Dicintai empat orang pria tampan dan kaya adalah keberuntungan seorang perempuan cantik bernama Tania.
Keempat pria berbeda profesi itu bersaing melakukan segala cara untuk merebut perhatian dan mendapatkan cinta Tania.
Persaingan cinta keempat pria itu semakin memanas, saat mereka mengetahui, Tania menyukai salah satu dari mereka.
Hingga suatu hari, Tania yang sudah didesak ibunya untuk segera menikah, buru-buru mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Yuk, baca gimana seru, romantis dan bucinnya para pria ini dalam mengejar cinta Tania.
Kira-kira, siapa yang Tania sukai ya?
Bosnya yang berstatus duda, atau brondong rekan kerjanya? atau Dokter cinta pertamanya ataukah sang mantan kekasih yang aktor terkenal?
Jangan lupa, tinggalkan jejak yang baik dengan like, komen, subscribe dan beri vote serta ⭐⭐⭐⭐⭐ jika kamu suka.
UPDATE KARYA TIAP HARI PUKUL 7.00 WIB dan PUKUL 19.00 WIB. Tetap stay disini, jangan kemana-mana okey 🤭 MAKASIH 😍 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 5
HATSYIIU...!
Tania sibuk mencari tisu yang lupa ia taruh dimana. Sedari tadi hidungnya bersin-bersin dan mengeluarkan ingus encer yang tidak berkesudahan. Sakit demam disertai flu yang baru saja dideritanya, sangat menganggu aktivitas Tania dalam bekerja.
"Kamu flu ya? Kenapa ngotot masuk kerja?" Pak Rudi tiba-tiba sudah berdiri dihadapan meja kerja Tania sembari menaruh tisu yang sedari tadi susah dicari keberadaannya diatas meja kerja Tania.
"Eng..., itu pak, saya, hatsyii...,!" Belum selesai bicara, Tania kembali bersin dihadapan pak Rudi yang bergerak refleks sedikit menjauh menghindar dari virus Tania yang bisa menular kapan saja.
Tania jadi cemas jika bersinnya itu membuat pimpinannya terkontaminasi. Jemarinya yang lentik buru-buru meraih lembaran tisu yang ditaruh pak Rudi diatas meja kerjanya dan mengusap hidungnya yang meler-meler dengan gumpalan tisu.
"Sakit mu parah, pulang dan istirahatlah! Biar Chiko yang menggantikan tugasmu sementara waktu." Titah pak Rudi pengertian.
Tania menggeleng cepat.
"Enggak pak, saya cuma flu biasa. Sebentar lagi pasti sembuh kok," Tania bersikeras untuk tetap bekerja.
"Terserah! asal kamu tanggung jawab kalau ada yang ketularan virus mu!" Nada dingin penuh tekanan yang dilontarkan pak Rudi membuat Tania tak berkutik.
"Baiklah, saya pulang. Maaf, kalau merepotkan bapak." Pamit Tania pasrah, tak sanggup membantah keinginan pimpinannya yang baik hati dan berwibawa itu.
Tania memakai tas selempangnya tak bersemangat berjalan gontai melewati meja kerja Chiko yang sedang sibuk menghadapi layar laptopnya. Bayangan Tania yang melintas, tertangkap oleh matanya yang jeli. Dia langsung melonjak bangkit dari duduknya melihat ekspresi Tania yang tak bergairah melewatinya begitu saja tanpa menengok sama sekali.
"Mau kemana?" Tubuh Chiko sudah berdiri didepan Tania seraya membentangkan kedua tangannya menghalangi langkah Tania.
Tania menatap Chiko sendu, tanpa semangat sama sekali. Wajahnya memerah dan kedua matanya berair mengundang kecurigaan dihati Chiko.
Hatsyiii...!
Lagi-lagi Tania bersin dan kali ini tepat didepan Chiko. Wajah Chiko yang ganteng, basah sudah terkena cairan bersin yang dilontarkan Tania lewat hidung dan mulutnya.
