NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taktik Kotor

Nyonya Sinta mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi seseorang di Indonesia, memberikan instruksi rahasia untuk menemukan 'mahasiswa Asia Tenggara di Waseda yang bisa dibayar untuk menjadi mata-mata. Rencana B Juragan Darmo adalah memutuskan akar Cia di desa, sementara rencana B Nyonya Sinta adalah meracuni ketenangan Cia di Tokyo.

**************

Pagi itu, suasana di desa Swadaya sedikit berbeda. Dia warung kopi dekat balai desa, para bapak-bapak berbisik-bisik, membicarakan kabar tentang gugatan tanah Juragan Darmo terhadap keluarga Ayah Beny. Mereka tahu ini bukan sekedar sengketa batas, melainkan permainan kekuasaan.

Di tengah kelebihan itu sebuah mobil sedan hitam mengkilap, yang sangat mencolok di jalanan desa, tiba di depan rumah Ayah Beny. Dari dalamnya, turun dua pria berhasil rapi membawa tas kerja kulit, salah satunya adalah Pak Suryo, kepala tim pengacara yang dikirim oleh Pak Hartono.

Ayah Beny dan Ibu Marni, yang sudah menunggu dengan cemas, menyambut mereka. Tak lama kemudian, Pak Lurah Hadi juga tiba, sengaja datang untuk menunjukkan dukungan resminya.

"Selamat pagi, Pak Beny, Bu Marni. Saya Suryo, dari Tim Hukum Bapak Hartono Arsyan. Kami disini untuk menyelesaikan masalah ini, sampai tuntas," kata Pak Suryo dengan nada tenang, namun meyakinkan, menjabat tangan Ayah Beny.

Pertemuan pun segera di mulai di ruang tamu sederhana Ayah Beny. Pak Suryo menyimak cerita dari Ayah Beny dan menganalisis surat gugatan dari Juragan Darmo.

"Surat ini tipikal, Pak Beny. Mereka menggunakan celah dari dokumen lama yang sengaja dibuat ambigu dibagian batas. Tapi tenang saja kami punya cara untuk mematahkannya," Jelas Pak Suryo.

Pak Lurah Hadi mengangguk. "Saya sudah menanggapi surat dari Juragan Darmo, dan menunda batas waktu pengosongan. Besok, Tim dari kecamatan akan datang untuk pengukuran ulang tanah secara resmi. Saya pastikan tidak ada staf desa yang berani bermain-main di belakang saya."

"Bagus, Pak Lurah. Kami akan mendampingi pengukuran itu dan membawa ahli agraria kami sendiri. Kami akan menunjukkan bahwa kekuatan hukum kami lebih solid dari pada koneksi kotor Juragan Darmo," tambah Pak Suryo, sambil mengeluarkan berkas-berkas dari tasnya. "Tugas kalian hanya satu, Pak Beny dan Bu Marni: tetap tenang dan fokus pada kehidupan kalian. Biarkan kami yang menghadapi Juragan Darmo di medan perang hukum."

Ayah Beny merasa beban berat di pundaknya sedikit terangkat. Dukungan dari Juna melalui keluarganya, terasa seperti benteng yang tak terduga.

*********

Di Tokyo, Cia kembali tenggelam dalam rutinitasnya. Pikirannya kini benar-benar terfokus pada kuliah. Dia belajar dengan Akari di perpustakaan setiap malam.dan berhasil mendapatkan nilai bagus pada kuis pertamanya. Keberaniannya menolak Dani, justru memberinya kekuatan.

Juna dan Cia hanya bertukar pesan singkat yang penuh dukungan, menjaga janji mereka untuk tetap fokus pada tujuan masing-masing. Juna hanya bertanya tentang kuliah Cia, tidak pernah menyinggung kesulitan di desa.

Siang itu Akari dan Cia sedang menikmati Matcha latihan di sebuah kafe dekat kampus.

"Kamu terlihat jauh lebih tenang, Cia-san. Seperti kamu.sudah menemukan kesimbanganmu," komentar Akari.

Cia tersenyum, Aku menemukan akarku, Akari-san. Aku tahu kenapa aku disini, dan aku tahu siapa yang menungguku. Jadi tidak ada yang bisa menggangguku lagi."

Di sudut Cafe yang lain, duduk seorang pria muda dengan hoodie gelap, berpura-pura membaca buku tebal berbahasa Jepang. Ia adalah Aldi, mahasiswa Indonesia di salah satu program pertukaran pelajar di Tokyo, yang diam-diam di sewa oleh Nyonya Sinta. melalui perantara.

Aldi sudah mengamati Cia selama dua hari. "Cia dan temannya orang Jepang itu sangat akrab. Mereka terlihat bahagia dan gak stres sama sekali," Aldi mengetik pesan itu di ponselnya lalu di kirim ke 'kontak Nyonya.'

Sedangkan Nyonya Sinta dan Dani baru saja selesai chek out dari hotel bintang Lima di shinjiku tempat mereka nginap beberapa hari ini. Tiba-tiba ponselnya bergetar, Nyonya Sinta mengambil ponsel dari dalam tas tentangnya dan melihat notifikasi dari 'perantara'. Dia membaca laporan Aldi.

"Dia bahagia? Dia tidak tertekan?" gerutu Nyonya Sinta, raut wajahnya kembali gelap. "Gadis itu benar-benar harus tahu diri."

