PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INGIN BERSAMA
Jadi ia melibatkan sentuhan gambar suaminya untuk pembangunan hotel ini.
Catelyn tersenyum bahagia mendengar jawaban Ghavi. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami yang selalu mendukungnya.
"Makasih ya, Sayang. Aku sayang banget sama kamu," kata Catelyn, mencium pipi Ghavi.
"Aku juga sayang banget sama kamu, Sayang," jawab Ghavi, membalas ciuman Catelyn.
"Kalau gitu, besok kita mulai bikin desainnya ya. Aku pengen kamu yang bikin desainnya, Sayang. Aku tahu kamu arsitek hebat di Singapore," kata Catelyn, dengan nada memohon.
"Tentu saja, Sayang. Aku dengan senang hati akan membuat desain untuk hotel kita," jawab Ghavi, bangga.
"Asiiiik! Makasih ya, Sayang. Kamu memang yang terbaik," kata Catelyn, memeluk Ghavi erat.
Mereka berdua kemudian menghabiskan waktu di balkon kamar, membicarakan rencana pengembangan hotel mereka. Ghavi mulai memberikan masukan-masukan tentang desain dan konsep hotel yang mereka inginkan. Catelyn mendengarkan dengan seksama dan mencatat semua masukan dari Ghavi.
Selama beberapa hari di Gili Trawangan, Ghavi dan Catelyn menghabiskan banyak waktu untuk merancang desain hotel mereka. Mereka bekerja sama dengan sangat baik dan saling melengkapi. Ghavi dengan keahliannya sebagai arsitek, dan Catelyn dengan pengalamannya sebagai pemilik hotel.
Selain merancang desain hotel, mereka juga menikmati waktu liburan mereka. Mereka berjalan-jalan di pantai, berenang, snorkeling, dan menikmati kuliner khas Gili Trawangan. Catelyn juga sangat menikmati masa kehamilannya. Ia merasa sangat bahagia dan dimanjakan oleh Ghavi.
"Sayang, aku seneng banget bisa liburan sama kamu dan Gavin. Apalagi sekarang aku lagi hamil. Aku jadi merasa lebih diperhatikan dan disayang," kata Catelyn, sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.
"Aku juga seneng banget, Sayang. Aku pengen selalu ada di samping kamu dan Gavin. Dulu, waktu kamu hamil Gavin, aku nggak bisa nemenin kamu. Aku nyesel banget," kata Ghavi, dengan nada sedih. Ia menggenggam tangan Catelyn erat dan menciumnya lembut. "Aku janji, Sayang. Aku akan selalu ada buat kamu dan anak-anak kita. Aku nggak akan pernah ninggalin kalian lagi" kata Ghavi, tulus. Catelyn tersenyum dan memeluk Ghavi erat. "Aku percaya sama kamu, Sayang. Aku tahu kamu akan jadi suami dan ayah yang baik" kata Catelyn, sambil meneteskan air mata bahagia.
Setelah beberapa hari di Gili Trawangan, mereka bertiga kembali ke Bali. Ghavi harus segera kembali ke Singapore untuk menyelesaikan pekerjaannya. Mungkin ia hanya akan berada di Singapore selama 2-4 hari. Namun, ia berjanji akan segera pulang ke Bali.
"Sayang, aku harus balik ke Singapore besok. Tapi, hanya 2-4 hari saja. Ada meeting yang gak bisa aku tinggal. Maafkan aku ya kalau sementara aku tinggal dulu" kata Ghavi, dengan nada berat. "Iya, Sayang. Nggak apa-apa. Aku ngerti kok. Kamu hati-hati ya di sana. Jangan lupa jaga kesehatan" kata Catelyn, khawatir. "Kamu juga jaga kesehatan ya, Sayang. Jangan capek-capek. Ingat, kamu lagi hamil" kata Ghavi, mengingatkan. "Siap, Bos ! Aku akan jaga diri baik-baik" jawab Catelyn, sambil tersenyum.
Keesokan harinya, Ghavi berangkat ke Singapore. Catelyn dan Gavin mengantarnya ke bandara. Mereka berpelukan erat sebelum Ghavi masuk ke ruang tunggu. "Daddy sayang banget sama kalian" kata Ghavi, sebelum berpamitan. "Kami juga sayang banget sama Daddy" jawab Catelyn dan Gavin, serempak.
Setelah Ghavi pergi, Catelyn dan Gavin kembali ke rumah. Catelyn merasa sedikit sedih karena harus berpisah dengan Ghavi. Namun, ia juga merasa bahagia karena tahu Ghavi akan segera kembali. "Ayo, Sayang. Kita pulang. Mommy mau istirahat dulu" kata Catelyn, mengajak Gavin. "Ayo, Mommy" jawab Gavin, sambil menggandeng tangan Catelyn.
Sesampainya di rumah, Catelyn langsung mengajak Gavin untuk tidur siang. Ia sendiri juga merasa sangat lelah setelah perjalanan jauh dari Gili Trawangan.