Apalah daya, Chiko terlambat untuk mengelak. Virus Tania kini sedang beradaptasi dengan dirinya yang punya imun rendah. Chiko hanya mampu pasrah menerima kenyataan, sembari mengusap wajahnya yang terkena bersin Tania dengan kedua telapak tangannya.
Pak Rudi yang melihat kejadian itu dari jauh hanya menepuk jidatnya pelan. Walau bagaimanapun dia berusaha keras menyelamatkan seluruh karyawannya dari virus Tania, tetap saja ada korban yang tak bisa menghindari. Salah satunya Chiko. Dia yang diharapkan bisa menggantikan Tania, justru dia juga yang lebih dulu kena virus.
"Ya ampun Chiko..., nyari penyakit saja bocah tengil." Pak Rudi meniup bulu hidungnya kesal.
"Chiko! Kamu juga, nggak boleh kerja sebelum berobat! Antar Tania berobat! Kamu juga sekalian! Minum vitamin!" Mau tak mau, walau hati tak rela, Pak Rudi terpaksa memerintahkan Chiko ikut libur kerja bersama Tania.
Maksud hatinya baik, menjadi penyelamat semua karyawannya dari penyakit. Sekalian, dia juga ingin kedua karyawan kepercayaannya itu sama-sama pergi berobat, biar bisa cepat sembuh dan bekerja seperti semula. Pak Rudi bakalan galau, jika mereka berdua sakit bersamaan. Satu saja yang sakit sudah repot, apalagi keduanya.
Chiko menyembunyikan senyum bahagia saat mendengar perintah pak Rudi yang tanpa pikir panjang menyuruhnya pergi bersama Tania. Hatinya melonjak girang karena bisa berduaan seharian dengan Tania walau arah tujuannya hanya sekedar pergi berobat ke klinik.
Tanpa berpamitan pada pak Rudi, Chiko bergegas memasukkan laptopnya ke ransel dan menyandang tas ransel miliknya di belakang punggung, mengejar Tania yang sudah duluan pergi keluar kantor tanpa menunggunya.
Pak Rudi yang melihat sikap sesuka hati Chiko dari kejauhan, hanya geleng-geleng kepala bersabar diri. Dipecat salah, nggak dipecat juga salah. Posisi Pak rudi jadi serba salah dihadapan Chiko yang punya kelakuan super aneh dan unik.
Biarpun ngeyel dan suka bikin ulah, Chiko punya otak brilian membuat desain interior yang seringkali menuai pujian dari para pemakai jasa interior perusahaan mereka.
"Kenapa bisa flu?" tanya Chiko disaat mereka berdua telah berada diatas sepeda motor matic milik Chiko.
"Mungkin aku masuk angin, Hatsyiii...!" Jawab Tania kembali bersin-bersin dibelakang Chiko.
Chiko sejenak terdiam.
"Pasti gara-gara kemarin pulang naik motor." Renung Chiko menyesali dirinya yang suka membawa sepeda motor matic yang ia beli dengan gajinya sendiri untuk pergi bekerja kekantor.
"Tan, kita berobat ke klinik mana? Yang ini atau yang diujung sana?" tunjuk Chiko saat sepeda motornya mulai mendekati sebuah klinik yang terletak di pinggir jalan.
"Yang ujung sana aja, kebetulan yang punya klinik itu temanku." Jawab Tania bersemangat.
"Temanmu, dia Dokter?" sejenak Chiko sempat berpikir, kaget, karena tak menduga Tania punya teman seorang Dokter.
"Iya, emang kenapa? Kamu nggak nyangka ya, aku punya teman dokter? Emang kamu pikir aku ini cewek kuper yang nggak punya teman sama sekali?" sungut Tania jengkel karena Chiko menyepelekan pergaulannya.
"Ya iyalah, selama ini kamu 'kan nggak terlalu gaul sama rekan-rekan dikantor. Kamu 'kan lebih suka mojok sendiri, kerja, kerja, kerja terus, kayak robot." Ledek Chiko tertawa renyah.