Nyonya Sinta segera membalas pesan Aldi melalui perantara yang ada di Jakarta: "Suruh anak itu (Aldi) tidak hany mengawasi. Dia harus mencari cara untuk merusak fokusnya. Buat masalah kecil, menyebarkan gosip, atau membuat Cia merasa tidak nyaman di lingkungan kampusnya. Pastikan dia tidak pernah merasa tenang. Tingkatkan bayarannya."

Setelah itu Nyonya Sinta menyimpan ponselnya dengan senyum puas. "Kita lihat berapa lama.kamu akan memperlihatkan ketenanganmu, Cia. Kalo kami gak bisa membawamu pulang, kami akan membuatmu tidak betah sana."

Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan hotel mewah itu menggunakan mobil mewah yang disewa Nyonya Sinta.

**********

Di desa Swadaya, Ayah Beny merasa tenang karena ada tim hukum Juna yang melindunginya. Sementara itu, di Tokyo, Juna gak tahu kalo ada bahaya baru yang mengintai Cia. Aldi sang mata-mata, baru saja menerima instruksi baru untuk memulai aksinya.

Aldi menerima instruksi baru dengan kenaikan bayaran yang menggiurkan. Tugas awalnya yang cuma mengamati berubah menjadi pembuat kekacauan kecil.

Keesokan harinya, Aldi, mengenakan jaket universitasnya, kemudian dia duduk di lobi Internasional Student Center. Dia melihat Cia memasuki lobi, terlihat segar dan bersemangat. Aldi tahu, dia harus beraksi cepat, menggunakan jaringan mahasiswa Indonesia di Tokyo.

Ia mendekati sekelompok mahasiswa Indonesia yang sedang berkumpul. Beberapa di antaranya dia kenal dari acara PPI (Persatuan Pelajar Indonesia).

"Hei, sudah dengar kabar?" Aldi memulai aksinya dengan suara rendah dan rahasia.

"Kabar apa, Di?" tanya seorang mahasiswi bernama Vina.

"Itu, mahasiswi baru yang dapat beasiswa dari desa, namanya Gracia alias Cia. Katanya ia seorang anak petani kerasukan setan yang kaya mendadak," bisik Aldi, memastikan kata-katanya terdengar seperti rumor yang tidak ingin ia sebarkan, padahal memang dia sengaja mau menyebarkan fitnah.

Vina mengerutkan dahi, "Maksudmu, Cia yang beasiswa itu? Dia terlihat cerdas.dan ramah, kok."

"Iya, memang ramah, tapi aku dengar, dia disini bukan cuma buat belajar. Dia dikejar-kejar oleh pengusaha kaya di Indonesia, sampai pengusaha itu nekat menyusulnya ke Tokyo, pakai pesawat kelas satu lho," kata Aldi dengan prihatin palsu. "Dia bilang sih, itu calon suaminya, tapi ada yang bilang dia hanya memanfaatkan laki-laki itu untuk membiayai gaya hidupnya.di sini."

Aldi tahu, bahwa gosip adalah virus yang paling cepat menyebar. Dia sengaja mencampur fakta dan fitnah, dan menyebarkannya di lingkungan kecil mahasiswa Indonesia.

"Masa sih, tapi yang aku lihat gaya hidupnya disini biasa aja tuh. Gak ada yang berlebihan," kata vina kurang percaya. Tapi ada beberapa mahasiswa yang mulai termakan fitnahnya Aldi.

Beberapa hari kemudian, Cia merasakan perubahan. Saat ia berjalan di koridor, ia mendapati beberapa mahasiswa Indonesia saling berbisik sambil melirik ke arahnya. Di kafetaria ia mendengar samar-samar kata 'pengusaha' dan 'kelas satu' saat ia lewat.

Cia mencoba mengabaikannya, tetapi lama-kelamaan itu mengganggu. Puncaknya adalah ketika seorang mahasiswa Indonesia yang tidak ia kenal tiba-tiba bertanya, "Cia, apa benar kamu disini dibiayai oleh seorang pengusaha yang terobsesi padamu? Aku dengar ia bahkan datang ke asramamu."

Wajah Cia memerah. Ia merasa privasinya diusir secara ekstrem. Ia tahu ini pasti ulah Dani dan Ibunya, yang ingin merusak reputasinya.

Malam itu, Cia menceritakan kegelisahannya pada Akari saat mereka belajar bersama di asrama.

"Aku tidak peduli dengan Dani, Akari-san. Tapi kenapa gosip ini bisa menyebar di kalangan mahasiswa Indonesia? Aku merasa tidak nyaman dan terancam," keluh Cia, sambil memijat pelipisnya yang mendadak pusing.

Akari mendengarkan dengan penuh perhatian. "Itu adalah taktik kotor, cia-san. Mereka tidak bisa menjatuhkanmu secara langsung, jadi mereka mencoba merusak jaringan dan kepercayaanmu. Tapi kamu jangan panik. Tetap fokus pada apa yang penting. Buktikan kalo mereka salah jika menilainya seperti itu."

Namun, Cia sulit untuk menenangkan pikirannya. Konsentrasinya pecah. Setiap kali dia melihat ponselnya, ia takut akan ada gosip baru. Ia bahkan ragu untuk mengikuti pertemuan PPI berikutnya. Nyonya Sinta berhasil meracuni ketenangan Cia, persis seperti yang ia rencanakan.

Bersambung.....

1
Alana kalista
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!