seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
memaafkan
Tepat setelah gelak tawa para ibu-ibu mereda, Zora mengambil tindakan tegas. Ia sudah berganti dengan memakai rok menyapu lantai dan jilbab panjangnya menutupi tangan, lalu keluar dari rumah, berjalan lurus menuju gerbang, dan membukanya lebar-lebar. Ia menghadapi Bibi Lasmi dan ibu-ibu yang masih cekikikan di sana.
Zora berdiri tegak. Ia tidak lagi marah, tetapi kini menatap mereka dengan tatapan yang tenang dan penuh wibawa seorang Nyai.
Zora Berbicara dengan Suaranya tenang dan jelas "Assalamualaikum, Ibu-ibu sekalian. Masuk yu, Bi Lasmi dan ibu-ibu. Jangan menguping, itu tidak baik. Duduklah di teras sebentar."
Bibi Lasmi terkejut dan malu luar biasa. Ibu-ibu yang lain ikut canggung...
karena tidak enak, mereka ikut masuk dan duduk di teras, di karpet empuk yang berada di teras rumah Yusuf terlihat indah,
Zora masuk sebentar, ia keluar membawa teh herbal yang baru saja di seduh.
"silahkan ibu-ibu , dinikmati sajian yang tidak seberapa ini...." Zora meletakkan nya di meja yang empat kakinya pendek....meja yang di khususkan untuk orang-orang yang suka duduk lesehan, seperti di teras rumahnya.
"eh...iya , terimakasih nyai" ucap mereka serempak,dan tersenyum canggung, mengambil teh yang sudah di sediakan lalu menyeruput teh yang rasanya benar-benar luar biasa.
Setelah mereka terdiam Zora baru berkata"Maafkan saya. Sebenarnya, kami berdua sengaja berdebat keras tadi. Bukan karena cokelat , bukan karena masker wajah. Kami sengaja melakukannya, hanya untuk menguji siapa di antara Ibu-ibu yang paling suka menguping dan bergosip."
Pengakuan Zora itu langsung membuat mereka semakin tidak enak . Wajah Bibi Lasmi menjadi pucat pasi, dan ibu-ibu yang lain saling pandang, merasa bersalah.
Zora tidak menyalahkan mereka. Ia tahu, Bibi Lasmi yang merupakan dalangnya. Zora memutuskan untuk berbicara jujur tentang rasa sakitnya, berharap itu bisa menyentuh hati mereka.
"Ibu-ibu sekalian, saya tahu, sejak saya datang, ada banyak gosip buruk tentang saya. Tentang saya memaksa Mas Yusuf menikah, tentang saya nekat... melakukan hal yang memalukan di kota" ucap Zora sopan.
"Saya tahu, sumber fitnah itu adalah Bibi Lasmi"
Zora menatap Bibi Lasmi yang kini menunduk, tidak berani mengangkat kepala.
"Saya datang ke sini untuk berjuang, untuk menghafal Al-Qur'an, dan untuk menjadi istri yang salehah bagi Ustadz Yusuf. Saya meninggalkan kemewahan saya di kota bukan karena patah hati, tapi karena saya mencintai Allah, dan saya mencintai Mas Yusuf dengan cara yang halal."
Zora membiarkan kejujurannya berbicara.
"Saya mohon pada Ibu-ibu sekalian. Saya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Saya tidak menyebarkan aib Bi Lasmi. Saya hanya ingin menunjukkan, bahwa terkadang, gosip yang paling jahat itu dimulai dari hal yang paling konyol. Dan kita, sebagai Muslimah, seharusnya tidak menghabiskan waktu kita untuk menguping, tetapi untuk berdzikir dan mencari ilmu." tuturnya lembut.
"Hari ini, saya tidak marah. Saya hanya berdoa, semoga Allah mengampuni lisan-lisan yang mudah terucap tanpa bukti. Saya berharap, setelah ini, kita bisa menjadi sahabat taat di Majelis Taklim, bukan lawan di majelis gosip."
Ucapan Zora yang tenang namun menghunjam itu berhasil melumpuhkan Bibi Lasmi, dan menyadarkan para ibu-ibu yang lain. Mereka menyadari betapa jahatnya fitnah yang mereka telan bulat-bulat, dan betapa mulianya hati Nyai Muda yang mereka remehkan. Bibi Lasmi kini bukan hanya dipermalukan, tetapi juga dikucilkan dari lingkaran gosipnya sendiri, dan itu adalah hukuman terbesar baginya....
