NovelToon NovelToon
Misteri Ikat Rambut Berdarah

Misteri Ikat Rambut Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Horror Thriller-Horror / Cinta Beda Dunia / Hantu / Si Mujur / Tumbal
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Niat hati Parto pergi ke kampung untuk menagih hutang pada kawannya, justru mempertemukan dia dengan arwah Jumini, mantan cinta pertamanya.

Berbagai kejadian aneh dan tak masuk akal terus dialaminya selama menginap di kampung itu.

"Ja-jadi, kamu beneran Jumini? Jumini yang dulu ...." Parto membungkam mulutnya, antara percaya dan tak percaya, ia masih berusaha menjaga kewarasannya.

"Iya, dulu kamu sangat mencintaiku, tapi kenapa kamu pergi ke kota tanpa pamit, Mas!" tangis Jumini pun pecah.

"Dan sekarang kita bertemu saat aku sudah menjadi hantu! Dunia ini sungguh tak adil! Pokoknya nggak mau tahu, kamu harus mencari siapa yang tega melakukan ini padaku, Mas! Kalau tidak, aku yang akan menghantui seumur hidupmu!" ujar Jumini berapi-api. Sungguh sekujur roh itu mengeluarkan nyala api, membuat Parto semakin ketakutan.

Benarkah Jumini sudah mati? Lalu siapakah yang tega membunuh janda beranak satu itu? simak kisah kompleks Parto-Jumini ya.
"Semoga Semua Berbahagia"🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suara Asing yang Terus Memanggil

Jantungnya kembali terpacu, napasnya memberat karena terkejut. Mata dan hidungnya pun mulai terasa panas.

“Ada apa ini sebenarnya!” pikir Parto panik. Bola matanya bergerak gusar, saat ia merasakan perubahan hawa yang tak biasa di ruangan itu.

Badannya terasa berat dan kaku. Ada sesuatu yang bergerak mendekat dengan tekanan. Parto waspada dengan mata terbelalak, tetap mengawasi ruangan itu. Tak ada apapun yang bisa dilihatnya, namun sesuatu itu terus terasa mendesak dan menekan seluruh keberaniannya.

Set!

Wuz!

“Siapa itu?!” Parto menoleh cepat dan berseru. Dari sudut matanya, ia merasakan ada sesuatu yang melintas sangat cepat diikuti hembusan angin aneh.

“Mas!”

“Tolong!”

Parto semakin terkejut saat samar dan jauh ia mendengar teriakan seseorang memanggilnya dan meminta tolong.

“Ikat Rambutku!”

Kembali terdengar suara dengan intonasi yang sama, bahkan persis seperti apa yang didengarnya dalam mimpi.

“Katakan kamu siapa! Apa maumu!” teriak Parto. Suaranya tampak gemetar dan terengah-engah.

“Mas!”

Parto merasakan goncangan hebat, sekuat gempa bumi, ia merasakan ruangan itu bergetar, berputar lalu terbalik dengan cepat.

“Argk!” teriak Parto semakin ketakutan.

………..🫒

Bugh!

“Ada apa Mas?! Mas Parto! Sadar, Mas!”

Parto membuka mata perlahan, saat silau cahaya matahari menerpa wajahnya, ditambah seruan seseorang yang terdengar begitu khawatir seraya mengguncang dan memukul punggungnya.

Parto bangun dengan bingung mendapati dirinya tergeletak di atas pasir, tepat di bawah ayunan. Dan Lasmi sudah berjongkok berkacak pinggang di sampingnya dengan tatapan aneh.

“Dasar nggak bersyukur! Sudah bagus dipinjami kamar, malah tidur di tempat beginian!” celetuk kasar Lasmi.

Parto duduk lalu membersihkan pakaiannya dari pasir yang menempel, “Aku nggak ingat, tapi ….”

“Dasar orang aneh!” Lasmi meninggalkan Parto yang masih berdiri kebingungan.

Parto masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, namun ia mulai memikirkan kejanggalan demi kejanggalan yang dialaminya.

"Aku yakin aku tadi nggk tidur loh!" gumamnya lalu menggigit bibir bawahnya, menatap bangunan sekolah tua yang masih berdiri utuh di depannya, dengan pintu gerbang masih tertutup rapat. Padahal ia ingat tadi membukanya lebar-lebar.

