Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 : Meminta Izin Keluar
Di rumah Miller kini sangat ramai dengan anak-anak, ada ketiga anak Sean yang kini sudah berusia 1 tahun, lalu Gaby anaknya Laura, serta Zeno yang saat ini berusia 2 bulan. Mereka sekarang berkumpul di mansion Miller karena para suami mereka memiliki bisnis besar yang harus diurus bersama.
"Son, kita keluar yuk, aku lagi pengen nyari jajanan di luar," ajak Laura pada Sonia.
"Kamu pengen nyari apa, Laura?" tanya Angel yang sedang menggendong bayinya.
"Nggak tau juga sih Ngel, pengen jajan aja."
"Aku kek bawa Laura, emang harus Sonia ya," protes Seyyal yang juga ingin diajak.
"Kalo untuk urusan jajanan, enaknya emang pergi sama Sonia, selain nafsu makanku nambah ngeliat dia, aku juga nggak bingung harus beli apa, karna kami satu selera kalo urusan makanan," ujar Laura dengan semangat yang membuat Sonia tertawa.
"Bisa aja kamu, kapan kita pergi?" tanya Sonia.
"Sekarang yuk, mumpung anak-anak lagi pada tidur siang sama Fian, bisalah kita keluar sebentar." Sonia tampak berpikir, dia ingat dengan pesan suaminya, tidak boleh keluar tanpa Sean.
"Tapi kalo aku keluar, nanti Sean marah." Sonia takut jika nanti mood Sean malah berubah.
"Kamu telfon aja dia, atau aku yang minta izin?" Sonia mengangguk dengan saran dari Laura.
"Oke deh, biar aku aja yang telfon dia." Sonia menghubungi Sean, karena sekarang adalah jam istirahat jadi pasti Sean akan cepat merespon panggilannya.
"Assalamu'alaikum, ada apa sayang?" tanya Sean di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam, sayang, aku boleh keluar nggak?"
"Keluar? Mau ke mana?"
"Mau nyari jajanan sama Laura sebentar."
"Emang di rumah nggak ada makanan?"
"Ada, tapi Laura pengen keluar."
"Terus anak-anak gimana?"
"Anak-anak lagi anteng sama Fian, Zoya dan Gaby lagi tidur siang sama ibu."
"Kalo nunggu aku pulang aja gimana? Biar aku yang nganterin kalian keluar." Sonia menatap Laura saat mendengar jawaban dari Sean, Laura malah merungut dan merebut ponsel itu dari Sonia, panggilan itu sengaja di loudspeaker oleh Sonia agar bisa didengar semuanya.
"Sean, please izinin Sonia untuk keluar sama aku ya, aku pengen banget beli jajanan sama dia." Terdengar Sean menarik nafasnya dengan berat, selama di Jakarta, memang Laura selalu minta ditemani oleh Sonia jika ingin mencari jajanan.
"Oke tapi jangan lama, nanti anak kalian malah jadi monster karna ditinggal ibu mereka." Laura dan yang ada di sana tertawa mendengar perkataan Sean.
"Oke siap, makasih ya." Sean hanya berdehem. "Istriku mana?" tanya Sean lagi, Sonia mengambil ponselnya dan mematikan speaker panggilan tersebut.
"Nanti di luar jangan lama ya, kasian anak-anak ditinggal dan jangan dandan cantik-cantik, pake aja itu piyama tidur kamu kalo keluar tanpa aku. Gak usah mandi juga, ngapain cantik-cantik cuma buat nyari jajanan doang." Sonia tersenyum mendengar perkataan suaminya itu, selama ini dia tidak pernah terusik dengan sikap posesif Sean.
"Iya iya, aku keluar nggak dandan kok, aku juga belum mandi dari tadi pagi, ini masih pake piyama tidur. Kamu tenang aja."
"Iyalah nggak mandi, orang kita nggak ngapa-ngapain semalam, enteng banget lagi ninggalin aku tidur."
Sonia tertawa mengingat dia tidur lebih dulu semalam. “Semalam aku ngantuk banget, ya mana aku tau kalau kamu lagi mau," kelah Sonia, selama ini Sean tak pernah merasa bosan dengan kecantikan istrinya itu, bahkan tubuh Sonia menjadi candu bagi Sean. Tak ada hal yang bisa memuaskan dirinya selain berhubungan dengan Sonia.
