Lolly Zhang, seorang dokter muda, menikah dengan Chris Zhao karena desakan keluarga demi urusan bisnis. Di balik sikap dingin, Chris sebenarnya berusaha melindungi istrinya. Namun gosip perselingkuhan, jarak, dan keheningan membuat Lolly merasa diabaikan.
Tak pernah diterima keluarga suaminya dan terus disakiti keluarganya sendiri, Lolly akhirnya nekat mengakhiri pernikahan tanpa hati itu.
Akankah cinta mereka bersemi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
“Bukankah hubungan keluarga mereka sangat baik?” tanya Chris, namun tajam. “Informasi yang kudengar selama ini, keluarga Zhang sangat menyayangi putri tunggal mereka. Karena Lolly Zhang adalah satu-satunya anak gadis mereka, bukan?”
“Itu benar, Direktur. Tapi... sepertinya hubungan mereka tidak seharmonis yang terlihat," jawab Marco.
Chris menoleh, tatapannya tajam seperti sedang menembus jawaban yang belum diucapkan.
“Jelaskan,” perintahnya singkat.
“Suster di rumah sakit mendengar pertengkaran hebat antara Nyonya muda dan keluarganya,” ujar Marco hati-hati. “Mereka menyebut soal kematian putra pertama keluarga Zhang. Katanya, kematian itu akibat kecelakaan... dan pelakunya adalah Nyonya muda.”
“Kecelakaan... aku pernah mendengar kabar itu. Tapi tidak pernah kubayangkan... ada hubungannya dengan Lolly. Lagi pula kejadian sudah begitu lama. Usia Lolly baru saja enam atau tujuh tahun di saat itu," kata Chris.
“Selidiki semuanya,” katanya akhirnya, suaranya dalam dan berwibawa. “Cari tahu kebenarannya — siapa yang sebenarnya menjadi korban, dan apa yang terjadi saat itu. Sepertinya... ada banyak hal tentang istriku yang belum kuketahui.”
Marco mengangguk pelan. “Baik, Direktur. Saya akan menelusurinya.”
"Bukannya akan segera bercerai, kenapa malah ingin tahu masa lalu nyonya muda," batin Marco.
Lift berhenti di lantai paling atas. Suasana koridor terasa sunyi, hanya suara langkah Chris Zhao dan Marco yang terdengar teratur di lantai marmer.
“Mengenai perceraian,” ucap Chris tanpa menoleh, suaranya datar tapi mengandung tekanan, “berapa yang dia minta?”
“Tanpa pembagian harta. Nyonya muda hanya ingin prosesnya segera diselesaikan.”
Langkah Chris melambat. Ekspresinya tetap dingin, matanya menyipit
“Tanpa pembagian?” gumamnya pelan, seolah tidak percaya. “Keluarga Zhang menikahkan putri mereka demi uang. Sekarang malah tidak meminta sepeser pun? Hubungi Pengacara Yang. Katakan padanya, pembagian harta tetap akan dilakukan.”
Marco mengerutkan kening. “Tapi, Direktur... bukankah dalam perjanjian awal, jika kedua pihak mengakhiri ikatan, maka tidak ada pembagian harta apa pun?”
Chris menatap lurus ke depan, wajahnya nyaris tanpa emosi.
“Bagaimanapun juga, kami sudah menjadi suami istri selama tiga tahun. Dia telah menjalankan perannya dengan baik,” ujarnya pelan, tapi tegas. “Sebagai seorang suami, aku tidak seharusnya perhitungan dengan istri sendiri!"
Marco terdiam, sedikit terkejut dengan kalimat itu. Ia tahu, bagi pria seperti Chris, mengakui sesuatu seperti itu sudah termasuk langka.
Chris berhenti di depan ruang kerjanya yang luas. Tangannya hendak menyentuh gagang pintu ketika suara Marco terdengar lagi.
“Direktur... selama Anda tidak ada, ada seseorang yang misterius... sering mengirim bunga ke rumah sakit untuk Nyonya muda.”
Tatapan Chris langsung tajam. “Siapa orangnya?”
“Belum diketahui, Direktur. Tapi sepertinya bukan pasien.”
Chris mendengus pelan, nada dingin kembali terdengar. “Cari tahu. Begitu tahu siapa dia—kirim orang itu ke tambang. Biarkan dia bekerja di sana sampai lupa nama siapa pun yang pernah dikiriminya bunga.”
Marco hanya bisa mengangguk cepat. “Baik, Direktur.”
Chris masuk ke ruangannya tanpa menoleh lagi, tapi Marco masih berdiri di luar, menatap pintu itu dengan tatapan penuh arti.
Ia tersenyum tipis.
“Direktur,” panggil Marco pelan, menyusul langkah atasannya yang mulai menjauh. “Kartu kredit yang Anda berikan pada Nyonya muda… tidak pernah digunakan sama sekali.”
“Tidak digunakan?” suaranya datar, tapi mengandung keheranan. “Lalu selama ini… bagaimana dia mencukupi kebutuhannya?” tanya Chris.