Ghavi yang sedang perjalanan dengan pesawat menuju Singapura terus memikirkan rencana yang sudah lama ada di benaknya. Ia ingin pindah ke Bali secara permanen. Bisnis konsultan arsitekturnya di Singapura sudah berjalan dengan baik berkat bantuan partnernya. Sementara Atmadja Corporation, bisnis keluarga yang ia kelola, juga sudah ditangani oleh tim manajemen yang kompeten. Ia hanya perlu turun tangan untuk hal-hal yang sangat penting.
Ghavi menatap foto istri dan anaknya. Ia tersenyum melihat wajah kebahagiaan istri dan anaknya. Ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Catelyn dan Gavin di Bali. Ia ingin melihat Gavin tumbuh besar di lingkungan yang sehat dan alami. Ia juga ingin selalu ada di samping Catelyn, terutama saat ia sedang hamil.
Rumah mereka di Jimbaran sangat luas. Ghavi berpikir, jika ia membangun kantor di sebelah rumahnya, itu akan sangat memungkinkan. Ia bisa bekerja dari rumah dan tetap dekat dengan keluarganya. Namun, tentu saja, ia harus mendapatkan persetujuan dari Catelyn terlebih dahulu.
Rencana itu akan ia sampaikan kepada Catelyn saat ia pulang nanti ke Bali. Semoga saja urusannya di
Singapura bisa segera selesai dan ia bisa segera kembali pulang ke rumah.
Selama Ghavi berangkat ke Singapura, Mama dan Papa Catelyn menemani nya di Jimbaran. Sehingga rumah di Anyelir Ubud dibiarkan kosong. Karena rumah di Jimbaran juga sangat luas, sehingga cukup lapang untuk keluarga itu berkumpul. Sementara Ghavi menginformasikan bahwa ia terlambat pulang ke Bali. Karena ia sekalian menyelesaikan pekerjaan lain yang ada di kantor konsultan arsitektur miliknya. Persis di hari ke 4 Ghavi pulang. Ia sangat merindukan istri dan anaknya.
Sesampainya di rumah, Ghavi segera menghampiri Catelyn yang sedang menyiapkan makan malam. Ia memeluk Catelyn dari belakang dan mencium lehernya. "Sayang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" kata Ghavi, lembut. "Ngomong apa, Sayang ?" tanya Catelyn, penasaran. "Aku pengen pindah ke Bali secara permanen" kata Ghavi, dengan nada serius. Catelyn terkejut mendengar ucapan Ghavi. Ia membalikkan badannya dan menatap Ghavi dengan tatapan bingung. "Pindah ke Bali ? Maksud kamu ?" tanya Catelyn, tidak percaya. "Iya, Sayang. Aku pengen kita tinggal di Bali selamanya. Aku pengen Gavin tumbuh besar di sini, dan aku pengen selalu ada di samping kamu, apalagi sekarang kamu lagi hamil” lanjut Ghavi, menggenggam kedua tangan Catelyn.
Catelyn terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan Ghavi. Ia tahu bahwa Ghavi sangat mencintai Bali, tapi ia tidak pernah menyangka bahwa Ghavi akan ingin pindah secara permanen. “Tapi, Sayang … bagaimana dengan pekerjaan kamu di Singapore ? Bagaimana dengan Atmadja Corporation ?” tanya Catelyn, khawatir. “Aku sudah memikirkannya matang-matang, Sayang. Bisnisku di Singapore sudah bisa dihandle oleh partnerku. Dan untuk Atmadja Corporation, manajemen yang aku bentuk sudah berjalan dengan baik. Aku hanya perlu turun tangan untuk hal-hal yang sangat penting saja. Aku bisa bekerja dari jarak jauh” jawab Ghavi, meyakinkan. “Tapi … apa kamu yakin, Sayang ? Ini keputusan besar lho" kata Catelyn, masih ragu. “Aku yakin, Sayang. Aku sudah merasa jenuh dengan kehidupan di kota besar. Aku ingin hidup lebih tenang dan dekat dengan alam. Aku ingin melihat Gavin tumbuh besar di lingkungan yang sehat dan bahagia. Dan yang terpenting, aku ingin selalu ada di samping kamu" kata Ghavi, menatap Catelyn dengan tatapan penuh cinta.
Catelyn terharu mendengar perkataan Ghavi. Ia tahu bahwa Ghavi sangat menyayanginya dan Gavin. Ia juga tahu bahwa Ghavi sangat merindukan kehidupan yang lebih tenang. “Sebenarnya … aku juga ingin kamu menetap di Bali, Sayang" kata Catelyn, pelan. Ghavi terkejut mendengar pengakuan Catelyn. “Benarkah, Sayang ? Kamu serius ?” tanya Ghavi, tidak percaya. “Iya, Sayang. Aku merasa aman dan nyaman kalau kamu ada disini bersamaku dan anak-anak. Walau Mama Papa sering datang ke sini untuk menemani aku, tapi tetap kan beda kalau suami sendiri yang ada disampingku" jawab Catelyn, tersenyum dan mengecup bibir Ghavi.
***