Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 34
Laila mengurung dirinya di kamar setelah pulang dari perusahaan Hasan. Hari ini dia sudah minta ijin untuk tidak mengajar, karena ingin fokus membuat Hasan sadar sudah mencintainya.
Tapi kejadian hari ini sangat tidak dia duga. Memalukan! Laila menutup wajahnya. Tadi dia langsung mandi setelah tiba di rumah, hampir satu jam Laila membersihkan dirinya.. Dia merasa dirinya sudah sangat kotor.
Riyas benar, kalo.dia memang ingin menggoda Hasan. Mengenakan pakaian tipis tanpa perlindungan dada terakhirrnya. Dia yakin Hasan pasti tergoda. Wajahnya cantik juga rambutnya indah. Tapi bisa bisanya Hasan tidak tertarik.
Dia pun sudah tidak waras karena membiarkan malah Riyas men yu su padanya, bukan Hasan. Untungnya Riyas tidak membuka pakaiannya. Tapi yang dilakukan Riyas malah membuatnya mengalami sensasi aneh yang baru pertama kali dia rasakan.
Tubuhnya meremang ketika rasa itu datang lagi.
Harusnya Hasan, bukan Riyas! Laila semakin menenggelamkan wajahnya dibalik kedua telapak tangannya.
Suara dering ponselnya membuat dia berharap kalo Hasan yang menelpon. Tapi seketika wahahnya berubah masam
Riyas yang menelpon. Laila membiarkan saja. Dia tidak akan memberi akses untuk berdekatan dengan laki laki itu.
Dua kali Riyas menelpon, tapi Laila acuhkan. Sekarang sudah senyap, mungkin dia sudah tau diri.
Tapi belum sempat Laila merasa lega, satu pesan video muncul di layar ponselnya. Riyas yang mengirimkannya.
Dengan gemetar Laila membuka video itu. Sepasang matanya terbelalak. Itu video kejadian tadi.
Wajahnya terlihat jelas meni km ati dengan apa yang dilakukan Riyas. Dia sampai tengadah dan tubuhnya bahkan melengkung. Wajahnya memanas ketika melihat tangan Riyas yang merayap di mana mana. Di seluruh tubuhnya.Tidak dia sangka Riyas semesum itu.
Dengan marah bercampur perasaan aneh, Laila menghapus video yang dikirimkan Riyas.
Dering telpon kembali bersuara.
"Apa mau kamu!" Laila terpaksa mengangkat telponnya dan memaki Riyas.
Terdengar suara tawa pelan Riyas.
"Kalau kamu mau, kita bisa menikah."
"Tadi itu kesalahan. Aku akan menikah dengan Hasan."
Terdengar suara tawa pelan Riyas .
"Oke. Akan aku tunjukkan video ini pada Hasan."
Laila tersentak.
"JANGAN!"
"Kalo begitu menikah denganku."
Laila menutup ponselnya tanpa merasa perlu untuk menjawabnya. Riyas tidak menelponnya lagi. Tapi jantung Laila semakin cepat berpacu. Dia marah sekaligus merasa takut yang amat sangat .
TOK TOK TOK
"Laila, boleh umi masuk?"
Laila tidak menjawab hingga dia mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka.
Uminya, Sri Maimun menjadi cemas melihat putrinya yang duduk di tempat tidur sambil menelungkupkan wajahnya di balik lututnya yang dia tekuk.
Dari siang hingga menjelang magrib putrinya mengurung diri di kamarnya.
"Kamu kenapa?" Uminya dudu di sampingnya.
"Hasan menolakku lagi, umi." Tangis Laila pecah di pelukan uminya. Hanya itu yang bisa di adukan lada uminya. Laila tidak mungkin menceritakan soal kejadiannya dengan Riyas tadi. Mungkin setelah mendengarnya, dia dan Riyas akan langsung dinikahkan
Sri Maimun bisa merasakan kesedihan putrinya.
"Kakek dan nenek nanti malam akan tiba di rumah. Kakek dan nenek Hasan juga sudah datang. Mereka akan membicarakan pernikahanmu."
Laila menatap uminya dengan perasaan tidak mungkin.
"Semoga kakek nenek Hasan bisa meyakinkankan Hasan."
Laila mengangguk. Tapi ada satu yang dia takutkan, kalo Riyas mengadu pada Hasan tentang kejadian tadi di ruangannya.
*
*
*
"Jadi kalian sudah setuju?" todong Nyai Hafizah begitu anak dan menantunya memasuki kamarnya. Hasan sedang mengantar Luna pulang
"Tenanglah," ucap suaminya pelan. Menyabarkannya.
Ali Wahab menghela nafas panjang. Istrinya pun terdiam.
