Seina, adalah seorang gadis kampung yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan, dia dari keluarga baik-baik, dia juga mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya, namun dia harus kehilangan anggota keluarganya karena sebuah bencana.
Seina pun satu-satunya yang selamat dan dibawa ke tempat pengungsian oleh para relawan, gadis itu cukup terpuruk dengan nasibnya, namun dia tetap harus menjalani hidupnya.
Karena yang bernasib sama dengannya itu juga cukup banyak.
Hal itu membuatnya bangkit dan merangkul anak-anak yang bernasib sama dengannya.
Suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita cantik jelita, dari atas kepala sampai bawah kakinya, terlihat bernilai mahal, bahkan kibasan rambutnya pun berbau dollar.
"Jadi kamu ya Seina?" tanya wanita itu dengan angkuh.
"Ya, ada apa Nyonya?" tanya balik Seina.
Wanita itu segera membuka koper besar, dan di sana terlihat sangat banyak tumpukkan uang.
"Aku sewa rahimmu!" Tegas wanita itu.
Yuk kepoin baca lanjutannya 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Alfredo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Asing
" Akhirnya semua sudah selesai, hanya tinggal pemulihan saja." Ujar Gladys tampak lega.
" Sayang sekali, wajahmu jauh berbeda, tidak tahu Matthew masih mau denganmu atau tidak." ujar Ibu Gladys.
" Ibu, kau kenapa jahat sekali?, Ibu pokoknya aku tidak mau gadis sialan itu mengambil posisiku." Ujar Gladys tidak terima.
" Ibu sudah habis uang banyak sekali Gladys, dan meminta bantuan orang tinggi untuk menutup kasus mu." Ibu Gladys tampak sangat tidak rela karena sudah menghabiskan banyak uang untuk mengurus Gladys.
" Ibu, aku ini anakmu!" ujar Gladys sangat sedih.
" Setelah semua membaik aku akan menemui Matthew dan meminta maaf, Ibu tolong bantu dan pikirkan cara untuk menyingkirkan Seina itu!" ujar Gladys.
" Sebaiknya kau menjadi baik dan cobalah terima anak itu, dengan begitu Matthew mungkin akan membiarkanmu di sisinya, kita akan cari tahu cara yang tepat menyingkirkan anak itu." tegas Ibu Gladys.
" Apa?, ibu menyuruh aku menerima pelakor itu?" Gladys sudah pasti tidak mau.
" Ya sudah kau cari cara sendiri saja!" tegas ibunya.
" Iya iya, kalau begitu tolong ibu pikirkan dengan baik, caranya dan secepatnya." Ujar Gladys.
" Kau bersiaplah untuk kembali dan kau harus meminta maaf pada suamimu, ingat kau masih istri sah, jadi kita akan mencari kesempatan yang tepat untuk menyingkirkan wanita itu." tegas Ibu Gladys.
" Ya Bu." Jawab Gladys.
Dia sangat ingin segera kembali dan meminta maaf pada Matthew.
Di tempat yang tidak di ketahui orang lain.
" Menjijikan, apa kakakku masih doyan dengan bininya ini?" Gumam Martin yang diam - diam mengawasi Gladys.
Martin pun segera melaporkan semua pada kakaknya.
Aku sangat rindu Cina, tapi kalau aku tidak melakukan pekerjaan ini aku justru tidak akan pernah bisa melihat Cina lagi.
Dalam hati Martin.
...----------------...
" Tuan Matthew Nyonya kembali ke rumah pinggir kota." Bibi memberitahu Matthew melalui telepon.
" Dia masih Nyonya Howard, berperilaku lah seperti biasanya Bibi." Jawab Matthew sambil melihat ke arah Seina yang tampak cemas.
" Baik Tuan" Panggilan pun berakhir.
" Apa kau cemburu Sayang?" ujar Matthew tampak puas.
" Siapa yang cemburu?, yang diucapkan Tuan Matthew itu kan benar adanya." sahut Seina sambil manyun.
Matthew langsung memeluk Seina dengan gemasnya.
" Sabar sebentar Sayang, dan kamu akan menjadi satu-satunya." tegas Matthew sambil mengusap perut Seina.
" Ya, terserah saja sih." Seina mana ada hal cemburu, saat ini dia yang paling tahu statusnya yang tidak jelas, dan dia tidak tahu apa yang direncanakan Matthew untuk menghadapi istrinya itu.
" Tuan apa Martin baik-baik saja?" tanya Seina tiba - tiba.
" Kenapa kau sangat rindu padanya?, tidak boleh Seina, kau tidak boleh terlalu memberi perhatian padanya!" tegas Matthew tampak kesal.
" Aku kan dengan Martin hanya sebatas teman saja seperti halnya dengan Mona, memang tidak boleh merindukan temanku?" ujar Seina.
" Tidak boleh, kau hanya boleh memikirkan aku seorang!" Matthew benar - benar tidak bisa membagi hal apapun tentang Seina pada orang lain.
