Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25: Intrik di Hutan Gelap
Lyra dan timnya kembali ke Eteria dengan kecepatan tinggi, didorong oleh urgensi dan energi murni Air Mata Naga yang Lyra bawa. Dalam waktu kurang dari dua hari, mereka mencapai perbatasan Hutan Gelap—wilayah Eteria Tengah yang dikenal karena energinya yang liar.
Lyra melihat apa yang Lyra takutkan: Hutan Gelap diselimuti kabut hitam yang tidak alami, dan getaran energi dingin The Null terasa kuat.
Lyra meninggalkan Jax dan prajuritnya di pinggir hutan dan menyusup sendiri ke Istana, yang hanya berjarak beberapa jam perjalanan dari Hutan Gelap.
Lyra masuk ke Istana melalui terowongan rahasia dan langsung menuju Ruang Perang. Kael, Verris, dan Elara sedang meninjau peta, wajah mereka tegang.
Kael segera menghampiri Lyra.
"Ratu-ku! Kau berhasil!" Kael memeluk Lyra, tetapi kekhawatiran terlihat jelas. "Aku bisa merasakan energi murni Naga bersamamu. Tapi aku juga merasakan Entitas Bayangan di Hutan Gelap."
"Aku membawa Air Mata Naga," kata Lyra, Lyra menyerahkan kristal safir itu kepada Kael. "Mereka adalah pengintai The Null. Aku menghancurkan sebagian dari mereka di Utara, tapi sisanya kembali. Kenapa Anda tidak menghancurkannya, Kael?"
"Mereka mencari Energi Kosmis, Lyra," Kael menjelaskan. "Jika aku menggunakan terlalu banyak energiku, aku akan menarik seluruh The Null ke Eteria. Aku harus tetap menjadi jangkar. Verris telah menyiapkan pasukan, tetapi pedang tidak bisa menghancurkan kehampaan."
"The Null tidak hanya mencari energi Anda," Elara menyela, Elara mendekati Lyra. "Mereka mencari Warisan Anda."
Lyra merasakan kedinginan. "Apa maksudmu?"
Elara mengambil tangan Lyra, dan mata Elara yang tenang memandang Lyra dengan serius. "Yang Mulia, setelah Anda pergi, saya melakukan pemeriksaan dengan sihir herbal kuno. Saya harus memastikan Anda siap menghadapi perjalanan berikutnya. Warisan Anda telah bersemi."
Lyra terkejut. Lyra merasakan lonjakan emosi yang luar biasa—campuran sukacita murni dan ketakutan absolut. Kael menatap Lyra, matanya bersinar emas, merasakan kebenaran Elara.
"Kau... kau hamil, Ratu-ku?" Kael berbisik, Lyra mengusap perut Lyra.
"Ya," Lyra tersenyum, Lyra menahan air mata. "Cinta kita telah menjadi Warisan. Kita berhasil, Kael."
Kael menarik Lyra ke dalam pelukan yang penuh penghormatan dan cinta. "Anak kita. Dia akan dilindungi oleh kehendakmu, Lyra."
Kabar gembira itu segera berganti menjadi urgensi. Dengan Warisan yang ada di dalam dirinya, Lyra menjadi target utama The Null.
"Mereka sudah tahu," kata Kael. "Mereka pasti merasakan peningkatan energi sihir Warisan. Mereka akan menyerang Hutan Gelap, dan segera datang ke Istana."
"Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi," Lyra menyatakan, Lyra kini memegang Air Mata Naga, merasakan kekuatannya. "Verris, apakah pasukan Anda bisa menahan musuh non-fisik?"
"Kami telah menyiapkan pemanah api dan perangkap berbasis energi, Yang Mulia, tetapi Entitas Bayangan melewati materi," Jenderal Verris mengakui.
"Baiklah. Kita harus menggunakan sihir mereka sendiri untuk melawan mereka," kata Lyra.
Lyra menatap Elara. "Elara, di mana Entitas Bayangan The Null paling rentan?"
"Mereka adalah kehampaan, Yang Mulia. Mereka rentan terhadap penyeimbang energi dan kebersatuan yang kuat," Elara menjelaskan. "Air Mata Naga bisa berfungsi sebagai penarik dan penyeimbang. Jika Anda bisa menggunakannya untuk menciptakan fokus energi yang berlawanan dengan kehampaan mereka."
Lyra merumuskan rencana.
Umpan Kehendak: Lyra, dengan Air Mata Naga dan Warisan di dalam dirinya, adalah umpan yang sempurna. Lyra akan masuk ke Hutan Gelap dan memancing Entitas Bayangan ke satu titik.
Ritual Penyeimbang: Kael akan menggunakan Air Mata Naga sebagai fokus. Karena Kael sekarang bebas dari Liontin Segel, dia bisa menyalurkan energi Kosmis murni melalui kristal itu.