"Bagaimana bisa tenang.... Apa yang akan kita katakan pada Kyai Arifin dan Nyai Rosidha?" Wajah Nyai Hafiza terlihat sangat putus asa.
Terdengar helaan nafas panjang ketiganya.
"Kami juga baru tau, umi. Baru beberapa hari ini Hasan cerita," jelas Ali Wahab.
"Kok, bisa, Hasan baru cerita," sergah uminya-Nyai Hafizah masih dengan nada marah. Kejadian ini merusak semua rencana yang sudah disusun sejak lama.
"Katanya mereka teman waktu SMA?" Abinya-Kyai Mukhtar bertanya sambil menatap putranya dan juga menantunya.
"Iya, mereka teman waktu SMA, abi. Kata Hasan baru juga mereka bertemu. Tapi umi, jangan salahkan Luna, kata Hasan dia yang mengejar Luna," jelas Ali Wahab sambil duduk di samping uminya.
Nyai Hafizah menatap putranya tidak percaya.
"Tidak mungkin."
"Gadis itu sepertinya beberapa kali sudah menolak Hasan, umi," sambung Siti Azizah membenarkan pernyataan suaminya.
"Kamu serius, Siti?" Kyai Mukhtar agak kaget. Dia susah percaya kalo Luna menolak Hasan. Karena beberapa temannya yang selalu menanyakan soal kepastian hubungan Hasan dengan Laila. Mereka juga ingin menjadikan Hasan sebagai menantunya. Belum lagi tumpukan lamaran lamaran ta'aruf untuk Hasan yang sangat banyak sekali.
"Iya, Abi. Hasan beberapa kali mengatakan padaku dan Mas Ali kalo dia sedang berusaha meyakinkan Luna untuk menerimanya," sahut Siti Azizah menjelaskan.
"Mungkin gadis itu sudah tau konsekuensinya kalo bersama Hasan," sambung Ali Mukhtar.penuh prasangka.
Nyai Hafizah terdiam. Dia teringat saat mencecar gadis itu tadi, tapi responnya sangat tenang.
"Dia sangat yakin kalo Hasan sangat mencintainya," lirih Nyai Hafizah berujar. Miris.
"Tapi kenapa bukan Laila. Dia sudah sempurna sebagai istri Hasan. Hasan bisa membawanya tanpa ragu ke pertemuan pimpinan pondok atau acara acara penting nantinya," keluhnya lagi.
"Baru kali ini Hasan menolak permintaan kita," tukas Ali Mukhtar perlahan. Di luar kebiasaan cucunya yang selalu patuh dan menurut.
"Sekarang apa yang harus kita katakan pada keluarga Laila," keluh Nyai Hafizah lagi. Dia mengambil nafas dan menghembuskannya berkali kali.
Hening. Tidak ada yang membuka suara.
"Aku hanya ingin punya menantu Laila." Nyai Hafizah menatap tajam pada anak dan menantunya. Dia tau kalo keduanya sudah goyah pada Luna.
"Umi...." Ali Wahab berucap lirih, mencoba membantah
Nyai Hafizah menggelengkan kepalanya.
"Walau kita tidak sekaya keluarga Luna, tapi pondok telanjur punya nama sampai ke luar negeri. Apa kata mereka kalo melihat istri Hasan yang tidak menutup aurat," sergah Nyai Hafizah yang mulai naik lagi emosinya.
Ketika Ali Wahab akan menyahut lagi, abinya-Kyai Mukhtar menggelengkan kepalanya
Ali Mukhtar hanya bisa membuang nafas dengan perasaan berat.
*
*
*
Hasan tidak mengira mendapat jawaban yang membuat debar debar di dadanya terasa menyenangkan dari Luna.
Luna segera turun dari mobil Hasan sebelum dia lupa kalo laki laki itu sudah terlalu banyak melakukan banyak dosa.saat bersamanya.
Dike cup punggung tangannya saja sudah membuat Luna melting. Hatinya sudah meleleh. Luna tidak ingin kejujurannya tadi berakibat fatal untuk Hasan.
"Hati hati pulangnya," ucap Luna sebelum menutup pintu mobil. Dia tersenyum dengan pipi yang masih merona.
"Ya," sahut Hasan lembut. Dia pun tidak menahan saat Luna pergi tadi.
Luna menatap mobil Hasan yang sudah bergerak pergi.
Hampir saja tadi dia meng ecup pipi Hasan.
Luna memejamkan mata. Laki laki itu terlalu kuat bercokol di hatinya. Saat laki laki itu memohon, Luna yakin tidak ada satu perempuan pun yamg bisa menolak permintaannya.
Luna tau dia semakin terperangkap dalam kungkungan tak terlihat laki laki itu.
beruntungnya kamu luna.
malu malu tapi mau 🤭🤭🤭