Seina, adalah seorang gadis kampung yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan, dia dari keluarga baik-baik, dia juga mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya, namun dia harus kehilangan anggota keluarganya karena sebuah bencana.
Seina pun satu-satunya yang selamat dan dibawa ke tempat pengungsian oleh para relawan, gadis itu cukup terpuruk dengan nasibnya, namun dia tetap harus menjalani hidupnya.
Karena yang bernasib sama dengannya itu juga cukup banyak.
Hal itu membuatnya bangkit dan merangkul anak-anak yang bernasib sama dengannya.
Suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita cantik jelita, dari atas kepala sampai bawah kakinya, terlihat bernilai mahal, bahkan kibasan rambutnya pun berbau dollar.
"Jadi kamu ya Seina?" tanya wanita itu dengan angkuh.
"Ya, ada apa Nyonya?" tanya balik Seina.
Wanita itu segera membuka koper besar, dan di sana terlihat sangat banyak tumpukkan uang.
"Aku sewa rahimmu!" Tegas wanita itu.
Yuk kepoin baca lanjutannya 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Alfredo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tidak ada jalan
Keesokan paginya.
Gladys juga ikut sarapan bersama di kediaman itu.
" benar - benar muka tembok!" Gumam Olive, Olive sangat kesal tapi harus sabar.
" Kau sudah punya rumah sendiri kenapa masih datang ke sini?" ujar Martin.
" Aku ingin berbakti pada Ibu." Jawab Gladys.
" Tidak perlu!" tegas Olive segera menyelesaikan makanya dan pergi.
Martin pun juga segera menghabiskan makannya dan pergi.
Hanya tinggal Gladys seorang di meja makan yang tetap mengunyah makanannya sampai habis.
Dia bertahan untuk mempertahankan posisinya di kediaman Howard.
" Tidak mudah membujuk orang - orang Howard ini, tapi aku harus bertahan." ujar Gladys.
Sementara di negara X.
" Martin sudah ribut terus ingin menemui mu, besok dia akan datang." ujar Matthew.
" Wah akhirnya dia datang." ujar Seina senang.
" Kau lebih senang bertemu Martin ya?, dari pada aku?" ujar Matthew cemburu.
" Mana mungkin, bukankah dia juga bagian dari kita?" ujar Seina.
" Pokoknya kau tidak boleh berdekatan dengan Martin, kau harus menjaga jarak
satu meter, kau ingat itu Seina." tegas Matthew sambil memeluk Seina dengan posesif.
Hari-hari pemandangannya seperti ini terus, tuanku ini malah seperti ABG yang baru mengenal cinta.
Dalam hati Farid.
" Ya ya ya ... " Jawab Seina mengangguk.
" Tapi sayang, nanti bulan depan aku harus ke negara H, ada pekerjaan yang sangat penting, tapi aku janji akan datang lebih cepat, sebelum masuk bulan ke sembilan kehamilanmu." ujar Matthew tampak khawatir.
" Apa aku batalkan saja ya?" Gumam Matthew ragu.
" Jangan, aku tidak apa-apa Tuan, jangan seperti itu, pekerjaan itu penting, dan kan masih bulan depannya lagi aku lahirannya." ujar Seina.
" Baiklah, tapi kalau kau bilang tidak pergi, aku tidak pergi." ujar Matthew.
" Tuan harus pergi." jawab Seina tanpa ragu.
Seina tahu, Matthew adalah orang yang sangat sibuk.
Lagian juga sejak awal Seina juga tidak begitu berharap pada Matthew, karena manusia itu pasti berubah.
Dia tidak tahu apakah perasaan Matthew itu bisa bertahan lama dengannya atau hanya karena pelampiasan saja.
Keesokan harinya Martin tiba.
Martin langsung memeluk Seina dengan bahagia.
" Kau tidak boleh dekat seperti ini, kau tidak lihat perut Seina terhimpit." tegas Matthew cemburu.
" Apasih Kak, jangan lebay kenapa sih." ujar Martin tetap memeluk Seina.
" Terserah aku lah, bagaimana kabar ibu?" tanya Matthew.
" Dia sedang pusing karena Kudis berada di rumahnya menunggumu." jawab Martin.
" Begitu ya?, ya biarkan saja, aku bulan depan berangkat ke negara H, tugasmu menjaga Seina." ujar Matthew.
" Serahkan padaku!" ujar Martin semangat.
" Ingatlah untuk menjaga jarak!" tegas Matthew.
" Iya iya Kak." jawab Martin segera menjaga jarak aman.
" Martin, kebetulan Mona juga lagi memasak, kau istirahat saja dulu nanti makan siang bersama." Ujar Seina.
" Ok Cin." Martin segera masuk ke dalam dan mencari kamar kosong untuk istirahat.
".Saya menemukan mereka Bos, aku rasa itu benar orangnya sesuai informasi."
" Kau harus memantaunya dengan benar."
" Baik, keamanannya lumayan ketat jadi saya hanya bisa memantau dari jauh."
" Pokoknya jangan sampai lepas."
Panggilan pun berakhir.
" Pas sekali, kita mendapatkan rumah yang berhadapan, kalian harus memantau mereka dengan benar jangan sampai kecolongan, kita tidak boleh mengecewakan client ini."
"Baik!"
...----------------...
Satu bulan kemudian, Matthew pun berangkat ke negara H.
