Diambil dari cerita weton Jawa yang populer, dimana seseorang yang lahir di hari tersebut memiliki keistimewaan di luar nalar.
Penampilannya, sikapnya, serta daya tarik yang tidak dimiliki oleh weton-weton yang lain. Keberuntungan tidak selalu menghampirinya. Ujiannya tak main-main, orang tua dan cinta adalah sosok yang menguras hati dan airmata nya.
Tak cukup sampai di situ, banyaknya tekanan membuat hidupnya terasa mengambang, raganya di dunia, namun sebagian jiwanya seperti mengambang, berkelana entahlah kemana.
Makhluk ghaib tak jauh-jauh darinya, ada yang menyukai, ada juga yang membenci.
Semua itu tidak akan berhenti kecuali Wage sudah dewasa lahir batin, matang dalam segala hal. Dia akan menjadi sosok yang kuat, bahkan makhluk halus pun enggan melawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bos Baru
Malam berlalu dengan amarah yang terpendam, tidurnya gelisah meredam amarah sendiri, tidak terhitung berapa kali membalikkan badan, hingga terlelap ketika subuh menjelang.
Buk! Minta uang."
Wulan membuka mata, menatap adik laki-laki satu-satunya itu pulang subuh langsung minta uang.
"Tidak ada. Uang ibu habis untuk berobat bapakmu." jawab Ratih.
"Bohong, ibu masih punya simpanan. Waktu syukuran Mbak Wulan saja uang ibu banyak, tapi selalu bilang tidak punya uang." Jaka menggerutu.
"Kali ini benar-benar tidak punya. Panen satu bulan lagi, sedangkan padi gagal karena banyak tikus." jelas Ratih, sesekali menghela nafas kesal, Jaka memaksa.
"Ibu selalu seperti itu, pilih kasih!"
Jaka merajuk, masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu dengan kasar.
Sudahlah semalam tidak bisa tidur, subuh hari sudah mendengar keributan Jaka. Satu lagi, Ratih tidak memarahinya. Wulan kesal sendiri melihatnya.
"Bu, harusnya lebih tegas terhadap Jaka." ucap Wulan, bangun dari tidurnya yang tak nyaman.
"Sudah, tapi tetap seperti itu " jawab Ratih.
"Di marahi juga tidak apa-apa Bu, kalau sudah besar terus bersikap seperti itu, apa jadinya setelah berkeluarga. Bisa-bisa, hancur." omel Wulan.
"Aku cuma minta uang, kenapa ibu harus memarahi aku." kesal Jaka, dia keluar lagi membawa tas berisi pakaian. Sudah pasti kelayapan lagi.
"Jaka! Sebaiknya kamu diam di rumah, bantu merawat bapak. Ibu harus ke ladang, aku juga butuh bantuan." tegas Wulan.
Jaka menoleh, matanya menyorot tajam. "Gunanya Mbak Wulan apa?" ucapnya.
"Gunanya Mbak ya mengurus bapak dan ibu, tapi tidak hanya aku, kamu juga anaknya bapak dan ibu!" kesal Wulan.
"Mbak saja, aku ada urusan!" mendengus.
"Urusan apa yang lebih penting daripada Bapak, hah? Kamu sudah dewasa Jaka. Membantu ibu di ladang, kebun sayur kan bisa! Jangan hanya bersenang-senang tapi tidak berpenghasilan!" teriak Wulan.
"Ya! Aku memang belum berpenghasilan, Mbak tidak usah sombong karena pernah bekerja dan membantu ibu."
"Jaka! Bisa tidak otakmu berpikir jernih! Jangan seperti anak kecil!" teriak Wulan lagi.
"Tidak usah berteriak Mbak! Aku tidak tuli!" teriak Jaka.
"Kamu tidak tuli, tapi sikapmu keterlaluan. Bisa tidak_"
"Tidak bisa Mbak. Kalau mau bikin ribut, lebih baik pergi saja. Tidak usah pulang ke sini lagi!"
Wulan naik pitam, meraih mangkok plastik yang sudah kosong, melemparkan kepada Jaka, tepat mengenai dadanya.
"Kamu!" Jaka mengangkat tangannya ingin memukul!"
"Sudah! Sudah! Jangan bertengkar!" Ratih datang melerai.
"Dia Buk!" tunjuk Jaka.
"Kamu lah!" marah Wulan pula.
"Wulan! Sudah, cukup." tegur Rudy.
