NovelToon NovelToon
Dicintai Ipar Sendiri

Dicintai Ipar Sendiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cerai / Selingkuh / Janda / Cinta Terlarang / Berondong
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Video Pertama

“Ya, kau benar,” Rezi mengakui. “Tapi perasaanku ini tidak bisa dikendalikan, Keyla. Aku sudah membayar harganya. Aku sudah kehilangan Zehra. Setidaknya, biarkan aku melakukan sesuatu yang membuatku merasa tidak sepenuhnya menjijikkan. Biarkan aku berbuat baik padamu, dari jauh. Aku janji, aku tidak akan pernah menghubungimu secara langsung lagi. Aku akan kembali ke mode anonim.”

Keyla terdiam lama. Ia bisa merasakan kejujuran di balik kata-kata Rezi. Itu bukan kejujuran seorang pria yang sedang merayu, melainkan kejujuran seorang pria yang sedang berjuang melawan perasaannya sendiri. Namun, kejujuran itu sama berbahayanya.

“Aku minta kau peduli pada dirimu sendiri, Rezi. Peduli pada Zehra saja. Itu sudah cukup. Jangan pedulikan aku,” kata Keyla, mencoba memasang tembok yang tinggi.

“Itu tidak mungkin, Keyla,” Rezi menjawab dengan nada yang begitu lembut, hingga meluluhkan pertahanan Keyla. “Aku sudah kehilangan segalanya. Tapi aku tidak bisa kehilangan kesempatan untuk melihatmu baik-baik saja, bahkan dari jauh. Kumohon. Anggap saja ini terapi pribadiku.”

“Terapi?” Keyla tertawa sinis, air mata mulai mengalir di pipinya. “Terapi dengan mengorbankan perasaan adikku? Kau jahat, Rezi.”

"Aku tahu aku jahat,” Rezi mengiyakan, tidak membantah sedikit pun. “Tapi aku tidak bisa menghentikan perasaanku. Dan aku tidak akan menghentikan dukungan diam-diamku, sampai aku yakin kau benar-benar berdiri tegak lagi.”

“Aku akan berdiri tegak tanpa bantuanmu!”

“Mungkin,” Rezi membalas. “Tapi aku tidak mau mengambil risiko itu. Jika keberadaanku sebagai bayangan membuatmu lebih mudah melewati masa berkabungmu, maka aku akan tetap menjadi bayangan itu.”

Keyla kehabisan kata-kata. Ia tahu Rezi tidak akan mundur. Pria itu keras kepala, dan ketika ia sudah memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya—bahkan ia sendiri.

“Baiklah,” Keyla menyerah, suaranya parau. “Lakukan apa pun yang kau mau. Tapi jika aku tahu kau mencoba mendekatiku secara fisik, atau jika kau mencoba memanfaatkan momen ini, aku bersumpah Rezi, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Aku akan memberitahu Zehra semua yang kau lakukan. Kau mengerti?”

“Aku mengerti, Keyla,” Rezi menjawab dengan lega yang mendalam. “Aku tidak akan melanggar garis batasmu lagi. Aku janji. Tapi… terima kasih sudah menghubungiku. Dan tolong, makanlah makan malam yang kukirimkan hari ini.”

Keyla menutup telepon tanpa mengucapkan selamat tinggal. Ia menjatuhkan diri di kursi, kelelahan. Ia telah memenangkan pertarungan kata-kata, berhasil memperjelas garis batasnya. Namun, ia juga telah memberikan izin yang tidak terucap kepada Rezi untuk tetap berada di orbitnya, sebagai bayangan yang peduli.

Keyla menatap Forget-Me-Not itu. Bunga kecil itu, kini terasa seperti janji yang menakutkan, janji dari Rezi bahwa ia tidak akan pernah melupakannya, dan tidak akan pernah meninggalkannya, bahkan ketika ia sedang mencoba bangkit dari duka yang merenggut segalanya.

****

Setelah menutup telepon, Rezi bersandar di kursinya, air mata jatuh di pipinya. Itu adalah air mata lega bercampur rasa sakit. Penolakan Keyla terasa seperti cambukan, namun fakta bahwa Keyla mau berbicara dengannya, mau menetapkan batas, adalah sebuah kemajuan. Keyla belum sepenuhnya memutus ikatan.

“Aku harus menjaganya,” Rezi berbisik pada dirinya sendiri.

Keesokan harinya, Rezi mulai memetakan strateginya. Ia sudah kehilangan Zehra, dan pernikahannya akan segera berakhir di mata hukum. Cinta terlarangnya pada Keyla kini telah menjadi satu-satunya fokus hidupnya. Ia tahu ia tidak bisa terburu-buru. Keyla sedang berduka, dan itu adalah masa yang sakral.

