Hanya cerita fiksi‼️
Seorang wanita solehah bertemu dengan pria arogan pemaksa?.
Pria dengan sejuta pesonanya tapi dibalik wajahnya yang tampan terdapat sifat pemaksa, posesif dan bahkan pemarah.
"you are mine"
Dan sialnya pria itu adalah putra tunggal dari keluarga billionaire yang perintahnya tidak bisa di bantah siapapun.
Semua kemauan pria itu harus terpenuhi!.
Happy reading:)
Guys kalau ada kata-kata yang salah atau kalimat apapun itu. Komen ya karena aku juga baru belajar hehe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blursky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sore Hari Dibalkon Kamar
Sorak-sorak terdengar sirkuit resmi balap motor terkenal di New York, banyak motor sport berjejeran sepanjang area. Orang-orang bercengkrama, wanita-wanita mengunakan baju ketat diatas lutut. Angin sore berhembus membuat rambut pria yang sedang menempelkan benda pipih ditelinganya itu berterbangan sampai menutupi alisnya. Membuat para wanita yang melihatnya mengigit jari mereka sendiri, pria itu tidak pernah mempan dengan rayuan apapun. Sekali tatapan tajam yang dikeluarkannya membuat para wanita itu mundur teratur.
"Aku mengerti, hati-hati dan kau harus berada dimansion sebelum aku kembali, mengerti?." Ucapnya pada seseorang diseberang telepon.
Setelah mendengar jawaban yang bisa melegakan hatinya, ia menutup teleponnya lalu menyimpan ponselnya disaku jaket yang ia kenakan.
"Bos."
"Selesaikan ini secepatnya aku tidak mau berurusan dengan ini lagi, Dara pasti tidak akan menyukainya." Ucap Ellard lalu berjalan kearah motor sport hitam yang disiapkan khusus untuknya.
"Ell Lo yakin? paman Darren melarangmu menggunakan motor bukan?." Ucap Frank memegang bahu kiri Ellard.
"Darren hanya bilang untuk tidak mengendarai motor kesekolah." Jawab Ellard lalu mulai menaiki motor sportnya.
Frank berdecak lalu berjalan menepi setelah mendengar suara jika balapan akan segera dimulai.
Brum....Brum....Brum..
******
"Seperti biasa tuan muda yang menang." Ucap seorang pria sambil menyenderkan kedua tangannya diatas helm yang ia letakkan diatas motornya.
Ellard tersenyum tipis lalu turun dari motornya dan mengambil rokok yang disodorkan untuknya.
"Ini yang terakhir kalinya untukku." Ucap Ellard sembari mematik korek apinya.
"Maksudnya bos?." Ucap binggung semua orang langsung berjalan mendekat kearah Ellard.
"Aku tidak akan mengikuti balapan lagi." Jawab Ellard lalu menghisap rokoknya.
Terdengar suara riuh orang-orang yang tidak terima dengan perkataan Ellard. Mereka saling bertanya apa alasan Ellard melakukan itu.
"Tuan muda apa ada yang menganggu mu disini?." Ucap seorang pria dari arah belakang membuat semua orang menyingkir memberi jalan untuknya.
"Aku tidak sepengecut itu hanya karena ada yang menganggu diriku. Aku selalu mempunyai alasan untuk melakukan apapun."
"Aku mengerti tuan muda dan aku tidak bisa menghentikan keputusan yang akan anda ambil."
"Apa anda ingin ke Bar?." Tanyanya lagi.
"Tidak, aku ada urusan yang lebih penting." Ucap Ellard lalu membuang puntung rokoknya kemudian berjalan kearah motor sportnya.
Mereka semua melihat kepergian Ellard dengan wajah tidak rela. Bagaimanapun juga tuan muda Walton itu sudah bersama mereka sejak tiga tahun terakhir. Apalagi para wanita mereka langsung menunjukkan wajah muram dan kesalnya. Saat Ellard ada mereka bahkan tidak bisa hanya untuk sekedar bertegur sapa apalagi jika pria itu tidak datang lagi kesini, pikir mereka semua.
Pria itu melihat kepergian Ellard lalu berjalan kearah mobilnya.
"Kau mau kemana?." Tanya Lay berlari mengikuti pria yang sedang membuka mobilnya.
"Bar." Jawabnya lalu masuk kedalam.
"Ck, aku ikut." Ucap Lay lalu membuka pintu belakang mobil.
"Kau ikut tidak Frank?." Teriak Lay.