"Nanti malam jangan tidur cepat lagi."
"Oke oke."
"Kalo mau pergi nanti hati-hati ya."
"Iya sayang, makasih ya." Setelah panggilan terputus, Sonia langsung mengajak Laura untuk pergi mencari jajanan, kandungan Seyyal yang sudah memasuki bulan kelima membuat nafsu makannya bertambah.
Dia menitipkan banyak jajanan pada Sonia dan Laura begitu pula dengan Angel yang saat ini dalam fase menyusui. Sonia dan Laura hanya pergi menggunakan piyama tidur mereka, mereka berdua sama-sama belum mandi tapi hal itu tidak membuat mereka terlihat buruk malah kecantikan mereka terpancar secara alami.
...***...
Setelah menenteng berbagai macam makanan, Laura dan Sonia jadi bingung harus membeli apalagi sebelum pulang.
"Udah cukup kayaknya, nanti kalo ada yang pengen lagi tinggal keluar," ujar Sonia yang melihat begitu banyak makanan di dalam mobil.
"Iya juga, aku ke toilet bentar ya Son, kebelet." Sonia mengangguk, dia menunggu Laura di dalam mobil.
Sonia sedang asyik berkutat dengan ponselnya, tanpa dia sadari, ada sepasang mata yang tengah memperhatikan dirinya dari kejauhan.
Mata tajam bak elang itu tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Sonia, dia dengan perlahan berjalan menuju mobil Sonia dengan pandangan yang masih fokus pada wajah cantik itu, tanpa dia sadari, banyak kendaraan berlalu lalang di jalan.
Bbrraakkkk!!
Pria bermata elang itu terpental tak jauh dari mobil yang menabraknya, dia mengumpat dengan kesal karena tertabrak hingga membuat bahunya sakit. Sonia kaget mendengar suara tabrakan tersebut, dengan cepat dia keluar dari mobil untuk melihat apa yang terjadi.
Kepala pria itu mengeluarkan darah, bahunya juga sakit, Sonia mendekati pria tersebut untuk menanyakan keadaanya.
"Lebih baik anda ke rumah sakit Tuan, kalau dibiarkan begini, bisa-bisa lukamu semakin parah," ucap Sonia pada pria itu, posisi yang begitu dekat dengan Sonia membuat kedua mata mereka saling beradu pandang.
"Tuan Matteo, anda baik-baik saja?" Matteo, pria yang sedari tadi menatap Sonia.
Hasbi— orang kepercayaan Matteo langsung menghampiri bosnya itu.
"Aku baik-baik saja," jawab Matteo tanpa mengalihkan pandangannya dari Sonia.
"Cepat bawa dia ke rumah sakit, baik-baik apanya kalau begini, sekuat apapun kamu, kalau darah di kepalamu itu tidak berhenti juga, kamu bisa mati konyol di jalanan ini," tutur Sonia dengan wajah panik, Matteo tersenyum untuk kedua kalinya pada seorang wanita setelah istrinya— Gina.
Hasbi membawa pandangannya ke arah Sonia dan matanya membulat sempurna.
"Nyonya Gina?" gumam Hasbi saat melihat Sonia.
Matteo melirik Hasbi sambil tersenyum, dia merasa bukan hanya dirinya yang mengira kalau Sonia begitu mirip dengan Gina. Matteo tertatih berjalan mendekati Sonia lalu memeluk Sonia dengan erat, dia menumpahkan segala kerinduannya selama ini pada Gina melalui Sonia.
"Aku merindukanmu sayang, aku sangat merindukanmu, aku yakin kalau kau pasti akan kembali padaku." Suara Matteo terdengar berat, wajah Matteo yang dia sembunyikan di ceruk leher Sonia membuat leher putih Sonia basah oleh air mata Sonia dan leher itu juga terkena darah dari kepala Matteo.
"Anda salah orang, Tuan," sanggah Sonia sambil berusaha melepaskan pelukan Matteo dari dirinya.
...🌼Bersambung🌼...