"Tapi Pak!"
"Jangan terlalu keras sama adikmu."
Ya sudah lah. Jaka tidak boleh di marahi, salahnya tidak masalah bagi Rudy. Rasanya, ingin berbuat salah juga, dan melihat bagaimana reaksinya ayahnya. Wulan pergi ke dapur meninggalkan mereka.
"Assalamualaikum Lan!" teriakan sang sahabat terdengar diambang pintu. Gadis berkerudung panjang itu masuk membawa oleh-oleh untuk Rudy.
"Wa'alaikum salam."Wulan baru saja selesai masak, Bara pun sudah berangkat. Wulan menyambut Yanti.
"Syukurlah paman sudah sembuh." ucap Yanti.
Sembuhnya tapi tidak bisa seperti sedia kala. Rudy mengalami kelumpuhan sementara karena sempat mengalami panas tinggi melebihi orang demam pada umumnya. Santet pemicunya, tapi respon tubuh tetap mendapatkan resikonya.
Dalam ilmu medis, itu demam di sertai virus, dan di sambangi stress yang berat sehingga mengakibatkan tekanan darah naik hingga stroke ringan. Tapi dalam dunia perdukunan, sihir yang halus bekerja menggangu pikiran mengakibatkan halusinasi yang berat dan tekanan, sehingga efeknya nyata. Mengerikan, aneh dan sulit di cerna nalar manusia.
Kata Rudy, dia bermimpi di siksa makhluk menyeramkan, dia di panggang diatas bara api.
"Lan, Bos Edy memintamu datang. Dia menawarkan kembali bekerja tapi di pusat kota. Katanya di sana gajinya besar, dan kamu sudah berpengalaman." kata Yanti.
Wulan tampak berpikir, kalau dia masih gadis, tentu dia ingin sekali bekerja dengan gaji tinggi. Tapi saat ini dia telah menikah.
"Aku minta izin Mas Bara dulu Yan." jawab Wulan.
Yanti pun mengangguk, membenarkan jawaban sahabatnya itu. Dia juga memberi tahu kalau Usman sudah mendingan, tidak mengamuk lagi, tapi sering mengamati konter tempat mereka bekerja dari kejauhan. Itu pula sebab Bos Edy itu menyarankan Wulan bekerja di pusat kota saja. Posisinya juga bagus, ada dua pegawai lainnya akan membantu Wulan di sana.
Setelah berdiskusi dan merayu Bara, Wulan diizinkan bekerja karena tempat barunya itu tidaklah jauh dari proyek Bara saat ini. Sebelumnya Bara melarang karena saat ini Wulan sedang hamil. Tapi Wulan meyakinkannya, kalau lelah, bisa berhenti saja.
Wulan senang bukan kepalang, niatnya ingin membantu orang tua yang pastinya butuh uang. Rudy sakit lumpuh entah sampai kapan, Ratih sendirian mana sanggup mengurus semua perkebunan. Walaupun Bara bertanggung jawab, tapi beban keluarga tidak mungkin ia serahkan semuanya. Itu pemikiran Wulan, beda lagi pemikiran suaminya.
Bara mengizinkannya agar Wulan melupakan segala tentang Arif yang terus menggangu.
"Lan, mau bareng aku apa diantar suamimu?" tanya Yanti, pagi itu dia menghampiri Wulan setelah mendengar kabar bahwa Bara menyetujui dia bekerja.
"Mau bareng, tapi diantar Mas Bara juga." jawab Wulan, dia tersenyum menggoda Yanti.
"Ya udah, aku di belakang saja jadi obat nyamuk." kata Yanti, bibirnya meleyot kesal.
Wulan terkekeh, pun dengan Bara. Hanya Yanti yang bisa di percaya dan terlihat jujur di matanya.
Sampailah mereka di konter lama, Bara pun ikut turun untuk memastikan info akan bekerja itu benar-benar ada.
"Kami meminta Wulan kembali bekerja tapi tapi tidak di sini. Mengingat kemarin itu cukup menghebohkan. Kami meminta Wulan bekerja di pusat kota. Biaya transportasi kami tanggung, gajinya juga lebih tinggi, karena pengalaman kerja Wulan sudah tujuh tahunan." jelas Bos Edy, orang kepercayaan pemilik konter tersebut.
"Aku bekerja tidak jauh dari sana. Semua terserah Wulan." jawab Bara, seperti biasa, malas berbasa-basi.