" Sudahlah, malas berdebat dengan anda Tuan saya capek." Seina pun segera masuk kamar.
Matthew tersenyum melihat Seina yang kesal, entah hal itu sangat menyenangkan.
" Dia kok lucu sekali sih, apalagi kalau lagi ngambek." gumam Matthew sangat puas.
Kediaman Howard pinggir kota.
" Bibi benar - benar tidak tahu Matthew Kemana?" tanya Gladys.
" Saya mana tahu urusan Tuan Matthew Nyonya." Ujar Bibi.
Gladys sangat kesal karena tidak bertemu dengan Matthew dan tidak tahu Matthew di mana.
" Kalau Martin?" tanya Gladys lagi.
" Apa kau mencari ku?" tiba-tiba saja Martin muncul dengan Olive.
" Apa yang kau lakukan di sini?" sahut Olive tampak kesal melihat Gladys.
" Ibu, Ibu mohon maaf aku Bu, Gladys tahu salah, dan tidak akan mengulanginya lagi, Gladys akan mengandung anak Matthew sendiri jika itu bisa membuat ibu memaafkan Gladys, Gladys tidak bisa hidup tanpa Matthew." tiba-tiba saja Gladys bersimpuh di hadapan Olive.
" Terlambat, Seina akan menjadi istri Matthew dengan segera, tapi untuk urusanmu dan Matthew aku tidak akan ikut campur, kalau Matthew mengijinkan kamu tetap tinggal ya silahkan, tapi kamu bukan menantuku lagi!" tegas Olive.
" Apa maksudnya Ibu?, bagaimana aku bukan menantu anda lagi, kalau Matthew mau membawa masuk Seina saya juga tidak masalah, tapi kenapa saya bukan menantu anda lagi?, saya belum mendapatkan surat cerai dan saya juga tidak akan bercerai dengan Matthew." tegas Gladys.
" Entahlah, saat datang aku sangat asing dengan wajah itu, sangat palsu dan membosankan." sahut Olive seger masuk.
Sementara Martin terus berdiri melihat ke arah Seina dengan tatapan tajam.
" Apa yang salah?, ini juga semua perbuatan ibumu." sahut Gladys kesal.
" Wajahmu aneh, kakak mungkin juga merasa asing dengan wajah istrinya sendiri." Martin pun segera pergi.
Sialan bajingan ini selalu berpihak pada Seina sejak awal, benar - benar menyebalkan.
Dalam hati Gladys.
" Nyonya apa anda mau menginap?" tanya Bibi.
" Ya, Bibi kenapa Farid tidak bisa aku hubungi ya?, kemana dia?" tanya Gladys.
" Saya juga tidak tahu Nyonya." jawab Bibi.
" Kenapa dia langsung hilang begitu saja." gumam Gladys.
Bibi pun segera menyiapkan kamar tamu untuk Gladys, namun Gladys sangat terkejut bagaimana bisa dia tamu, dia punya kamar sendiri di tempat itu.
" Bibi apa kau sangat pikun?, kamarku kan di sana dengan Matthew." ujar Gladys.
" Oh iya, tapi kamar itu sekarang milik Tuan Martin Nyonya." jawab Bibi.
" Apa?, kok bisa?, Bibi apa kau bercanda?, lalu di mana semua barang-barang ku?" Gladys sangat terkejut.
" Itu, tuan Martin membuangnya karena sudah kuno." jawab Bibi sedikit ragu dan agak takut.
" Bibi kau membiarkannya?, di sana banyak koleksi tas-tas dan juga perhiasan mahal bagaimana bisa di buang." Gladys sangat marah dan langsung mendatangi kamarnya yang sudah di kuasai Martin.
" Martin Martin keluar kau!" Teriak Gladys sangat marah.
Martin pun keluar dan membuka pintu, Gladys LAN nyelonong masuk ke dalam, dan benar saja lamar menjadi bersih tidak tersisa.
" Kau buang kemana semua barangku?" teriak Gladys.
" Aku jual sama pemborong barang bekas." jawab Martin tanpa rasa bersalah.
" Kau seharusnya tidak menyentuh barang-barang orang lain, kau sangat tidak sopan dan tidak terdidik!" Gladys tidak bisa menahan amarahnya.
" Ya kan memang tidak terdidik aku ini, kenapa tidak terima?" jawab Martin sangat senang.
" Benar-benar manusia menjijikan!" Gladys segera masuk ke dalam kamar tamu dia harus bertahan sampai Matthew datang dan mendapatkan maafnya.
Sialan, barang-barang itu sangat mahal sekali, anak haram itu berani sekali mengusikku, lihat saja kalau Matthew sudah memaafkan ku, aku akan membalas semuanya sampai kau menangis.
Dalam hati Gladys.
Padahal itu kalau di jual semua juga bisa dapat rumah dan mobil satu.
Gladys masih tidak terima.