“Aku rasa semua itu bukan kebetulan!” pekiknya lalu bangun.

Parto kembali merasakan merinding, dan tak mampu menahan kengerian itu, ia semakin mempercepat langkahnya menuju ke rumah pak Ngatnu.

“Semua berawal dari dalam bis itu, lalu para warga yang bersikap aneh, seakan menghindari ku, lalu mimpi itu, dan yang tadi itu makin bikin ngeri!” pikirnya saat sadar sepenuhnya bahwa ia mendengar suara yang sama.

.

.

.

Sementara itu di rumahnya, Pak Ngatnu tengah berdebat dengan sang istri.

“Nah, nggak mungkin orang udah enak di kota nyariin anak kita kalau bukan karena ada sesuatu yang lain. Dia pasti sudah mendengar kabar mengenai desa kita, Bu. Coba pikirkan apa kata warga nanti kalau aku membiarkan orang asing keluar masuk bebas di desa kita!” otot pak Ngatnu.

“Jadi sebelum aku tahu siapa sebenarnya mas Parto ini, kita harus menahannya agar tak meninggalkan desa ini, jangan-jangan dia intel!” imbuhnya.

“Memangnya kenapa kalau mas Parto itu polisi bukannya bagus bisa membantu menyelidiki hilangnya beberapa warga di desa ini, Pak?” sahut Lasmi setibanya di rumah lalu melempar tas sekolahnya di kursi.

“Kamu bocah cilik, diem aja, nggak usah ikut campur! Kalau bisa se-sederhana itu, sudah kulakukan dari dulu!” bentak pak Ngatnu. “Lagian yo mas-mu malah minggat ora bali-bali?”

“Yo aku nggak mau kalau dia tidur terus di kamarku, Pak!” protes Lasmi lagi tak mau mengalah.

“Lha terus mau suruh tidur di mana? Kita harus tahu dulu dia itu siapa, Lasmi. Kalau misal bukan intel tapi ternyata dia salah satu komplotan penculiknya pie?” dalih pak RT.

“Yo malah bahaya nyimpen penjahat di rumah toh, Pak!” eyel Lasmi tak mau kalah dengan bapaknya.

“Uwis-uwis Ojo padu! Kamu itu juga, katanya sekolah kok baru sejam udah pulang lagi!” lerai Bu Sumiyem yang sejak tadi masih terdiam berpikir. “Wes mau gimana lagi, suruh dia tinggal di ruko Walji aja, Pak.”

“Tapi, Bu?!” bantah pak Ngatnu masih tak rela.

“Kita bisa nilai dari sana, dia bohong apa nggak soal yang katanya Walji pinjem dia tiga puluh juta. Aku kok rada sangsi juga soal itu!”

.

.

Parto masih berjalan cepat menuju ke rumah Pak Ngatnu. Jantungnya masih berdegup kencang, suara jeritan panggilan aneh itu terus terngiang di kepalanya. Bahkan ia masih merinding setiap mengingat intonasi memekik dan menekan dari suara tak kasat mata itu.

“Aku ingat tadi aku tidak sedang tidur, aku bahkan ingat jelas aku masuk ke sekolah itu, tapi, ah! Bener-bener aneh!” Parto bergidik ngeri mengingat yang baru saja dialaminya.

Bruk!

“Huwaaa!”

Tepat di tikungan gang, Parto tak memperhatikan langkahnya, hingga ia menabrak seorang gadis kecil hingga si gadis kecil terjengkang dan jatuh terjengkang.

“Eh?!” Parto segera menghampiri bocah kecil itu setelah menyadari keteledorannya.

“Ibu! Huwaaa!” semakin keras tangis si gadis tetap pada posisinya.

Parto meraih tubuh mungil itu perlahan dan membantunya berdiri. “Maafkan Om, ya. Tadi nggak lihat kamu datang dari arah situ,” rayu Parto pelan seraya membersihkan pakaian anak itu dari dedaunan kering.

“Rumahmu dimana? Ayo Om gendong, terus Om antar.” Parto masih berusaha meredakan tangis si bocah. Namun justru membuatnya semakin keras menangis.

“Cup… cup … udah ya nangisnya, Om bisa sulap, mau lihat nggak?”

