Aku memang perempuan bodoh soal cinta, pacaran 5 tahun tapi menikah hanya 8 bulan. Tak pernah mendengar nasehat dari orang tua dan sahabatku, perkara pacarku itu. Aku nekad saja menikah dengannya. dalihku karena sudah lama kenal dengannya aku yakin dia akan berubah saat menikah nanti.
Ternyata aku salah, aku serasa teman tidur saja, bahkan aku tak diberi nafkah lahir, ditinggal dikontrakan sendiri, keluarganya tidak pernah baik padaku, tapi aku masih bodoh menerima dan sabar menghadapi tingkahnya. Bahkan cicilan dan biaya rumah sakit aku yang meng-cover. Gila gak? bodoh banget otakku, hingga aku di KDRT, dan itulah titik balikku berpisah dengannya, hingga menemukan kebahagiaan bersama seseorang yang sama sekali tak kukenal, tapi bisa mewujudkan impian pernimahan yang aku inginkan, hanya karena apa? restu orang tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MATA IJO
"Kalian kenapa ke sini?" tanya mama kaget saat aku dan Fabian menggeser pintu rumah mama. Beliau sedang merajut sembari mendengarkan lagu Bang Rhoma Irama. Bahkan beliau langsung meletakkan alat dan benang rajut tersebut.
"Kenapa, Ma?" tanya Fabian heran, tak biasanya beliau menolak kehadiran kita. Aku juga bingung.
Beliau mengajakku dan Fabian ke arah lorong di sebelah area kamar Fabian dan kamar mama. Kami duduk bertiga dengan wajah mama penuh kekhawatiran. "Ada masalah di rumah sebelah," ucap beliau.
"Masalah apa?" tanya Fabian, tumben juga mama mendengar masalah di rumah istri pertama. Ternyata saat beliau di area dapur, tak sengaja mendengar pertengkaran madu beliau dengan sang putra. Beliau memaki Jovan sejak tiga hari yang lalu, bahkan papa saja tak berani menghentikan omelan beliau. Tiba-tiba aku berpikir, apa mungkin hubungan terlarang Jovan sudah ketahuan?
"Ada apa sih, Ma?" Fabian mendesak agar mama menjelaskan dengan detail. Beliau sendiri belum tahu pasti, yang jelas tiga hari kemarin terjadi pertengkaran antara Maya dan Jovan. Mama tidak tahu pastinya, toh mama tidak pernah menginjakkan kaki di rumah istri pertama. Beliau tahu saat sarapan. Papa kaget, karena pelipis Maya tampak lebam. Sebenarnya sudah ditutup dengan bedak, tapi papa menatap curiga sikap Maya yang menunduk saja sarapan saat itu. Sehingga saat Maya mengangkat kepala, papa kaget setengah mati, ujung bibir Maya juga lebam, dan area lehernya merah, tapi bukan cupang.
Papa pun menginterogasi, kalau papa sudah bertanya, maka siapa pun tak akan berani untuk menutupinya. Daripada papa yang mencari tahu sendiri, malah lebih gawat. Maya sebenarnya sudah disuruh Jovan tidak ikut sarapan dengan alasan sakit, namun ia memaksa saja. Mencoba melawan dan memang sengaja mau menunjukkan lebam itu pada keluarga.
Maya begitu berani cerita kalau malam itu dia ditempeleng dan dicekik oleh Jovan, karena Maya tertangkap memegang ponsel Jovan dan menemukan sebuah chat perempuan penuh dengan foto mereka yang bermesraan. Mungkin perempuan itu berbagi foto mereka dan sengaja dikirim kepada Jovan.
Sebagai istri tentu Maya mempertanyakan perempuan itu, apalagi mereka terlihat sangat mesra di dalam sebuah kamar hotel. Pikiran Maya jelas Jovan telah berselingkuh, dan seperti biasa Jovan mengelak, dan mengaku hanya rekan bisnis. Maya menuntut dan berakhir KDRT tersebut..
Papa menanyakan pada Jovan, bahkan ingin melihat foto yang dipermasalahkan oleh Maya. Tapi sayang semua foto dihapus, Maya dengan lantang meminta agar Jovan pura-pura meminta foto itu untuk dikirim ulang. Papa pun menyetujui usulan Maya, ternyata fast respond. Papa melihat dengan mata kepala sendiri, Jovan sangat mesra dengan perempuan itu.
Ditanya papa apakah sudah menikah siri, Jovan menggeleng. Papa murka dan menggampar Jovan.
Papa memang pernah berselingkuh, tapi papa tidak akan berani berbuat sejauh itu sebelum ada ikatan pernikahan meskipun siri. Kamu kelewatan Jovan. Kamu sudah berhubungan suami istri dengannya?
Iya Pa.
Ya Allah, Jovan. Otak kamu di mana Jovan. Selama ini kamu membenci istri kedua papa karena kamu anggap pelakor. Nyatanya kamu malah berhubungan dengan perempuan tanpa hubungan yang halal. Bodoh kamu.