Matthew berkali - kali bertanya pada Seina, apakah tidak apa-apa dia berangkat.
Seina pun dengan tegas mengatakan hal yang sama tanpa ragu, akhirnya dengan berat hati Matthew pun berangkat bersama Farid.
" Martin, jangan keluar dari jangkauan, tempat ini paling aman." ujar Matthew.
" Baik kak." jawab Martin.
Matthew memeluk dan mencium Seina dan pergi.
" Kau tampak tenang Seina, apa kau tidak sedih kakak ku pergi jauh?" tanya Martin.
" Sedih, tapi dia kan Tuan Howard." jawab Seina segera masuk.
" Hem, kau cukup dewasa ketimbang umurmu." ujar Martin mengusap kepala Seina lembut.
" Jarak satu meter." ujar Mona mengingatkan.
" Mona apasih kamu itu, nyebelin banget deh." ujar Martin kesal dengan Mona yang sangat pro kakaknya.
Selama satu bulan itu Martin menemani Seina dan benar - benar tidak membawanya keluar sama sekali dari kediaman itu.
Dan setelah Gladys mengetahui di mana Matthew, Gladys segera menyusulnya ke negara H.
Gladys menunggu di depan tempat tinggal Matthew sampai malam.
" Tuan itu Nyonya Gladys." Ujar Farid menghentikan mobilnya.
" Sudah masuk saja, aku akan berbicara padanya." ujar Matthew.
Setelah masuk Matthew pun turun dari mobil, melihat Matthew turun dari mobil, Gladys langsung berlari memeluknya.
" Sayang, ... " Panggil Gladys dengan bersemangat.
" Ehm, siapa ya?" Matthew pura - pura tidak tahu.
" Aku istrimu Gladys, ini Karo operasi,wajahku berbeda." ujar Gladys tampak sedih.
" Syukurlah kalau kau sudah baikan, tolong lepaskan dulu, karena aku tidak terbiasa dengan wajah itu." Matthew melepaskan pelukan Gladys.
" Kenapa?, kan hanya wajahku yang berubah." ujar Gladys.
" Ya, masuklah dulu kita bicara pelan-pelan." ujar Matthew.
Matthew pun mendahului untuk masuk ke dalam rumah dan menjamu Gladys seperti tamu.
" Kita kan suami istri Sayang." ujar Gladys.
" Ehm, hanya status untuk saat ini." ujar Matthew.
" Apa?, kau mau membuang aku begitu saja?" ujar Gladys tak terima.
" Ehmm, kau lihat ini dulu, dan aku minta penjelasanmu, tolong Farid." pinta Matthew.
Farid memberikan sebuah berkas pada Gladys, Gladys pun membacanya.
" Surat Cerai?, tidak aku tidak mau!" Gladys sangat terkejut.
" Dan baca ini, untung mempertimbangkan semuanya." ujar Matthew memberikan. Berkas lagi pada Gladys.
" Bagaimana bisa?, tidak ini semua fitnah." ujar Gladys langsung menyangkalnya.
" Dokter yang menangani ini sudah berada dalam penjara, jadi jika kau mau masuk penjara karena membunuh anak kita dengan sengaja, kau tidak usah menandatangani surat cerai kita." tegas Matthew.
" Tapi anak kita cacat, itu tidak mungkin kau pasti akan malu dan lagi ibumu, aku juga tidak mau punya anak cacat!" teriak Gladys.
" Baik aku akan memaafkannya karena itu sudah berlalu, dan kau cukup menderita, tapi kau tidak bisa lagi menjadi nyonya Howard lagi." tegas Matthew.
" Bagaimana bisa kau jahat padaku Matthew, kita hidup bersama bukan hanya sehari dua hari, kenapa setelah anak itu datang kau berubah, aku tahu dia bisa melahirkan anakmu dengan baik, tapi buka ini kan seharusnya yang terjadi, aku sudah mengalah membawanya masuk ke dalam rumah tangga kita." ujar Gladys menangis sesenggukan, seakan tidak terima dan merasa semua tidak adil.
" Aku menutup mata pada semua hal yang kau lakukan selama ini Gladys, aku sebenarnya sudah tertarik dengan Seina sejak pertama dia kau kenalkan padaku, bagaimana pun aku ini seorang pria normal, disuguhkan gadis cantik, masih muda dan mau mengandung anakku dengan suka rela demi bisa membantu orang banyak yang sedang dalam kesulitan, siap yang tidak jatuh hati dengan anak seperti itu?, tapi aku tidak mau menyakiti hatimu, aku menahan diri untuk tidak terlibat, tapi kenapa kau masih menyakiti anak yang rela mengandung anak kita?, apa salahnya?, dimana hati nuranimu?, lalu kau juga terlibat perselingkuhan dengan suami orang, lalu kau mengatakan ini tidak adil?, tidak adil dimananya?" ujar Matthew.
" Aku salah aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, aku tidak mau bercerai!" tegas Gladys.
" Tidak aku tidak bisa mempertahankan ini lagi, jadi tandatangani itu, aku akan memberikan seperempat kekayaanku padamu, dan kau tidak akan kekurangan apapun, tapi kalau kau tidak mau maka terpaksa aku akan membawamu dengan banyak bukti dan kau akan di penjara." tegas Matthew.
Sial, benar - benar tidak ada jalan untukku.
Dalam hati Gladys.