Frank berjalan kearah Lay lalu masuk kedalam mobil, membuat seorang pria yang berada didalamnya mendengus kesal.
"Aku belum mengijinkan kalian masuk kedalam mobil!."
"Oh ayolah kita satu tujuan." Ucap Lay.
"Lalu motor kalian?."
"Biar mereka saja yang membawa." Jawab Frank melirik keluar kaca, melihat orang-orang yang masih mengerumun disana.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya lalu mulai menjalankan mobilnya pergi dari area sirkuit balap motor, miliknya.
*****
Ellard mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi, melaju kencang dijalanan padat kota New York.
Dua puluh menit berlalu akhirnya Ellard sampai di depan gerbang mansion Walton, penjaga yang melihatnya dari kejauhan langsung membuka gerbangnya lebar-lebar.
"Tuan muda." Sapa Adam saat melihat Ellard masuk kedalam, Ellard tidak langsung menjawabnya bola mata pria itu memutari seluruh penjuru lantai satu mansion.
"Dimana Dara?." Tanya Ellard.
"Nona berada dikamar sejak pulang sekolah tadi."
"Apa ada yang kurang?."
"Maaf?." Tanya Adam bingung, apa yang kurang? tanyanya lagi dalam hati.
"Ck, apa Dara pulang dengan selamat? anggota tubuhnya tidak ada yang kurang bukan? tergores atau lecet?." Tanya Ellard akhirnya.
"Tidak tuan muda, semuanya lengkap." Jawab Adam.
"Baguslah, tubuh itu milikku jangan sampai ada luka sedikitpun." Ucapnya sambil berjalan kearah lift.
****
Ceklek
Ellard masuk kedalam kamar ia mengerutkan keningnya saat tidak melihat Dara didalam.
"Dara." Panggil Ellard menelusuri kamarnya.
"Dar-." Ucapannya terhenti saat melihat dari pintu kaca penghubung balkon dan kamarnya, terlihat seorang gadis berhijab sedang duduk sambil membaca sebuah buku ditangannya.
Pria itu tersenyum tipis saat melihat pemandangan didepannya, Dara adalah satu-satunya wanita yang bisa membuat jantungnya berdebar kencang. Gadis itu memiliki hal yang membuatnya berbeda dengan wanita-wanita lain. Pertama bertemu dengannya, gadis itu langsung bisa menggetarkan hati yang semula mati.
Cinta? ia merasa mustahil jika hal itu ada, dirinya tidak pernah mengenalnya sebelumnya. Dan sekarang dirinya sendiri merasakannya berjauhan rasanya menyiksa dan berdekatan rasanya sangat candu. Dirinya pernah mendengar jika cinta adalah sebuah kebahagiaan dan juga kesedihan yang besar. Jika kita jatuh cinta itu artinya kita siap dengan kesedihan yang akan datang. Tapi semoga itu tidak terjadi dengannya, dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika kehilangan orang yang berhasil mengukir tempat dihatinya, semoga!.
Ellard berjalan kearah balkon kamarnya senyumnya semakin melebar saat melihat kerutan di kening Dara. Terlihat gadis itu sedang bingung dengan materi yang ia dibaca.
"Kau sibuk." Ucap Ell membuat Dara menjatuhkan bukunya terkejut.
"Ellard." Ucap Dara sambil berdiri dari duduknya.
"Ada apa?." Tanya Ellard lalu membungkuk mengambil buku bertuliskan Biologi dilantai.
"Tidak apa-apa." Jawab Dara sambil menggelengkan kepalanya, ia melihat penampilan Ellard. Baru saja beberapa hari ini ia melihat tampilan Ellard yang rapi dan yang dia lihat ini?. Seragam dikeluarkan, lengan digulung sampai kesiku, tiga kancing baju atas terbuka dan rambutnya berantakan.
Ellard meletakkan bukunya dimeja kemudian duduk dikursi lalu menarik tangan Dara menyuruhnya duduk diatas pangkuannya.
"Ellard." Pekik Dara saat tubuhnya jatuh keatas paha pria itu.
"Sayang." Ucap Ellard sambil menyenderkan kepalanya dipundak Dara sedangkan kedua tangannya melingkar ditubuh gadisnya memeluknya erat.
"A-apa?."
"Panggil aku sayang mulai sekarang, itu bagus bukan?." Tanya Ellard masih dengan posisinya tadi.
"H-hah?."
"Cepat sayang."
"Emm." Dara seperti ragu untuk mengucapkannya.
