seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zora mengetahui dalang yang memfitnah dirinya
Setelah kajian selesai, Zora mendapat banyak pujian dari sebagian ibu-ibu yang kini merasa malu dan kagum. Namun, ia tidak sempat merayakan kemenangannya. Hatinya masih dipenuhi pertanyaan, siapa yang menciptakan fitnah keji tentang percobaan bunuh diri dan pernikahan paksaan itu?
Saat Zora sedang merapikan buku-buku di mimbar, Ayudia menghampirinya.Ayudia terlihat sangat tulus, mata indah yang selalu teduh itu menunjukkan rasa penyesalan.
"Nyai , bacaan qiroah-mu luar biasa. Aku tidak menyangka.masyaaAllah ." ucapnya penuh kagum.
"Alhamdulillah, Terima kasih, ustadzah Ayudia. Aku senang kamu menyukainya." balasnya tersenyum.
Zora menatap Ayudia lekat-lekat. Ia tahu Ayudia adalah wanita baik...." tidak usah panggil saya ustadzah, panggil saja Ayudia" ucapnya....
"kalau begitu,saya juga mau di panggil nama saja " kata Zora tapi mendapat gelengan dari Ayudia.
"tidak bisa Nyai, itu memang sudah julukan sebagai keluarga pesantren" ucap Ayudia.
"ya sudah , terserah anda saja" balasnya tersenyum.
" Ayudia, aku ingin bertanya padamu. Apakah kamu tahu kenapa ibu-ibu di sini begitu membenciku? Siapa yang menyebarkan kisah mengerikan tentang aku... mencoba bunuh diri?" tanya Zora pada Ayudia... suaranya begitu lembut,
Ayudia menunduk dalam-dalam. Ia tidak ingin mengadu domba, tetapi ia merasa wajib menyampaikan kebenaran setelah melihat keberanian dan ketulusan Zora.
Ayudia Berbisik pelan, hampir tidak terdenga" Nyai... Maafkan aku. Aku tahu. Awalnya, aku tidak peduli, tapi setelah melihat Nyai Zora membela diri dengan Al-Qur'an hari ini, aku tidak tega membiarkanmu terus difitnah."
Ayudia mengangkat wajahnya, menatap Zora dengan mata penuh empati.
"Dalang dari semua gosip itu, dari semua kabar buruk yang Nyai dengar, adalah Bibi Lasmi" ucapnya tidak enak.
Zora merasakan gelombang dingin menjalar di tubuhnya. Ia tahu Bibi Lasmi tidak menyukainya, tetapi ia tidak pernah menduga kebencian itu sampai menciptakan fitnah sekeji itu.
"Bibi Lasmi? Tapi... kenapa? Apa salahku padanya?" tanya Zora polos, ia bingung.
"Bibi Lasmi... dia sangat menyayangi aku, Nyai. Dia berpikir bahwa Yusuf... adalah takdirku. Ketika Nyai datang dan semuanya berubah, Bibi Lasmi merasa harus menyelamatkan Yusuf dan membuktikan bahwa Nyai tidak pantas untuk Ustadz. Dia menyebarkan rumor itu segera setelah Yusuf kembali dari kota ."
Zora kini mengerti segalanya. Tatapan sinis, permintaan Ibu itu yang provokatif, dan semua rasa sakit yang ia rasakan selama ini, ternyata berasal dari satu sumber.
"Jadi, ini ulahmu, Bibi Lasmi! Kau ingin merusak kehormatanku demi hasratmu? Tidak akan aku biarkan!" gumam Zora dalam hati.
Kemarahan Zora memuncak, tetapi kali ini amarahnya terarah, didasari kebenaran, bukan lagi spekulasi. Zora telah menemukan musuhnya, dan ia tahu, peperangan ini tidak akan selesai sampai ia bisa membungkam Bibi Lasmi sekali dan untuk selamanya.
" sayang....ayo pulang, sebentar lagi magrib" ucap Yusuf dari luar,dia tidak tahu kalau di dalam masih ada Ayudia.
" iya mas , sebentar" jawabnya.
" Ayudia....aku pulang dulu ya" pamit Zora.
" iya nyai... terimakasih.... maafkan saya" balas Ayudia masih terasa nyeri, apalagi mendengar kata sayang yang sangat lembut" astaghfirullah....aku berlindung ke padamu ya Allah " gumamnya dalam hati melihat kepergian Zora....
Keesokan harinya...
Zora memutuskan bahwa cara terbaik untuk menyadarkan Bibi Lasmi adalah dengan menggunakan senjata yang sama yang digunakan Bibi Lasmi, perhatian publik, tetapi diarahkan untuk mengundang tawa, bukan kebencian. Ia tidak ingin menyakiti, melainkan membuat Bibi Lasmi malu karena kecenderungannya bergosip.
