Gimana jadinya kalau kau harus menikah dengan muridmu sendiri secara rahasia?? Arghhh, tidak ini gak mungkin! Aku hamil! Pupus sudah harapanku, aku terjebak! Tapi kalau dipikir-pikir, dia manis juga dan sangat bertanggung-jawab. Eh? Apa aku mulai suka padanya??!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 : Bukan milikku
Hari itu menjadi hari yang paling fenomenal buat Risa dan Rio, karena enggak biasanya mereka bisa berada di satu ruangan dan akur. Risa duduk di meja makan sementara Rio sedang fokus memotong-motong sayuran dan daging.
"Mau gue bantuin gak?" Ujar Risa yang merasa jadi gak enak Rio kerja sendirian.
"Potong buah bisa?" Balas Rio yang tatapannya masih fokus pada daging ayam yang sedang ia potong tipis-tipis.
"Ya elah buah doang!" Risa menatap beberapa apel merah dengan gaya yang meremehkan.
"Iya, potong itu aja, kulitnya jangan ketebelan." Rio mengangguk sambil memberi masukan saat memotong apel tersebut.
"Gue juga tau Rio! Santai aja!"
Risa kemudian berdiri dari posisi duduknya. Ia berjalan menuju ke arah peralatan dapur dan mengambil sebuah pisau.
Rio masih terlihat fokus dan tak memperhatikan Risa yang kini mulai memotong sebuah apel.
Suasana dapur hening sesaat, hanya ada suara alat-alat dapur yang sedang digunakan. Risa sendiri fokus memotong kulit apel hingga tipis dari ujung atas hingga akhir tanpa putus.
Sebenarnya saat itu Risa sedang gelisah. Dia bingung bagaimana harus bilang ke Rio kalau ia ingin pergi menemui Dion. Meski kemarin mereka memang sempat bertengkar, tapi Risa masih penasaran.
"Bu Risa? Kenapa bengong?" Rio melirik ke arah Risa yang malah diam saja menatap apel yang kulitnya sudah terkupas semua.
"Ah, gue baru inget nih, ada yang kurang!" Risa agak tersentak saat mendengar suara Rio.
"Oh, apa yang kurang? Sini biar Rio beli!" Pemuda itu langsung berinisiatif untuk pergi keluar.
"Eh, gak usah! Di luar mendung, dikit lagi hujan deh," balas Risa buru-buru mencegah Rio untuk pergi.
"Lho kenapa? Tinggal pakai payung." Rio menatap heran dengan sikap aneh Risa.
"Gue aja yang pergi, gak lama! Cuma beli kue di seberang jalan kok! Lu di sini aja!" Risa mendorong sedikit tubuh Rio agar kembali masuk ke dapur dan fokus dengan masakan yang sedang dia buat dan sebenarnya hampir selesai juga.
"Dah, gue jalan dulu, paling cuma 30 menit oke!" Risa tanpa bicara apa-apa lagi bergegas pergi keluar meninggalkan dapur menuju kamar.
"Dia kenapa sih? Aneh bener...."
Rio berjalan pelan keluar dapur sambil melihat Risa yang sudah masuk kamar sebentar dan tak lama ia keluar dengan memakai outer warna putih dan sepatu hak tinggi dengan warna senada.
"Udah, lu tunggu di rumah aja, gue jalan sebentar doang, awas kalau gue pulang masakan lu belum mateng, gak jadi makan kita!" Sebelum pergi Risa kembali memastikan agar Rio enggak pergi kemana-mana.
"Astaga segitunya amat? Ada apa sih?" Rio malah jadi merasa curiga karena Risa memperingati dirinya berulang-kali buat jangan pergi.
...****************...
Risa pergi keluar tanpa membawa tas atau naik mobil. Tapi di luar apartemen ia langsung memesan driver motor dan hanya butuh 10 menit menunggu, sang driver tiba di lokasi dan segera membawa Risa pergi.
Sebenarnya dia pergi gak jauh sih, masih di sekitar situ, cuma dia takut Rio keluar saja tadi. Ia berhenti di sebuah toko kue yang baru beberapa minggu terakhir jadi langganannya.
Risa sempat melihat ke kiri dan ke kanan sebelum menyebrang dan masuk ke toko kue bernama Devana Pastry itu dengan langkah cepat.
...****************...
Begitu pintu ruangan toko tersebut terbuka Risa langsung bisa jelas melihat Dion berdiri di sisi pojok.
"Jangan berdiri di situ!" Risa menghampiri pria itu dan langsung menarik tangannya agar menjauh dari sisi jendela toko yang dapat terlihat dengan orang lain.
"Kamu khawatir ada fans yang ngejar aku, ya?" Ujar Dion dengan nada menggoda.
"Gak lucu, Dion!" Ia menarik Pria itu ke sisi rak kue jadi tubuh mereka terhalangi oleh bagian rak-rak kue dan tidak terlihat dari luar.
Risa membungkuk sedikit, mengintip ke arah luar dari celah-celah rak, memastikan tidak ada siapa-siapa. Dia benar-benar cemas kalau Rio sampai mengikutinya.
"Fiuh...." Tanpa sadar ia segera menghela napas lega.
