NovelToon NovelToon
RAHIM TERPILIH

RAHIM TERPILIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Identitas Tersembunyi / Poligami / Romansa / Konflik etika
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Siapapun tak ingin mendapatkan takdir yang tak sejalan dengan keinginan, termasuk Asha. Sejak awal ia tahu hidupnya tak pernah sempurna, namun tak pernah ia bayangkan bahwa ketidaksempurnaan itu akan menjadi alasan seseorang untuk merendahkannya—terutama di mata Ratna, ibu mertuanya, wanita yang dinginnya mampu merontokkan kepercayaan diri siapa pun.

"Untuk apa kamu menikahi wanita seperti dia?!"
Satu kalimat yang terus menggetarkan jantungnya, menggema tanpa henti seperti bayang-bayang yang enggan pergi. Kalimat itu bukan hanya penghinaan. Itu adalah vonis, sekaligus penjara yang tak pernah bisa ia hindari.

Sejak hari itu, Asha belajar diam. Bukan karena ia lemah, tetapi karena setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya akan memicu luka baru.

Namun ada satu hal yang membuatnya tetap bertahan.

Aditya.

Namun saat kehadiran Nadia, semua mulai berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAYUAN MAKAN MALAM

Adit duduk di tepi ranjang kamarnya, punggungnya membungkuk, kedua tangannya meremas rambutnya sendiri. Kamar itu remang—hanya lampu tidur di sudut yang menyala, menciptakan bayangan lembut yang justru membuat dadanya semakin sesak.

Begitu bayangan kecil itu muncul di layar USG, sebuah bentuk mungil yang bergerak pelan, nyaris seperti sedang berusaha hidup di tengah ketidakpastian—jantung Adit terasa seperti diremas dari dalam.

Ia tidak mengharapkan apa pun. Tidak menyiapkan diri untuk apa pun. Tapi detik itu… sampai sekarang, dadanya serasa terasa pecah.

Ada campuran perasaan yang tidak bisa ia rangkai dengan kata...

Iba.

Marah.

Takut.

Dan, sebuah luka yang timbul begitu cepat hingga ia hampir kehilangan napas.

Bukan karena janin itu salah. Bukan karena ia membencinya. Justru sebaliknya, melihat janin itu membuat Adit sadar betapa kejam dunia telah memperlakukan Nadia. Ia melihat sesuatu yang rapuh—sangat rapuh—lahir dari perbuatan yang begitu menyakitkan bagi perempuan itu. Dan ia merasa seolah seluruh tanggung jawab dunia jatuh ke pundaknya.

Kreeek.

Suara gagang pintu berputar.

Pelan, tapi cukup untuk membuat semua otot Adit menegang seketika.

Pintu kamar terbuka.

Adit langsung tersentak, tubuhnya reflek tegak, tangannya buru-buru turun dari rambutnya. Jantungnya melonjak begitu cepat hingga nyeri. Asha… nggak boleh curiga. Asha… jangan lihat aku kayak gini. Batinnya.

“Mas?” Suara Asha muncul pelan, ragu, seperti takut mengganggu.

“Sayang, kamu sudah pulang.” Sambut Adit, suaranya berat tapi tetap jelas, seperti seseorang yang berusaha keras terlihat stabil. Ia bangkit dari tepi ranjang, melangkah mendekati Asha dengan senyum yang dipaksakan halus. “Kamu pasti capek banget ya, hari ini,” Lanjutnya pelan, mencoba membuat nada suaranya terdengar wajar.

Adit mengangkat kedua tangannya, meraih bahu Asha dengan lembut. Sentuhan itu seharusnya membuatnya tenang—seperti biasanya, tapi kini justru membuat dadanya semakin sesak. Jemarinya sedikit bergetar ketika bersentuhan dengan kulit Asha, namun ia berusaha menyembunyikannya.

Asha berdiri diam, membiarkan Adit menyentuhnya. Sorot matanya menelusuri wajah suaminya dengan hati-hati, seolah ada sesuatu yang ingin ia baca di balik ekspresi itu. "Apa ada sesuatu, Mas?"

Adit tersenyum tipis, tapi matanya redup. Ia menarik Asha sedikit mendekat, seakan ingin memastikan perempuan itu benar-benar ada di hadapannya.