Mendengar rayuan Parto, bocah itu mulai sedikit lebih tenang. “Tapi janji ya, ini rahasia. Jangan bilang ke siapa-siapa kalau Om bisa main sulap. Oke?”

Tanpa diduga, bocah itu pun mengangguk setuju.

Parto bersimpuh, dengan kedua kaki, untuk menyamakan tingginya dengan sang gadis kecil, lalu memasukkan tangan kanannya ke saku celana. “Bantu Om bilang bimsalabim ya,”

Dan Parto menarik perlahan tangannya dari saku. “Taraaa!” Sebuah permen lolipop kesukaannya yang kebetulan belum ia buka, menjadi penolong ampuh.

Gadis kecil itu pun tersenyum senang, lalu meraih permen itu.

“Siapa namamu?” tanya Parto lembut masih dalam posisi bersimpuh untuk menyesuaikan tinggi mereka.

“Seli!” jawab singkat gadis itu.

“Dasar anak nakal! Ayo pulang!” Dari arah berlawanan muncul seorang nenek tergopoh menghampiri Seli dan Parto. “Terimakasih sudah menjaga cucu saya!”

Dengan terburu-buru nenek itu pun langsung menyambar tubuh Seli, lalu meninggalkan Parto yang kembali tertegun dengan sikap aneh nenek itu.

Deg!

Parto kembali teringat sesuatu. Saat ia memasukkan tangan untuk mengambil lolipop, tepatnya setelah ia dan Seli bersama-sama mengucapkan ‘bim salabim’, ada sesuatu lain yang tiba-tiba muncul di saku celananya.

Dengan tangan gemetar, Parto kembali merogoh kantong celananya, lalu menarik perlahan sesuatu yang muncul secara aneh di sana.

Bulu kuduknya kembali berdiri, merinding sekujur tubuhnya saat perlahan ia mengenali kain berwarna peach yang keluar dari kantongnya itu adalah …

“Pi-pita i-ini lagi?”

Mendadak lututnya terasa lemas, ia bahkan tak mampu berdiri dengan benar, apalagi berlari. Parto terjengkang karena gemetar seraya melempar sembarangan pita itu.

“Mas! Tolong selamatkan aku!”

“Si-siapa kamu? Kenapa menggangguku terus? Pergi!”

Parto mengedarkan pandangannya, namun yang ia dapati hanya beberapa gerombolan pohon bambu yang rimbun dengan deritnya yang saling bergesekan karena angin, ditambah desiran daunnya, cukup mengguncang keberanian Parto.

Suara itu tak terdengar lagi. Pita yang semula ia buang di jalan pun tak ada lagi.

‘Aneh!’

“Apa aku hanya berhalusinasi lagi?” gumam Parto mulai frustasi.

Ia bangkit melihat ke sekeliling. Dan hanya mendapati sepi dan lengang jalanan kampung. Parto mempercepat langkahnya menuju rumah pak Ngatnu.

“Dari mana saja, Mas? Kok baru sampe?” sambut pak Ngatnu dengan wajah keheranan.

“Udah, jangan panjang lebar, silahkan duduk sini, Mas. Ada yang harus kita bicarakan!” Dengan tegas Bu Sumiyem memotong pembicaraan dan segera duduk di ruang tamu itu.

Parto pun menurut, begitu juga dengan pak Ngatnu.

“Begini Mas, uang tiga puluh juta itu nggak sedikit, tapi kami nggak punya sebanyak itu untuk membantu Walji mengembalikannya pada Mas Parto. Tapi ada sepetak ruko kecil beserta isinya, saya rasa itu sementara cukup sebagai jaminan.” Sangat tegas Bu Sumiyem berbicara langsung pada intinya.

Parto terdiam, ia tak mengira akan ada hal seperti itu. Ia butuh waktu untuk berpikir.

“Saya dan istri saya tidak bisa menjalankan ruko itu, kami punya ladang dan sawah yang harus setiap hari kami garap. Kami tak tahu cara mengolah keuangan toko, jadi semenjak Walji minggat, kami membiarkan toko itu begitu saja.” Pak Ngatnu pun menguatkan ucapan sang istri.