Rezi memanggil bodyguard pribadinya. “Aku ingin kau menjaga rumah Keyla. Dari kejauhan. Pastikan ia aman. Jangan mendekat, jangan biarkan ia tahu kau ada. Laporkan saja padaku jika ada hal mencurigakan. Jangan pernah menyebut namaku.”

Ia juga menelepon pengacaranya untuk memastikan proses perceraian dengan Zehra berjalan sangat lancar, secepat mungkin. Ia ingin Zehra bahagia, ia ingin Zehra sembuh. Tapi ia tahu, satu-satunya cara ia bisa menebus kesalahannya adalah dengan memastikan Keyla, wanita yang ia cintai, juga selamat dari badai ini.

Rezi berdiri, menatap foto Ardito di mejanya. “Aku minta maaf, Dito. Aku benar-benar mencintainya. Dan aku akan menjaganya, meskipun ia membenciku saat ini.”

Malam itu, Rezi tidur di kantornya. Ia merasa sendirian, ditinggalkan oleh dunia, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada satu misi yang harus ia selesaikan: Menjaga Keyla, tanpa pamrih, tanpa tuntutan, sampai Keyla kembali tersenyum.

****

Dua minggu telah berlalu sejak Rezi dan Zehra berpisah, dan seminggu sejak percakapan telepon Keyla yang penuh amarah. Ketiadaan Rezi, ironisnya, terasa lebih nyata daripada kehadirannya yang sunyi. Keyla telah menarik dirinya ke dalam rumah, berkutat dengan duka, dengan kemarahan, dan dengan kesadaran bahwa ia kini sendirian—benar-benar sendirian, tanpa suami yang dicintai dan tanpa adik yang ia sakiti secara tidak sengaja.

Namun, dunia luar terus bergerak. Panggilan telepon dari Risa, sang manajer, semakin mendesak. Kontrak-kontrak besar dari jenama kosmetik menanti. Keyla Ayunda bukan hanya seorang janda; ia adalah sebuah brand dengan jutaan pengikut. Ia tidak bisa tinggal diam selamanya.

Pagi itu, Keyla berjalan ke studionya di lantai atas. Ruangan itu terasa asing. Peralatan kamera, cincin lampu (ring light), dan koleksi kosmetik yang tertata rapi seolah menertawakan kehancuran pribadinya. Ia duduk di kursi, menatap bayangannya di lensa kamera yang gelap.

Wajahnya masih terlihat lelah, garis kesedihan masih terukir di sudut matanya, tetapi ada tekad yang mulai mengeras di sana. Ia ingat kata-kata Rezi: “Aku tidak mau mengambil risiko itu.” Keyla membenci perhatian itu, tetapi ia mengakui bahwa dukungan anonim yang stabil—makanan, gaji manajer, kepastian finansial—telah memberikan dasar yang ia butuhkan untuk bangkit. Ia tidak akan membiarkan pengorbanan Rezi sia-sia.

“Aku akan berdiri tegak tanpa bantuanmu,” bisiknya pada pantulan dirinya. Kalimat itu kini menjadi mantra.

Dengan tangan gemetar, ia menyalakan lampu studio. Cahaya buatan yang terang benderang itu terasa kontras dengan kegelapan hatinya.

“Halo, semuanya. Selamat datang kembali di channel Keyla Ayunda,” ucap Keyla, suaranya terdengar kaku, seolah ia baru belajar bicara lagi. Ia memaksa senyum profesional yang telah ia latih bertahun-tahun. Senyum itu tidak mencapai matanya, tetapi cukuplah untuk kamera.

****

Video pertamanya setelah masa duka bukanlah ulasan yang ceria, melainkan tutorial riasan sederhana. Ia berbicara pelan, mendetail tentang krim wajah yang menenangkan dan concealer yang dapat menyembunyikan mata sembap. Di balik setiap kata tentang kecantikan, tersembunyi pesan pedih tentang kehidupan—tentang bagaimana menutupi luka dengan lapisan tipis, tentang bagaimana harus tetap terlihat kuat meski di dalamnya rapuh.

“Masa berkabungku sudah berakhir, girls,” ia menutup video dengan nada yang lebih tegas. “Aku tahu hidup harus terus berjalan. Dan aku akan kembali. Terima kasih atas dukungan dan pengertian kalian.”

1
partini
baca sinopsisnya agak" gimana gitu penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!