"Sayang." Ucapnya pelan sambil mencoba menormalkan kembali detak jantungnya yang entah kenapa berdetak sangat cepat.
Ellard yang mendengarnya langsung mempererat pelukannya, hatinya tiba-tiba menghangat setelah mendengar ucapan Dara. Walaupun ia terkesan memaksa tapi itu tidak penting untuknya, yang jelas sekarang Dara adalah gadisnya, wanita ini adalah istrinya. Tidak ada yang bisa mengambilnya, dan ia tidak akan mengijinkan seseorang mencoba merebutnya. Bahkan jika itu kemauan gadisnya sendiri dirinya akan tetap mengikat Dara disampingnya.
Ellard mendongakkan kepalanya lalu menarik kepala Dara untuk mendekat kearah wajahnya. Dirinya langsung menempelkan bibirnya dibibir Dara, tidak ada respon balasan dari gadis itu. Ellard tidak mempedulikannya, pria itu tetap membungkam bibir Dara mengunakan bibirnya dengan waktu yang lama.
Setelah merasa Dara semakin mempererat cengkraman tangannya dibaju seragamnya, ia langsung melepaskan ciumannya.
Ellard tersenyum saat melihat wajah merah Dara, gadis itu sedang mengambil udara di sekitarnya dengan cepat.
"Mau lagi, sayang?." Tanya Ellard.
"T-tidak." Jawab Dara memalingkan wajahnya yang memerah.
Ellard kembali menyenderkan kepalanya dipundak Dara dan mempererat pelukannya sedangkan Dara memejamkan matanya saat deru nafas pria itu sampai kewajahnya. Aroma mint dari mulut Ellard membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.
Dua insan itu saling menghabiskan waktunya dalam diam. Di balkon kamar mereka ditemani cahaya sinar emas dari matahari yang perlahan mulai meredup. Dara melihat dengan jelas saat-saat matahari itu tengelam digantikan dengan gelapnya malam. Sudah cukup lama juga dirinya tidak melihat sunset, banyak bangunan yang menjulang tinggi membuatnya tidak bisa melihat indahnya matahari terbenam. Jika didesanya bahkan tanpa berpergian jauh pun ia sudah bisa melihat matahari terbenam. Dengan pesona alam dan sawah-sawah yang membuatnya lebih indah untuk dilihat dan dirasakan. Ah ia jadi merindukan kampung halamannya, pikir Dara lalu tersenyum kecil.
Ponsel di saku celana Ellard membuat pria itu berdecak kesal lalu merogoh sakunya.
"Jangan coba-coba berdiri, Dara." Ucap Ellard saat merasa Dara ingin pergi dari pangkuannya.
Sedangkan Dara yang perbuatannya sudah ketauan lalu hanya diam pasrah apalagi saat tangan Ellard menarik kepalanya untuk bersender didada bidangnya.
"Menganggu sekali." Ucap Ellard kesal lalu mengangkat panggilan teleponnya.
"Ada apa?." Tanyanya malas.
"Apa kau sedang bersama Darren?." Tanya pria di sebrang sana.
"Kenapa tanya padaku? kau pikir aku asisten pribadinya? aku tidak tau pria tua itu ada dimana." Jawab Ellard malas.
"Kau kan anaknya! aku sudah menelfonya beberapa kali tidak ada jawaban."
"Ken?."
"Asisten kaku itu juga tidak bisa dihubungi dia selalu mematikan panggilan telepon dariku." Ucapnya diseberang sana dengan nada kesal.
"Aku tidak tau dimana dia, pria tua itu akhir-akhir ini juga tidak pernah pulang tepat waktu, jadi aku jarang bertemu dengannya." Ucap Ellard sambil mengelus kepala Dara.
"Benar-benar orang itu memang sulit sekali ditemui, kalau begitu aku tutup teleponnya. Jika kau bertemu Darren bilang padanya untuk menghubungi ku."
"Jadi kau menelfonku hanya untuk ini? kau sangat menganggu."
"Heh memangnya kau sedang apa? pasti hanya bergulat dengan PS mu itu, bukan?." Ucapnya.
"Aku sedag membuat cucu penerus keluarga Walton." Jawab Ellard membuat Dara memelototkan matanya mencoba mendongak tapi tangan pria itu mencegahnya.
"Apa!! dasar brandal gila!! kau mengatakan itu padak-."
Tut....Tut...Tut..
Ellard memutuskan sambungan teleponnya, telinganya bisa keluar busa jika mendengar ocehan tidak bermutu pria tadi.
