mesumnya ikut mendukung seperti apa sifat lelaki yang terkenal mata keranjang.
"Anaya ... akhirnya kamu datang, duduklah." Nadia mempersilahkan, Anaya hanya tersenyum.
"Siapa nama kamu?"tanya Reno dengan langsung.
"Namaku ... Anaya,"
"Dia benar-benar sangat cantik kamu tidak salah mencari teman, Yang,"puji Reno yang terang-terangan memberikan pujiannya pada Wanita lain tepat dihadapan sang Istri.
Mendengar pujiannya Kennan seketika mengepalkan tangannya tak terima atas perilaku buruk dan harga diri sang Adik yang sungguh tidak dihargai suaminya sendiri, sedangkan Anaya yang mendapatkan pujian itu ia terlihat tak menunjukkan akan reaksi.
"Ini benar-benar tidak masuk akal! Bisa-bisanya ia memuji kecantikan Wanita lain tepat dihadapan Istrinya sendiri, ini sungguh gila!"batin Anaya menggerutu dan mengumpat dalam hati.
"Apa sebenarnya rencana Gadis ini? Dia datang kesini bukan bermaksud untuk menipu kan?"batinnya yang sesekali mencuri pandang Anaya, tanpa disengaja Nadia memergoki dan sesekali tersenyum.
"Nay ...kenalin Lelaki yang berkemeja merah ini Suamiku dan Lelaki berkemeja merah ini Abang aku, mereka orang-orang yang sangat aku sayangi dan hanya mereka yang aku miliki didunia ini, pokoknya aku sangat beruntung memiliki mereka dan disayangi oleh mereka, pokoknya aku sangat bahagia."
"Aku tau kok, dari penjelasan kamu sudahlah terlihat jika kamu memang disayangi oleh mereka, kamu beruntung ada Suami dan Abang kamu yang menomorsatukan kamu."
"Lalu gimana dengan kamu?"
"Hidupku tidak seberuntung kamu, aku hanya memiliki seorang Putri, sedangkan orang tua mereka sudah pergi,"
"Maaf! Aku tidak bermaksud membuatmu teringat masa lalumu,"
"Tidak apa-apa kok,"
"Jadi kamu sudah memiliki Putri? Umur berapa?"
"Dia sudah berumur tiga tahun, dia sangat cantik dan mengemaskan,"
"Itu jelas, Mamanya aja secantik ini jelas pasti Putrinya akan lebih cantik kan?"goda Nadia, Anaya hanya tersenyum.
"Terus suami kamu?"timpal Kennan ikut menyambar obrolan mereka.
"Suami?"ucap Anaya bingung mau mengatakan apa.
"Kenapa?"tanya Nadia.
"Soal Suami janganlah dibahas! Dia laki-laki pengecut! Mata keranjang yang tidak pantas untuk dibahas!"
"Jadi kamu sudah bercerai?" Anaya memberikan anggukan.
"Maaf! Lagi-lagi aku sudah membuatmu bersedih, benar! Laki-laki seperti itu tidak pantas untuk dipertahankan, aku mendukungmu."
"Lucu! Tinggal bilang Anak tidak jelas siapa ayahnya saja repot!"batin Kennan yang meledek.
"Sekarang kamu tinggal dimana? Tapi ngomong-ngomong bisa kan lain waktu nanti kamu mengenalkan Putri kamu kepada kita?"
"Tenanglah nanti aku pasti akan mengenalkan pada kalian,"
"Aku jadi pengen punya anak, seandainya saja aku tidak mandul pasti sekarang aku sudah memiliki anak,"
"Kamu jangan bicara seperti itu, takdir sudah Tuhan yang mengatur mulai dari jodoh dan rejekinya, jadi kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri,"
"Seandainya kamu tau aku sebenarnya tidak pernah mandul! Reno sendiri juga tidak! Tapi aku malu jika harus berterus-terang Suamiku lah yang memaksaku untuk memakai KB dan sangat melarang jika kita memiliki anak biarpun kita sudah menikah hampir 4 tahun lamanya, baginya anak hanya jadi beban, tapi tidak untuk hubungan intim."
Nadia membatin yang kini berganti hatinya terasa pilu, wajahnya nampak berkerut, ia terlihat sedih, tidak bisa dibayangkan pula berumah tangga sudah bertahun-tahun lamanya yang ia nantikan hanyalah sosok hadirnya bayi mungil dalam rahimnya, tapi ada penentangan keras yang suaminya sendiri lakukan hingga ia sendiri tak bisa berbuat banyak.
Tak bisa dibohongi sebagai sesama Wanita Anaya melihat dan bisa menebak gelagat Nadia jika Wanita itu sedang bersedih seusai membahas anak, tapi tidak untuk Suaminya sendiri sedari tadi ia hanya fokus sesekali curi pandang Anaya, Kennan yang juga memperhatikannya ia pun menyadarinya.
"Kadang aku heran? Apa yang membuat Nadia sangat takut untuk melepaskan laki-laki bajingan seperti Reno! Dibilang tampan pun tidak! Namun, tak bisa dibohongi soal kekayaaan ia cukup hampir seimbang dengan kekayaan yang aku miliki! Tapi itu tak mempengaruhi kecurigaanku jika benar ada sesuatu yang ditakutinya. Apakah mungkin Reno memberikan ancaman sehingga Nadia hanya bisa jadi bonekanya?"
Tatapan tajam tak henti-hentinya Kennan alihkan pada Reno, sesekali Anaya melirik Kennan untuk pertama kalinya ia memergoki bahkan menduga jika keduanya aslinya tidaklah akur.
Kling
Bunyi pesan masuk pada kontak Anaya.
[ Cepat datanglah kesini jika tidak ingin sesuatu buruk akan terjadi pada Putrimu ]
"Nina." Anaya terlihat gelagatnya aneh, kini ia pula berkeringat dingin, wajahnya pula memerah dan diselimuti aura kecemasan.
"Nay? Kenapa? Nina? Apakah itu nama Putri kamu?"
"Maaf, aku ingat ada sesuatu yang harus aku urus! Tidak apa-apa kan kalau aku pulang duluan?"
"Kenapa tiba-tiba mendadak? Putrimu baik-baik saja kan?"
"Iya! Putriku baik-baik saja dia tidak kenapa-kenapa aku pamit ya, sekali lagi terima kasih banyak atas makan malamnya lain waktu aku akan berkunjung kembali, sekarang aku harus pergi."
Bagai diselimuti rasa takut yang tak bisa ditoleransi lagi Anaya membuktikan jika dirinya memang sedang tidak baik-baik saja, gelagat yang tanpa sengaja ditunjukkannya itupun membuat kecurigaan semakin terang ada Nadia.
"Aku harus mengikuti Anaya,"
"Untuk apa?"
"Aku merasa ada sesuatu yang terjadi aku harus pergi."
"Tunggu! Kakak ikut,"
"Yang aku ijin pergi sebentar,"
"Baiklah."
BERSAMBUNG
lanjut 🙏