Bibi Lasmi tidak pernah merasakan aib sebesar ini sepanjang hidupnya di Pesantren. Wajahnya yang tebal kini terasa panas dan tipis. Semua ibu-ibu yang selama ini menjadi pendukungnya, kini menatapnya dengan rasa iba bercampur cemooh. Ia benar-benar telah dikucilkan.
Sesaat setelah Zora selesai berbicara, Ibu-ibu yang lain perlahan bubar, meninggalkan Bibi Lasmi sendirian di teras rumah Zora, yang kini sudah ditutup kembali oleh Ustadz Yusuf dari dalam
Bibi Lasmi, dengan tubuh lunglai, berlutut sejenak di hadapan Zora, sebuah pemandangan yang tak pernah terbayangkan.
Bibi Lasmi dengan Suaranya yang serak, penuh penyesalan "Nyai... Nyai Zora. Bibi... Bibi minta maaf sebesar-besarnya. Maafkan semua fitnah dan kata-kata kotor yang Bibi sebarkan. Bibi sudah keterlaluan. Bibi cemburu dan iri hati melihat kebahagiaan Nyai..."
Bibi Lasmi mengangkat wajahnya, air mata mulai membasahi pipinya yang keriput. Namun, rasa takut jauh lebih besar daripada rasa malu.
"Tolong, Nyai. Tolong jangan sebarkan ini kepada siapapun, terutama... terutama kepada Kyai Rahman dan Ibu Nyai. Jika mereka tahu Bibi menyebarkan fitnah keji tentang percobaan bunuh diri, Bibi akan dikeluarkan dari Pesantren. Itu akan menjadi aib seumur hidup." ucapnya penuh dengan permohonan.
Bibi Lasmi memohon, menunjukkan penyesalan yang tulus, meskipun didorong oleh rasa takut.
"Bibi janji, Nyai. Bibi bersumpah, mulai hari ini, Bibi sendiri yang akan membersihkan nama baik Nyai Zora. Bibi akan katakan pada semua orang bahwa Nyai adalah wanita salehah, seorang Hafizah yang mulia. Bibi tidak akan mengulanginya lagi, Nyai. Percayalah." janji bibi Lasmi penuh tekad,dan penyesalan.
Zora memandang Bibi Lasmi. Ia melihat bukan lagi Bibi Lasmi yang jahat dan sombong, tetapi seorang wanita tua yang ketakutan dan putus asa. Kemarahan Zora sirna, tergantikan oleh rasa kasihan.
Zora Berlutut di depan Bibi Lasmi, memegang tangannya dengan lembut "Berdirilah, Bi Lasmi ,Jangan berlutut di hadapanku. Hanya kepada Allah kita berlutut."
"Saya sudah memaafkan, Bi Lasmi. Saya memaafkan semua yang sudah Ibu lakukan. Saya tidak akan menyebarkan insiden ini, dan saya tidak akan menceritakannya kepada Kyai Rahman dan Ibu Nyai, maupun orang lain.
Zora memberikan nasihat terakhirnya, sebuah penegasan spiritual yang menenangkan.
"Namun, ada satu hal yang harus Bi Lasmi ingat. Bi Lasmi tidak perlu repot-repot membersihkan nama baik saya. Karena nama baik itu adalah urusan Allah, bukan urusan manusia. Bi Lasmi hanya perlu fokus untuk membersihkan hati Bi Lasmi sendiri dari prasangka buruk dan hasad atau iri hati."
Zora berdiri, wajahnya kembali dihiasi senyum lembut. Ia berhasil. Dengan keikhlasan dan kemuliaan akhlak, Zora telah memenangkan hatinya sendiri, membungkam mulut fitnah, dan mengubah musuhnya menjadi pengikutnya.
Bibi Lasmi mengangguk dalam diam, wajahnya tertunduk malu namun lega. Ia tahu, mulai hari ini, Zora bukan hanya Nyai Muda, tetapi juga guru rohani yang telah memberinya pelajaran terbesar dalam hidupnya....
" kalau begitu, Saya permisi dulu nyai , kau sangat baik.... Assalamualaikum " ucapnya sopan.
"waalaikumsalam... hati-hati bi, terimakasih sudah mampir " balasnya tersenyum.
Yusuf membuka gerbang nya, setelah memastikan BI Lasmi sudah pergi, Yusuf kembali menutup nya,
"masyaallah.... istri mas sangat hebat" Yusuf memuji istrinya yang mau berlapang dada memaafkan orang yang sudah memfitnah nya