"Pak, sebenarnya aku lebih ingin bekerja di sini, bersama Yanti." ucap Wulan. Dia menautkan tangannya, takut salah.
Pak Edy mengetik sesuatu di dalam handphonenya, kemudian kembali berbicara kepada Wulan. Kalau begitu kamu bicarakan langsung sama atasanmu di sana. Kebetulan dia yang mengurusnya. Yanti, boleh ikut, menemani Wulan ke kota hari ini." jawab Bos Edy.
Mereka berempat pergi ke pusat kota yang berjarak 30 menit, tapi di sana tentu lebih ramai.
"Dek, Mas sudah hampir telat. Kalau sudah selesai atau ada sesuatu kamu telepon saja." ucap Bara, setelah berhenti di depan toko yang di tuju. Dia melirik Yanti, menitipkan Wulan.
"Tenang saja, aku jagain Wulan, lagipula aku sudah janji menemani istri Mas Bara seng ayu dewe iki." goda Yanti.
Bara tersenyum tipis, kemudian berangkat bekerja.
"Lan, Yanti. Masuk!" titah Bos Edy, sepertinya bos baru mereka ini sangat sombong sampai harus masuk ke dalam sana, di ruangan khusus seperti bos-bos besar pemilik perusahaan. Wulan dan Yanti berpikiran hal yang sama.
"Tampangnya kaya apa sih? Udah tuir kali ya?" bisik Yanti.
Wulan menyikut lengan Yanti, memintanya diam. "Mungkin. Bos besar yang ngasih kita gaji." bisik Wulan pula.
Seketika Yanti bungkam. Hilang pekerjaan bisa bikin gila betulan, seperti Usman.
"Ko, ini orangnya sudah datang." ucap Bos Edy, kemudian membuka pintu lebar-lebar meminta Wulan dan Yanti masuk.
Mereka pun masuk, tapi dugaan Wulan dan Yanti meleset jauh. Orang di dalam ruangan itu bukanlah pria tua yang berkumis panjang, khas orang cina. Tapi seorang laki-laki muda, putih, bersih, matanya tajam, bibirnya merah, alisnya tebal dan hitam, hidungnya mancung, rahangnya tegas, ganteng bukan main.
"Subhanallah...." gumam Yanti sampai tidak berkedip.
Berbeda dengan Wulan, langsung membungkukkan badannya sedikit, dan tersenyum tipis.
"Ternyata kamu, orang yang sudah membuat kacau konter Naga." pria itu mengangguk-anggukkan kepala, mengamati Wulan dari ujung kepala hingga kaki.
Wulan pun menunduk, begitu pun dengan Yanti dan Bos Edy.
mau bersama Bara atau Dion
sebelum sesal datang
lakukan yg terbaik menurut mu Wulan
jgn terlalu keras kepala
ini alurnya nyeritain mundur ya kk
kan awal mula itu pria datang ke dukun minta cwek itu hnya meliriknya sdgkan cwek itu udh pnya suami jd mgkin ini dion kah org itu kk
🤔🤔
bukan begitu 🙈🙈
kan sdh Hamill
🤣
apakah Koko yg telat mengungkap perasaan ke wulan
tapi saling tersakiti oleh keadaan
korban dari keegoisan pak Setyo
Bara dan Arif sifat nya condong ke Bu Ratna...
lebih berakhlak ...
mungkin bu Ratna yg mengubah watak buruk pak Setyo mnjdi manusia yg baik
cinta itu memang buta bara, tak peduli saudara ,orangtua dan yang lainnya
asal bisa memiliki merasa menang,padahal bukan ajang pertempuran.
kini penyesalan menggelayut dalam dada, hati terasa teriris sembilu, kala kata demi kata seolah menggambarkan kepedihan...
berdamai lah dengan keadaan ,hati dan pikiran ....
berjuang menggapai masa depan yang lebih baik lagi, penuh kebahagiaan dan berjuang bersama ....bangkit dari keterpurukan rasa
saiki wis marem kw yum wis reti spo dalange sing mareni arif ..
tus nek misal kw dadi bara kw kudu oiye jal 😔
kamu juga terlalu keras kepala...
jaga hati yg sdh dimiliki ,
terlalu rumit tapi
jgn korban kan rumah tangga mu demi masalalu ,apalagi sdh ada calon bayii
semoga kebahagiaan mengiringi kehidupan mu dan bara
kiro2 oiye buu @⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