Pengunci Energi: Lyra akan menggunakan kehendaknya untuk mengunci energi Kael di area Hutan Gelap. Ini akan menciptakan "Keseimbangan Sesaat" yang akan menghancurkan Entitas Bayangan secara permanen.
"Ini berbahaya, Lyra," Kael memperingatkan. "Menggunakan Warisan sebagai umpan..."
"Tidak ada pilihan, Kael," Lyra memotong. "Warisan kita lahir untuk ini. Kehendakku adalah perisainya. Saya akan pergi ke Hutan Gelap. Anda, Kael, tunggu di Istana. Saat saya memberi sinyal, Anda harus menggunakan Air Mata Naga untuk menyalurkan energi Anda, tetapi jangan pernah mendekatiku."
"Baiklah, Ratu-ku," Kael setuju. "Kita akan melakukan ini bersama. Aku akan berada di Istana, tapi jiwaku bersamamu."
Lyra, didampingi Jax, masuk ke Hutan Gelap. Kabut hitam terasa mencekik. Lyra bisa merasakan The Null di sekelilingnya, menanti.
"Mereka ada di mana-mana, Yang Mulia," bisik Jax, pedangnya diacungkan.
"Aku tahu," Lyra membalas, Lyra mengeluarkan Air Mata Naga. Kristal safir itu bersinar terang, menarik perhatian Entitas Bayangan.
Tiba-tiba, puluhan Entitas Bayangan muncul dari kabut, meluncur ke arah Lyra.
Lyra tidak lari. Lyra berdiri tegak, membiarkan energi Warisan dan Air Mata Naga menarik mereka.
Lyra menatap ke arah Istana, meskipun Lyra tidak bisa melihatnya. Lyra mengambil napas dalam-dalam dan berteriak, suaranya dipenuhi kehendak yang murni.
"Kael! Sekarang!"
Di Istana, Kael memegang Air Mata Naga. Kael menutup mata, Kael memanggil energi Aerion murni. Kael menyalurkan energi itu ke Air Mata Naga. Kristal itu memancarkan sinar emas yang tebal, melintasi jarak ke Hutan Gelap.
Lyra merasakan sinar emas Kael menyentuh Warisan di dalam dirinya, energi yang membanjiri dirinya. Ini menyakitkan. Lyra menjerit, tetapi bukan karena rasa sakit, melainkan karena harus menahan energi kosmis itu.
Lyra, dengan semua kehendaknya, memaksakan energi emas Kael untuk berkontraksi dan mengunci Entitas Bayangan yang mengelilinginya.
"Aku mengunci kalian! Kalian tidak bisa mengambil energi kami!" Lyra berteriak, Lyra merasakan air matanya mengalir.
Energi emas dan kehampaan bayangan bentrok. Para Entitas Bayangan bergetar hebat. Mereka tidak bisa melarikan diri dari kontraksi energi yang diciptakan Lyra. Lyra telah menciptakan penyeimbang lokal—kehendak manusia yang mengunci sihir kosmis.
Dengan ledakan hening, semua Entitas Bayangan di sekitar Lyra hancur, berubah menjadi debu es biasa.
Lyra ambruk, kelelahan total. Jax segera membantunya.
Lyra kembali ke Istana, lemah tetapi menang. Kael segera menemuinya, Kael memeriksa Lyra dan Warisan mereka dengan tatapan khawatir.
"Kau mempertaruhkan segalanya, Lyra," Kael berbisik, Kael memeluk Lyra erat-erat.
"Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyentuh anak kita, Kael," Lyra membalas, Lyra bersandar pada Kael.
Elara mengkonfirmasi: Entitas Bayangan hancur total. Kael aman untuk saat ini.
"Sekarang, kita harus melanjutkan misi Mahkota Keseimbangan," Lyra berkata, meskipun Lyra masih lemas. "Kita sudah punya Air Mata Naga. Kita butuh elemen kedua: Debu Bintang dari Selatan."
Lyra meninjau peta kuno. "Debu Bintang. Itu berasal dari sisa-sisa komet yang jatuh ke Gurun Sunyi di Selatan. Gurun yang dijaga oleh suku nomaden dan penuh ilusi sihir."
"Gurun Sunyi. Tempat yang akan menguji jiwamu," Kael merenung. "Jika kau harus pergi, aku akan menemanimu kali ini, Ratu-ku."
"Tidak, Kael," Lyra menggeleng. "Anda harus tinggal dan menjadi jangkar energi. The Null akan datang lagi, dan Anda harus melindungi Eteria dan Warisan kita di sini. Saya akan pergi. Tetapi kali ini, saya harus membawa Elara. Saya butuh keahliannya untuk melindungi Warisan ini selama perjalanan."
Kael setuju dengan berat hati. Verris akan tetap menjaga Istana. Lyra, didorong oleh kebutuhan untuk melindungi Warisan di dalam dirinya, bersiap untuk perjalanan yang jauh lebih panas dan penuh ilusi.
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.
Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.
Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.
“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.
Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.