"Siapa Ell?." Tanya Dara, ia samar-samar mendengar suara orang yang tidak asing tapi dirinya lupa siapa.
"Paman Briand." Jawab Ellard kembali meletakan ponselnya diatas meja lalu menciumi kepala Dara yang berada di dadanya.
"Emm apa yang berada di acara pernikahan kita waktu itu?." Tanya Dara, sebenarnya gadis itu hanya mencoba mengalihkan perhatian Ellard, agar pria itu menghentikan aktivitasnya yang membuat jantung Dara bermasalah.
"Ya." Jawab Ellard kembali mengelus kepala Dara.
"Ell, apa dua anak kecil yang berada di pernikahan waktu itu adalah anak paman dan bibi?."
"Ya."
Dara mengangguk mengerti, ia mengingat saat pertama kali berkenalan dengan dua anak kecil, yang satu sangat ceria dan yang satunya sangat dingin.
"Delino Armez dan Deviana Arsinta Walton." Ucap Dara pelan saat mengingat kedua nama anak itu.
"Ehh Ell kanapa tidak ada nama marga keluarga Walton dinama belakang Delino?." Tanya Dara saat mengetahui keganjalan yang ada.
Ellard langsung menghentikan aktifitasnya saat mendengar pertanyaan Dara ia tidak menyangka bahwa gadisnya akan menanyakan hal itu.
"Lino bukan keturunan asli Walton." Jawab Ellard.
Dara langsung mendongakkan kepalanya menunggu kelanjutan ucapan Ellard, ia tidak mengerti apa maksudnya.
Sedangkan Ellard yang melihat gadisnya bingung langsung mengelus kepalanya lalu mulai bercerita.
"Bibi Yunni dan paman Briand sudah menikah selama enam tahun dan selama itu mereka berdua belum juga dikaruniai anak. Selama menunggu mereka selalu mendapat desakan dari kakek, kakek meminta paman Briand menceraikan bibi karena tidak juga mendapat keturunan. Paman Briand menolak dan mereka lebih memilih mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Mereka memberi nama Delino Armez , kakek murka saat mengetahui mereka mengadopsi anak dari panti asuhan dan membawanya masuk kedalam keluarga Walton. Kakek ingin mengembalikan anak itu ketempatnya tapi saat itu dia mendengar jika bibi Yunni hamil dan memintanya untuk tidak membuang Delino karena bibi sudah terlanjur menyayanginya. Mereka membuat kesepakatan agar Delino tetap menjadi anak bibi Yunni dan paman Briand, dan kakek menyetujuinya dengan syarat jangan sampai publik mengetahui jika keluarga Walton mengadopsi seorang anak dari panti asuhan maka dari itu kakek tidak mengizinkan Delino memakai marga keluarga Walton." Jelas Ellard lalu berhenti dan menatap wajah Dara yang serius mendengar ceritanya bahkan mata gadis itu terlihat berkaca-kaca.
"Lalu?." Tanya Dara.
"Aku lelah sudah ya." Ucap Ellard.
"Ell."
"Lihat ini sudah masuk waktu shalat Maghrib." Ucap Ellard membuat Dara sadar lalu melihat sekelilingnya. Lampu-lampu dari halaman luas itu sudah menyala para pengawal juga mulai terlihat berlalu-lalang dibawah.
Dara mengangguk lalu turun dari pangkuan Ellard kemudian berjalan masuk kedalam. Sedangkan Ellard berdiri dari duduknya, dirinya hanya mencari alasan agar Dara tidak bertanya lebih jauh. Saat ia melihat mata itu berkaca-kaca entah apa yang akan terjadi saat ia menceritakan kelanjutannya.
*****
Setelah sholat magrib tadi Ellard keluar untuk berbicara dengan Bilal sampai waktu isya tiba, pria itu belum juga kembali. Dara menunaikan ibadah sholat isya sendirian, ia yakin jika suaminya pasti beribadah dengan Bilal.
Dara duduk bersender diranjangnya ia masih memikirkan cerita Ellard tadi. Dapat ia simpulkan bahwa kakek Ellard, tetua dari keluarga Walton adalah orang yang keras, egois dan arogan. Bagaimana bisa dia akan memisahkan dua orang yang saling mencintai? terlebih itu adalah anaknya sendiri, pikirnya.
Ceklek
Ellard masuk kedalam kamarnya ia menghembuskan nafasnya pelan saat Dara belum tertidur. Padahal ia sengaja pergi lama agar gadisnya itu tidur dan melupakan percakapannya sore tadi. Tapi sepertinya saat melihat wajah Dara, gadis itu sangat ingin mendengar ceritanya lagi.