"Kenapa sih, Ris? Kok kayak panik gitu?" Dion yang penasaran ikutan mengintip, "enggak ada siapa-siapa kok," ujarnya kemudian saat melihat tak ada siapa pun di luar toko.
"Udah, kamu mau bilang apa buruan, aku gak bisa lama!" Risa menatap Dion dengan perasaan tak sabar. Rasanya ia ingin cepat-cepat pergi. Perasaannya benar-benar tak aman sekarang.
"Ris, aku mau kita nikah," ujar Dion secara tiba-tiba.
"Hah, apa??"
Risa tercengang dan menatap Dion cukup lama.
"Ris? Bagaimana? Aku gak peduli kamu udah nikah sama siapapun itu, aku bakal tetap mau sama kamu."
Jantung Risa kembali berdebar. Pernyataan dari Dion barusan sungguh membuatnya terharu.
"Kamu serius? Enggak lagi bercanda 'kan...?" Tanya Risa dengan tatapan yang berkaca-kaca.
"Tentu aku serius Risa...."
Dion tiba-tiba membelai wajah wanita cantik di depannya dengan begitu lembut, dan perlahan ia menghapus jarak antara dirinya dan Risa. Sementara Risa, menikmati sentuhan dari Dion yang memang sudah lama tak ia rasakan. Tak dapat dipungkiri ia merindukan momen seperti ini lagi bersama Dion (Risa payah!).
Hanya dalam hitungan detik keduanya sudah saling menyatukan bibir di antara rak-rak kue di dalam toko tersebut.
Saat itu, tanpa keduanya menyadari, Rio masuk ke sana dan melihat kejadian tersebut. Tubuhnya langsung membeku, dan ia sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan keluar lagi tanpa melakukan konfrontasi. Tak ada yang melihat kedatangannya karena Risa dan Dion terlalu fokus menikmati momen bersama sementara si pelayan toko baru saja keluar dari dalam ruangan dan melihat pintu toko seperti baru saja dibuka.
"Lho? Apa barusan ada pelanggan ya?" Ucap si pelayan toko saat melihat pintu itu bergerak ke belakang, seperti ada yang baru membuka dan menutupnya kembali.
Sementara itu Risa dan Dion kini saling menatap penuh dengan gejolak.
"Ris, maaf ya udah ninggalin kamu lama banget dan gak kasih kabar," ucap Dion yang sengaja mencari celah untuk menghapus semua kesalahannya yang dulu-dulu kepada Risa dan berpikir inilah momen di mana Risa bakal memaafkan dia.
"Aku paham Dion, yang jelas sekarang kamu kembali," ucap Risa dengan nada lembut. Dia benar-benar sudah terkena rayuan maut ala Dion.
"Jadi kapan aku bisa ketemu sama Mama kamu?" Dion kayaknya udah gak sabar pengen mengurus pernikahannya dengan Risa.
"Kamu harus sabar dulu, paling gak tunggu anak ini lahir, gimana? Kamu mau nunggu 'kan?" Ujar Risa yang teringat sama janjinya ke Rio untuk melahirkan anak itu dulu.
"Ah, gak masalah sih, aku bisa menunggu tapi gimana kalau kita tunangan dulu, jadi aku bisa lega karena kamu adalah milikku?"
Risa sempat terdiam. Ada keraguan di hatinya. Jujur dia kepengen langsung nikah saja setelah selesai melahirkan dan berpisah dari Rio nantinya, gak perlu harus ada acara tunangan segala.
"Aku pengen bikin acara mewah buat tunangan kita, kamu mau 'kan...?" Dion memeluk pinggang Risa yang masih ramping itu.
"Aku bakal bicara dulu ke Mama, kamu sabar ya?" Jawab Risa tidak langsung mengiyakan.
"Ris, tolong ya, aku gak mau sampai gagal," balas Dion dengan setengah memohon.
"Ya, aku bakal coba membuat Mama setuju," ujar Risa mengangguk.
Sementara di luar sana Rio berjalan sendiri entah kemana dengan suasana hati yang gelap, sama seperti keadaan langit sekarang, gelap, tertutup awan. Entah sudah berapa kali ia menghela napas. Tentu saja bayangan tadi dilihatnya dengan sangat jelas. Sakit?? Tentu. Kecewa? Apalagi. Tapi hal yang paling menyesakkan dada dari semua itu adalah, dia gak punya hak apapun untuk protes, karena dia tahu Risa bukan miliknya.
"Haha..., pantesan aja dia gak kepengen gua keluar, ternyata dia udah ada janji mau ketemu sama Dion diam-diam...," ujarnya dengan suara pelan. Wajahnya tertunduk lesu sampai tak melihat jalan. Tiba-tiba....
BRUKHHH!!
Rio ditabrak oleh seorang pria yang berlari ke arahnya dari arah tikungan.
"TOLONG! TOLONG TANGKAP DIA!! DIA NGAMBIL TAS SAYA, TOLONG!!"
Dari arah gang tersebut seorang wanita berteriak meminta tolong sambil menunjuk ke arah pria tersebut.
"Hah? Maling???"
Rio secara reflek bangkit dan mengejar pria yang sudah bangun terlebih dahulu dan kabur.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Apa yang bakal terjadi lagi nanti? Gimana reaksi ibunya Risa saat tahu rencana Dion yang mau melamar putrinya?
.
.
BERSAMBUNG....