Papa marah besar, sedangkan istri pertama papa hanya diam saja. Tak membela sang putra, beliau justru memegang tangan Maya, seolah saling menguatkan. Sebagai perempuan yang pernah berada di posisi Maya, tentu beliau kembali merasakan sakit, dan beliau tak ada niatan sekalipun membela Jovan. Meski Jovan adalah putranya.
Papa menanyakan kenapa Jovan sampai berbuat sejauh itu, dia mengaku sudah tak ada rasa pada Maya. Istrinya itu sudah tak menggairahkan lagi. Apalagi Jovan mendapatkan rasa gadis dari selingkuhannya tersebut, yang tidak ia dapatkan saat menikah dengan Maya. Bahkan Jovan mengutarakan niatnya untuk menikahi Aruni, namun Maya menyatakan akan mundur dan tak mau dimadu.
"Sejak hari itu Tante Ferni marah terus, tiap hari beliau mengumpat Jovan tidak akan ada pernikahan lain selain pernikahan Maya dan Jovan. Mama tak mengira Jovan bisa jahat pada Maya, karena salah satu alasan dia berselingkuh Maya tak kunjung hamil."
Kita diam, meresapi cerita mama. Terutama aku, mendadak ketakutan saja. "Ma, kalau Maya cerai sama Bang Jovan, apakah Maya akan kembali ke Kak Fabian?" tanyaku sendu. Mama langsung menatapku, begitu juga Fabian.
"Apaan sih, Sayang. Berapa kali aku bilang, aku gak mau sama Maya. Aku sudah menemukan bahagiaku bersama kamu. Cerita aku dan Maya sudah selesai," ucap Fabian meyakinkanku kembali, aku hanya tersenyum saja. Sekali lagi aku percaya.
"Fabian sudah mengatakan perasaannya dengan tegas, Sayang. Kenapa kamu ragu?" aku menggeleng saja.
"Hanya khawatir saja, Ma."
"Dia sensitif begitu karena dia sedang hamil, Ma!" ucap Fabian to the point.
"Apa? Kamu hamil, Mira?" tanya mama heboh, dan aku mengangguk. Mama langsung memelukku, wajah beliau yang sejak tadi tegang langsung mencair karena kabar kehamilanku.
"Makanya kita ke mari ingin berbagi kebahagiaan ini, Ma." Mama sudah tak menggubris, beliau lebih fokus ke aku, dan mendoakanku agar aku sehat, dan kehamilanku lancar. Sungguh, aku kembali bersyukur dengan keadaan ini, karena aku mendapat mertua yang baik, dan terlihat begitu sayang bersamaku.
Mama pun setuju pada kita untuk mengumumkan kabar bahagia ini, setidaknya agar papa bahagia dan tidak terlalu tertekan dengan kondisi akhir-akhir ini. Kami pun makan malam bersama.
Maya tampak sendu sekali, Jovan juga begitu, istri pertama papa juga tampak bengong saja. Aku dan Fabian sepakat, kita akan memberi tahu kalau kita dipancing mama alasan ke rumah utama bukan saat weekend.
"Papa ingin tahu perkembangan pernikahan kalian," ucap beliau setelah makan selesai. Melirik Jovan terutama. Mungkin beliau memberikan tenggat waktu berpikir untuk anak pertama beliau. "Siapa yang mau bercerita dulu?" tawar beliau melirik Jovan lalu ke Fabian.
"Aku, Pa!" ucap Fabian. Aku ikut deg-deg an dengan reaksi papa.
"Ya silahkan!" ujar papa sembari melihat ke arah kita. Mama sudah tersenyum juga.
"Sebelumnya terimakasih papa dan mama sudah merestui pernikahan kami, sehingga kami diberikan kepercayaan oleh Allah, Namira hamil, Pa!" ucap Fabian dramatis, pundakku dirangkul Fabian, dan terlihat papa sangat sumringah.
"Benarkah kamu hamil, Mira?" tanya papa memastikan, dan aku mengangguk sembari mengucap hamdalah. Tak lama papa memanggil asisten beliau.
"Bilang mau berapa?" ucap papa sembari menerima cek kosong dari sang asisten. Aku melongo.
"Mau apa, Pa?" ucapku lirih. Beliau malah tertawa. Kemudian Fabian menjelaskan padaku penawaran papa. "Hah, berapa Kak?' tanyaku bingung, papa, mama dan Fabian tertawa mendengar kepolosanku. Papa langsung menuliskan saja lalu menyerahkan padaku.
"Kalau kurang bilang!" ucap beliau seraya menyerahkan cek itu kepadaku. Fabian mengambilnya.
"Hem, matanya ijo nih Pa kalau lihat uang jajan sebanyak ini," sindir Fabian saat melihat nominal yang diberikan sang papa, lalu menyerahkan cek itu ke aku.
"Hah? Banyak amat, Pa?" spontan aku bilang begitu, malah lupa berterimakasih. Hingga papa tertawa saja.
up teros sampe pagi