Ellard berjalan kearah tempat tidurnya lalu meletakkan ponselnya diatas nakas kemudian naik keatas ranjang. Pria itu menarik selimutnya sampai lututnya kemudian memeluk Dara, membawa gadis itu kedalam dekapannya.
"Ell." Ucap Dara sambil menarik-narik kaos hitam yang digunakan Ellard.
"Bukankah aku sudah memintamu mengunakan nama panggilan yang bagus?." Tanya Ellard.
"Em sayang." Ucap Dara pelan, rasanya ada yang menggelitik hatinya saat ia mengucapkan kata itu.
"Ya?." Tanya Ellard padahal dirinya sendiri tau apa yang akan ditanyakan olehnya.
"Ceritakan kelanjutannya."
"Hari ini aku lelah sekali, kita lanjut besok ya?." Tanya Ellard.
"Baiklah." Jawab Dara murung, gadis itu lalu mencoba menutup matanya rapat-rapat.
Ellard menghembuskan nafasnya kasar saat merasa Dara tidak bisa tidur.
"Baiklah aku ceritakan." Jawab Ellard membuat Dara membuka matanya lebar.
"Kau senang?." Tanya Ellard melihat wajah Dara lalu mengelus kepalanya.
Dara tersenyum dan mengangguk menjawabnya, ia harus mengetahui hal tentang keluarga Ellard. Sepertinya keluarga ini sangat jauh berbeda dari pandangan kaca mata media, pikirnya.
"Kakek sangat ingin memiliki cucu laki-laki dari darah dagingnya sendiri agar bisa meneruskan bisnisnya. Tapi kenyataannya anak bibi Yunni adalah perempuan membuat kakek semakin tidak menyukainya, Kakek sudah meminta pada paman Briand untuk meninggalkan bibi Yunni dan mencari istri baru tapi paman Briand menolak. Ia mengancam jika kakek terus memintanya bercerai maka paman Briand akan memutuskan hubungan dengan kakek dan tidak mau menjalankan perusahaan kakek yang berada ditangannya sekarang. Jadi mau tidak mau kakek mengalah dan membiarkan mereka bersama." Jelas Ellard sambil memeluk Dara dan mengelus kepala gadis itu.
"Lalu Ell-, eh sayang bukankah sudah ada kamu? maksudku kenapa kakek harus meminta cucu laki-laki baru?." Tanya Dara.
"Mungkin kakek ingin cucu laki-laki baru agar tidak bersaing dengan Darren? aku juga tidak tau."
Ellard diam sebentar lalu kembali bercerita,
"Hubungan Darren dan kakek tidak pernah baik, mereka layaknya musuh. Aku tidak tau ada masalah apa diantara mereka, yang jelas kakek dan Darren tidak bisa berada di satu tempat bersama. Jika itu terjadi Darren yang akan selalu kehilangan kendali. Dan aku pernah melihat secara langsung saat Darren kehilangan kendali dan menodongkan senjata kearah kakek." Jelas Ellard entah sejak kapan matanya mulai berair, saat mengingat dengan jelas Darren menodongkan pistol kearah Harry, kakeknya.
"Tidak perlu dilanjutkan." Ucap Dara membalas pelukan Ellard sambil mengusap punggung pria itu.
"Aku selalu ingin mengetahui apa masalah diantara mereka, tapi selalu saja gagal. Aku yakin ini adalah campur tangan Darren dan kakek, mereka berdua tidak ingin aku mengetahui masalah mereka. Aku juga tidak tau alasannya." Jelas Ellard.
Dara masih tetap memeluk tubuh Ellard memberi kekuatan kepada pria itu. Ternyata dibalik marga keluarga yang terpandang ini menyimpan banyak sekali rahasia yang menyakitkan untuk diceritakan.
Bersambung.....
Makasih para reader semuanya, mungkin aku akan kasih konflik dipertengahan ya. Sekarang masih seneng-seneng dulu aja, aku udah ada plan bakal gimana konfliknya. Semoga bisa terlaksana apa yang ada dalam pikiranku, soalnya biasanya kalau udah direncana itu malah ambyar hehe.
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Boleh jadi kamu tidak suka akan ujian, akan tetapi dengan sebab ujian itulah kadang membuat dirimu lebih baik dari sebelumnya.
Akhir-akhir ini benar-benar sibuk banget, apalagi kalau udah masuk bulan Oktober. Maaf ya jarang up.