“Jadi, bagaimana, Mas? Saya rasa melanjutkan toko sekalian menunggu Walji pulang, itu solusi. Nanti kalau memang ternyata Walji nggak bisa bayar hutang, ruko itu jadi milik sampeyan.”

“Benar, Mas. Untuk sekarang masih sebagai jaminan sampai nanti waktu Walji pulang, keputusannya setelah itu.”

Tawaran menarik sebenarnya. Tapi, Parto kembali ingat kejadian aneh yang dialaminya, membuat keberaniannya kembali ciut.

Tiba-tiba terdengar keributan di luar, tepatnya di depan poskamling. Pak Ngatnu pun segera keluar diikuti Bu Sumiyem dan juga Parto.

Beberapa warga berkumpul dengan raut wajah yang marah.

“Nah! Pak RT datang!” seru salah satu warga.

“Ada apa ini, Bapak-bapak dan Ibu-ibu?”

“Uang tabungan kami hilang lagi, Pak!”

“Padahal kemarin malam masih genap, uang di dompet saya raib!”

“Kita harus tangkep si pemelihara tuyul! Susah-susah cari duit, yang panen asal maen ngambil saja!”

“Jangan-jangan tamu asing Pak Ngatnu yang datang-datang bawa tuyul!”

Berbagai celotehan tiba-tiba tertuju pada Parto.

...****************...

Bersambung

1
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
aihhh... si parto napa lemot gitu? masa mau jd detektif lemot gitu, haduuhhh
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: maksudnya main detektif detektifan gitu... kam dia lagi nyelidiki kasus to /Grin/
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: kan memang dia bukan detektif mom, 🤣
total 2 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
apa mungkin si walji ya?
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: 🤐🤐🤐🤐🤐🤐
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
wah ada Parto nih 🤭
HK: Jadi pahlawan kesorean dia, Kak /Smile/
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
perundungan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa ini Sukijo 🤔
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: 🤐🤐🤐🤐🤐
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tadi mlh ku pikir si walji
total 2 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa itu Walji 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Lagian tuh toko kan pk duit kamu 🤭
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: kan pura-puranya nggak mau asal serobot kuasa, masih mikir temen, gitu kan ceritanya 🥴🥴
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kemana Lasmi tuh 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
terakhir
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅
ini yang begooo siapa lasmi diam di bully parto gak ngeuhh ya lagi pegang hape bisa buka email nya ya ampun parto lemot/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅: kayak author nya ya/Facepalm/
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: /Doge//Doge/
total 5 replies
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅
bikin penasaran saja siapa lagi ini orang/Shy/
Bulanbintang
mungkin maksudnya 'mengarahkan' ya, thor?
Yuli a
jadi pembullyan itu udah ada sejak jaman dulu ya...😂
Yuli a: /Joyful//Joyful/ biasanya didengkul, ini malah difantat... pantesan fantatnya pada anu.../Facepalm//Facepalm/
Ai Emy Ningrum: otak mreka letaknya di fantat 🤭🤭
total 26 replies
Yuli a
Jum kok punya adik...? ortu punya nggak sih..??
Yuli a: hah....???
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: annunya habis./Smug/
total 6 replies
Yuli a
wah.... kalau niat baik, emang selalu ada jalannya ya...
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: gw juga kudet mbak Yul, baru Nemu tontonan itu tahun lalu malahan. 🤣
Yuli a: oh, dulu masih kecil bngt nonton. dh pada lupa. ingatnya cuma kera sakti doang. itu pun karena sering dibikin film lagi...😂
total 7 replies
Yuli a
Pepet si Linda to, mungkin bnyk informasi yang kamu dapatkan
Yuli a: 😂😂😂 nggak dong... kasih jarak semeter...
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: huum, kalau Deket takut khilap🥴🤣
total 19 replies
Yuli a
jangan-jangan hantu muka rusak itu adalah Utari ya.... 🤔🤔
Yuli a: mungkin emang hasil dari menghalu....😂😂🏃🏃🏃🏃
Ai Emy Ningrum: cerita nya jg ngayal ,ngehalu 😙
total 10 replies
Yuli a
Weh... siapa ya nih orang... misterius banget.. bawa pistol pula...
Yuli a: pingin telur siapa...??? bebas...😂😂
Ai Emy Ningrum: lapar ya makan /Joyful//Joyful/
total 8 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!