Marco menunduk sedikit. “Nyonya muda bekerja keras, . Ia membiayai hidupnya sendiri. Bahkan… semua biaya rumah sakit ibunya, pendidikan kakaknya, sampai hutang judi Dicky Zhang — semuanya dibayar oleh Nyonya muda.”
Dahi Chris mengerut pelan. “Hutang judi?”
“Ya," lanjut Marco hati-hati. “Lima tahun terakhir, Nyonya melunasi hutang kakak keduanya. Ia bahkan harus mengambil lembur hampir setiap malam untuk menutupi cicilan.”
Chris terdiam beberapa detik. Urat di rahangnya menegang.
“Untuk apa dia harus bersikap keras kepala ?” gumamnya dingin. “Aku sudah memberikan kebebasan, dia bisa menggunakan uangku sesuka hatinya.”
Marco menatapnya sekilas lewat pantulan kaca, “Mungkin karena Nyonya muda tidak ingin bergantung pada siapa pun. Apalagi setelah sering disalahkan keluarganya.”
Tatapan Chris sedikit berubah. “Disalahkan?”
“Ya,” jawab Marco, lebih pelan kali ini. “Pernah suatu kali Dicky Zhang terlibat perkelahian di klub malam. Nyonya muda datang untuk menjemput dan melindunginya. Tapi setelah itu, keluarganya justru menyalahkannya karena gagal menjaga Dicky hingga ia terluka.”
Chris mengepalkan tangannya di sisi tubuh. Udara di sekitarnya terasa menegang.
“Dia… bahkan mendatangi klub malam hanya demi menolong kakaknya?” ucap Chris nyaris berbisik.
“Sudah banyak pengorbanan Nyonya selama ini untuk keluarganya. Setelah menikah dengan Anda, dia tak pernah kembali ke rumah orang tuanya. Bisa jadi hubungan mereka memang tidak akur, berbeda dengan gosip yang selama ini beredar,” ujar Marco dengan nada hati-hati.
Tiba-tiba ponsel Marco berdering. Ia segera menatap layar, lalu mengangkatnya.
“Halo,” sahut Marco cepat.
“Apakah ini dengan Tuan Zhao? Nona Liu… Nona Liu mengalami kecelakaan. Saat ini dia sedang dibawa ke rumah sakit!” suara seorang wanita di seberang terdengar panik.
Marco langsung menegakkan tubuhnya. “Baik, saya mengerti,” jawabnya sebelum menutup sambungan.
“Direktur…” ucap Marco, menatap Chris yang kini memalingkan wajah.
“Ada apa?” suara Chris dalam dan tenang.
“Nona Liu mengalami kecelakaan. Sekarang dia berada di rumah sakit tempat Nyonya muda bekerja. Dan kebetulan… dokter yang menangani ruang operasi itu adalah Nyonya sendiri,” ujar Marco dengan ragu.
“Bagaimana kalau Nyonya muda tahu tentang hubungan Anda dan Nona Liu?” tanya Marco dengan nada cemas.
***
Sementara itu, di ruang operasi rumah sakit pusat Beijing.
Udara dingin bercampur bau antiseptik. Lampu operasi menyorot tajam ke arah tubuh seorang wanita muda yang berlumuran darah di kepala—seorang artis ternama, Nana Liu, yang kini menjadi pusat gosip dan… mantan kekasih Chris Zhao.
“Tekanan darahnya turun!” seru salah satu perawat.
“Tambahkan oksigen, jaga tekanan tetap stabil,” perintah Lolly dengan suara tegas namun tenang.
Tangannya bergerak cepat, menghentikan pendarahan di sisi pelipis kiri pasien, sementara keringat dingin menetes di pelipisnya.
Beberapa jam berlalu, akhirnya Lolly menghela napas panjang.
“Lukanya sudah tertangani. Pindahkan ke ruang pemulihan,” ujarnya, melepaskan sarung tangan operasi.
Para suster di ruangan itu saling berpandangan lega.
“Nana Liu masih muda… untung saja dia kuat. Kalau sampai meninggal, rumah sakit kita pasti jadi sasaran kemarahan Chris Zhao. Katanya, dia wanita kesayangan Tuan Zhao,” bisik salah satu suster dengan nada khawatir.
Lolly menatap pasien di meja operasi itu, wajahnya tanpa ekspresi, tapi dalam hatinya badai bergemuruh.
“Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Untung cepat dibawa ke sini,” ucapnya datar, kemudian berjalan keluar ruang operasi.
Namun langkahnya terasa berat.
Ia tahu nama itu. Ia tahu wajah itu.
Dan sekarang, wanita yang dulu pernah mengisi hati suaminya—wanita yang mungkin masih Chris cintai—justru diselamatkan oleh tangannya sendiri.
Koridor rumah sakit sunyi. Lolly keluar dari ruang operasi dengan seragam biru muda, perban putih masih menempel di dahinya.
Chris berdiri di ujung lorong, menatap tanpa suara. Tatapan mereka bertemu sesaat—dingin dan hening.
saya sudah vote
😄😄