Bersikaplah biasa, seolah tidak terjadi apa-apa, Adit. Gimana kamu caranya... terserah. Yang penting jangan buat Asha curiga lagi sama kamu. Kamu paham kan maksud Mama?

"Maafin aku, sayang." Ucap Adit kemudian. "Akhir-akhir ini... aku lagi banyak pikiran. Hmmm... gimana, sebagai permintaan maaf, kita dinner di luar?"

Perlahan, bibir Asha melengkung kecil.

Senyum yang awalnya samar, lalu tumbuh hangat. "Mau..." Ucapnya, nadanya lembut setengah manja. Kilau matanya berubah, yang tadinya redup, kini terlihat hidup kembali.

"Ya udah... kamu siap-siap dulu, gih."

"Iya, Mas." Angguk Asha penuh antusias.

****

Restoran itu berada di pojok kawasan kota, menghadap taman kecil yang dihiasi lampu-lampu jalan berwarna keemasan. Dari luar, bangunannya memancarkan kesan hangat—dengan dinding kaca besar yang memperlihatkan interiornya yang elegan.

Begitu Adit memarkirkan mobil dan mereka masuk, aroma rempah lembut dan musik instrumental menyambut mereka.

“Kita duduk di sana,” Ucap Adit sambil menunjuk meja di pojok ruangan, tepat di dekat jendela besar yang memperlihatkan gemerlap lampu kota.

Asha hanya mengangguk, melangkah lebih dulu. Sementara, Adit mengikuti di belakangnya, memperhatikan setiap gerakan Asha—langkahnya ringan, rambutnya sedikit bergoyang, dan bahunya yang kecil namun selalu membuatnya ingin melindungi. Ada perasaan sesak yang menahan napasnya sejenak, rasa bersalah yang tiba-tiba menekan begitu kuat saat melihat punggung wanita yang selama ini begitu setia padanya.

“Aku tarikin kursinya, sayang,” Ujar Adit cepat-cepat. "Biar ratu kesayangan aku gak terjatuh."

Asha tertawa kecil. "Gombal!"

Adit ikut tertawa kecil, tapi tatapannya tetap lembut dan penuh perhatian. Ia mencondongkan tubuh sedikit, memastikan kursi Asha benar-benar pas. Asha kemudian duduk sambil menggeleng pelan, senyumnya mengembang, lega dan penuh bahagia.

Adit kemudian mengambil buku menu dan menyerahkannya pada Asha seperti seorang pelayan khusus. “Nah, Yang Mulia Asha mau pesan apa malam ini?”

Asha tertawa lagi. "Hmmmm..." Matanya menggerlingkan ke atas. "Berhubung... istri raja sedang program hamil, jadi harus pesan makanan yang sehat-sehat."

Adit mendesis, "Waaah... kalau begitu, raja tertampan sedunia ini salah pilih resto."

Asha memutar bola matanya dramatis. "Raja tampan tapi kurang memahami apa yang sang ratu butuhkan...!" celetuknya.

Adit menjentikkan ibu jari. "Tenang Yang mulia, tapi aku tahu apa yang kamu inginkan untuk malam ini."

"Apa?" Asha mengangkat sebelah alisnya.

"Mashed potatoes, Spaghetti bolognese dan satu gelas jus mangga. Salah satu makanan kesukaanmu, bukan?"

"Okeee." Angguk Asha. "Meski gak ada sayur di dalamnya, tapi beruntung aku masih bisa mendapatkan buah malam ini."

Adit tertawa kecil. "Ratuku... yang paling penting kamu itu beruntung karena masih bersama dan akan selalu bersama dengan raja tertampan untuk malam ini dan malam-malam selanjutnya."

Asha tertawa—tawa yang ringan, renyah, dan penuh rasa nyaman. Bahunya sampai ikut naik turun, sementara kepalanya sedikit menunduk karena ucapan Adit barusan benar-benar sukses membuatnya geli sekaligus tersipu.

“Aduh, Mas…” katanya masih sambil tertawa, tangan menutup sebagian mulut. “Raja tertampan sedunia ternyata hobinya bikin istri melted terus.”

"Harus, dong!" Tanggap Adit sambil mengedipkan sebelah matanya, menggoda.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!