"Biarin, kayak robot, daripada kumpul-kumpul cuma nambahin dosa doang," timpal Tania dongkol karena disindir Chiko.
"Hehehe, iya juga sih. Aku justru lebih senang kamu jadi robot daripada jadi biang gosip dikantor, hehehe..." ledek Chiko jadi terkekeh.
Benaknya terbayang betapa jutek dan judesnya muka Tania saat sedang bergosip. Apalagi saat membayangkan mulut Tania yang pedas bicara dengan bibir maju mundur, ke kanan dan kekiri. Sungguh, Tania akan menjadi wanita yang paling menakutkan diantara semuanya.
Tania memutar matanya malas, menarik sudut bibirnya keatas mengabaikan ledekan Chiko.
"Eh, stop didepan! Kita udah nyampe nih!" hardik Tania saat sepeda motor Chiko nyaris melewati klinik teman Tania yang dimaksud.
Chiko memperlambat laju sepeda motornya dan masuk kedalam pekarangan klinik yang cukup luas parkirannya. Tak jauh dari pintu masuk klinik, Chiko memarkir sepeda motor maticnya dan bergegas ikut turun saat Tania telah lebih dulu turun dan masuk kedalam klinik tanpa menunggu Chiko sama sekali.
"Kebiasaan, aku selalu saja ditinggal. Kayak nggak berguna sama sekali, dasar robot!" gerutu Chiko dongkol dengan sikap Tania yang ia anggap seperti robot tak punya perasaan.
"Suprise...!" pekik Tania mengejutkan seseorang berpakaian jas putih layaknya dokter, yang sedang asyik bicara dengan seorang perawat didalam klinik.
Orang yang berpakaian dokter itu, tampak kaget dan gembira melihat kedatangan Tania. Bukan cuma orang itu saja yang kaget, Chiko pun ikut kaget melihat wajah orang berpakaian dokter yang dikejutkan Tania dari belakang itu.
Awalnya Chiko pikir, dokter yang diakui teman Tania adalah seorang dokter perempuan. Tak disangka, dokter itu adalah seorang lelaki ganteng yang punya pesona berbeda dari dirinya yang cuma pekerja kantoran.
Api cemburu mulai merebak dihati Chiko saat melihat gaya bicara Tania yang ketus dan judes, jadi berubah jauh dari yang biasa ia temui. Tania terlihat manja dan bicara dengan lemah lembut pada si dokter ganteng yang ia bilang temannya itu. Sungguh tontonan yang sangat menyakitkan hati Chiko.
"Coba aja tahu dari awal, nggak bakalan aku mau diajak berobat ke klinik ini!" sesal Chiko dalam hati mulai merasa meriang dan menggigil di sekujur tubuhnya setelah melihat keakraban Tania dan sang dokter ganteng didepan matanya.
Panas dingin, kesal, dan cemburu bersatu padu dalam hati Chiko. Biasanya pak Rudi yang harus ia waspadai, lalu Mike yang masih tanda tanya, sekarang ada lagi yang muncul dengan profesi dokter, dan yang satu ini terlihat sangat mencurigakan. Perasaan Chiko jadi tak enak.
"Tania, jangan dekat-dekat!" Hardik Chiko lantang mengejutkan Tania dan sang dokter yang sedang asyik berbincang-bincang.
******
Apa yang dilakukan Chiko ketika sifat posesifnya kumat?
Apa benar, si dokter ganteng cuma teman biasa?
YUK PANTAU TERUUUSSSS.....
.
.
.
BERSAMBUNG
EITS... JANGAN LUPA LIKE& KOMEN 👌
GIFT, VOTE DAN ⭐⭐⭐⭐⭐
THANK U SAYANG KU SEMUA 🥰 😘 ❤️
❤️❤️❤️❤️❤️🌹🌹🌹🌹
terimakasih Oma untuk karya terbaiknya 🥰
titip 3 mawar buat pak Rudi ditunggu panggilan sayangnya hehe
sampai bertemu lagii 💝