Setelah berdiskusi dan mendapatkan persetujuan lucu dari Ustadz Yusuf, mereka merencanakan skenario itu.
Zora tahu bahwa Bibi Lasmi sering mengintai dari balik pohon di sudut jalan, dekat dengan jendela ruang tamu mereka, terutama setelah insiden menjemur pakaian.
Sore itu, Zora meminta Yusuf untuk membantu. Yusuf membuka gerbangnya sedikit , juga meninggalkan jendela ruang tamu sedikit terbuka. Di dalamnya, Zora memulai drama.
Zora Berbicara dengan volume tinggi, nadanya terdengar dramatis "Mas Yusuf! Aku sudah bilang jangan menyentuh barang-barangku! Sekarang bagaimana?!"
Bibi Lasmi, yang memang sedang lewat, langsung memasang kuping. Jantungnya berdebar. Pasti ini tentang rahasia besar mereka! Ia segera mendekat dan bersembunyi di balik pohon mangga yang baru tumbuh dekat jendela...
Yusuf, yang awalnya kesulitan berakting, mengikuti alur Zora.
Yusuf Tersenyum, ia menjawab dengan Suara dibuat bergetar dan menyesal. "Maafkan Mas, Sayang! Mas benar-benar tidak tahu itu rahasia! Tapi kenapa kamu menyimpan barang itu begitu penting?!"
Zora Berteriak keras, seolah-olah menangis "hiks hiks hiks, itu bukan barang biasa, Mas! Itu adalah investasi! Aku beli mahal dengan uangku sendiri! Mas sudah merusak rencanaku! Bagaimana aku bisa mengganti harganya sekarang?!"
Bibi Lasmi mendengarkan dengan mata terbelalak. Aha! Mereka bertengkar karena masalah uang! Zora pasti menghabiskan uang Yusuf untuk barang mewah, dan kini Yusuf marah!
Bibi Lasmi semakin merapatkan diri ke jendela, berharap mendengar detail rahasia yang bisa ia sebarkan... Ia memegang ponsel nya dan sudah dalam mode merekam.
Tepat ketika Bibi Lasmi mencondongkan telinganya ke celah jendela, dan menempelkan ponselnya pada samping jendela Zora dan Yusuf mencapai puncak argumen mereka.
Ustadz Yusuf Dengan nada memohon "Maafkan Mas, sayang! Mas janji, Mas akan ganti. Tapi Mas sungguh tidak tahu kalau cokelat yang Mas makan semalam itu harusnya kamu gunakan untuk masker wajah!"
Zora Terdengar histeris "cokelat mahal dari Paris itu, Mas! Yang harusnya membuat kulitku mengkilap seperti Ferrari! Sekarang kulitku jadi kasar karena Mas memakannya untuk camilan malam! Semua karena Mas terlalu fokus pada urusan pesantren, dan melupakan kulit istri Mas!"
Bibi Lasmi, yang berharap mendengar pengakuan tentang bunuh diri atau penipuan, malah mendengar pertengkaran absurd tentang cokelat yang digunakan sebagai masker wajah. Ia langsung menarik diri, bingung dan frustrasi.
Saat Bibi Lasmi mundur, ia menabrak beberapa ibu-ibu lain yang juga diam-diam mendekat karena mendengar keributan...
Ibu C: "Ada apa, Bi Lasmi? Apa yang terjadi? Apakah Zora mengaku memaksa Ustadz menikahinya?"
Bibi Lasmi Wajahnya merah padam karena malu "Tidak! Mereka... mereka bertengkar konyol! Mereka bertengkar karena cokelat untuk Masker Wajah yang dimakan Yusuf!"
Para ibu-ibu yang tadinya tegang, kini tertawa terbahak-bahak mendengar betapa konyolnya rahasia yang diperjuangkan Bibi Lasmi , Zora dan Yusuf, yang mengintip dari jendela, saling bertatapan dan tersenyum penuh kemenangan....
"aku akan menemui mereka mas, kalau di diamkan, kasihan juga mereka, akan sering kali menghibah" pamit Zora pada suaminya...
Saat Zora ingin melangkahkan kakinya keluar tiba-tiba Yusuf menariknya sampai Zora jatuh kepangkuan nya.
" kenapa mas...?" tanya Zora bingung.
" lihat bajumu sayang" ucap Yusuf tersenyum genit pada istrinya yang masih memakai pakaian terbuka.
" UPS.... Sorry" ucapnya malu membuat Yusuf terkekeh. Zora cepat-cepat mengambil rok sama jilbab panjangnya lalu segera keluar menemui ibu-ibu itu yang masih berdebat di luar.