Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Sekali lagi maafkan anak kami
Sena bersiap, hari ini rencananya dia akan menghadap Surya selaku pimpinan tertinggi tempat Sena bekerja sekaligus mantan menantunya.
"Emang nggak papa kita keluar dari perusahaan itu? Aku takut mereka kecewa dengan kita dan berfikir yang nggak-nggak!" Ratih menatap suaminya dengan seksama.
"Bapak rasa ini waktu yang tepat buat kita undur diri dari hadapan mereka, Bu! Bapak sudah nggak kuat berhadapan sama mereka, Bapak selalu keinget Ayu terus saat ketemu mereka!" ucap Sena sendu.
"Ayu pergi kemana ya, Pak? Udah setengah tahun lebih dan dia nggak pernah ngabarin kita!" Sekali lagi Ratih meneteskan airmata setiap mengingat Ayu.
"Kita doakan aja Ayu baik-baik di sana dan bahagia selalu," ucap Sena sambil mengusap pundak Ratih dengan sayang.
"Ya udah aku berangkat dulu, Bu!" Sena berpamitan kepada Ratih dan Ratih mencium punggung tangan suaminya dengan takjim.
"Hati-hati di jalan, Pak!"
"Iya!" Sena pun melajukan motor butut Ayu yang dipinjamnya dari Ardi.
Sampai di kantor pusat Yasa Utama, Sena langsung menuju ke resepsionis untuk meminta ijin bertemu Surya.
"Sudah ada janji temu dengan Pak Surya belum, Pak?" tanya resepsionis itu judes.
"Belum, tapi bilang saja Sena mau minta ijin bertemu," jawab Sena sopan.
"Ya udah Bapak tunggu aja di sana!" resepsionis menunjuk sofa yang ada di depannya.
"Baik, terima kasih!" Sena mengangguk sopan lalu duduk di sana menunggu panggilan untuk bertemu Surya.
Sena menunggu dengan sabar selama dua jam sampai resepsionis memanggilnya untuk bertemu Surya.
"Selamat pagi, Pak Surya!" sapa Sena sopan.
Surya berdiri dan menyambut mantan mertuanya itu dengan... kikuk.
"Silakan duduk, Pak!" Surya mempersilakan Sena untuk duduk di depannya, mereka terhalang meja.
"Bapak mau minum apa?" tanya Surya sopan.
"Nggak usah repot-repot, Pak Surya!" tolak Sena sopan.
"Nggak repot, Pak!" ucap Surya lalu menghubungi resepsionis untuk meminta office boy menyiapkan minuman untuknya dan juga Sena.
Office boy masuk tak lama kemudian untuk menghidangkan teh, lalu dia keluar lagi dan menutup pintu di belakangnya.
"Silakan diminum, Pak!"
"Terima kasih banyak!" Sena pun menyesap tehnya perlahan lalu meletakkannya lagi dan siap menyampaikan maksud kedatangannya hari itu.
"Jadi gini Pak Surya, maksud kedatangan saya kali ini, saya mau mengajukan surat pengunduran diri saya dari perusahaan Bapak." Sena menyodorkan amplop coklat yang berisi pengunduran dirinya kepada Surya.
Surya termenung sesaat. "Kenapa mau mengundurkan diri, Pak?" tanya Surya tanpa membuka amplop tersebut.
"Maaf Pak Surya, kebetulan saya menerima pekerjaan baru!" jawab Sena jujur.
"PT. Artha Citra?" tanya Surya to the point.
"Iya, maaf kalau Bapak nggak bisa tetap bekerja di perusahaan Pak Surya, karena keluarga kami butuh uang lebih untuk kuliah Ardi." Sena kembali menjawab jujur.
"Ya sudah nggak papa, Pak! Kami memang belum bisa memberikan kepada Bapak gaji yang layak, karena perusahaan lagi dalam masa krisis sekarang ini, " ucap Surya tak bisa berbuat apa-apa dengan keluarga mantan istri keduanya itu.
"Di samping itu, Bapak juga mau meminta maaf kepada Pak Surya dan keluarga besar Pak Surya atas tindakan Ayu yang mungkin membuat keluarga Pak Surya merasa nggak nyaman, sekali lagi Bapak minta maaf."
"Semua udah ada jalannya, Pak! Saya juga nggak bisa memaksa orang untuk mengerti keadaan kami," ucap Surya pelan.
"Terima kasih." Sena mengangguk lalu mengucap syukur karena pengunduran dirinya di terima oleh Surya.
Begitu sampai rumah, Ratih sudah menunggu dengan tidak sabar.
"Gimana, Pak? Disetujui kan?" berondong Ratih ingin segera mengetahui jawaban dari mantan menantunya tentang pengajuan pengunduran diri Sena. Pasalnya wajah Sena terlihat sendu dan murung.
"Begini rasanya jadi orang miskin ya, Bu!" jawab Sena memelas.
"Kenapa? Surya ngomong apa sama Bapak?" tanya Ratih semakin penasaran.
"Dia nggak ngomong apa-apa sama Bapak, Bu! Dia langsung acc surat pengunduran diri itu!" jawab Sena dengan rasa perih yang tiba-tiba meremas hatinya.
Paham kan bagaimana rasa yang dirasakan oleh Sena? Mereka pernah menjalin hubungan yang cukup dekat sebagai menantu dan mertua, apalagi di rumah Surya ada seorang anak yang merupakan darah daging Sena juga.
Dan sekarang ketika Sena pamit undur diri dari tempat itu, Surya bahkan tak menolaknya dan mempertahankannya, justru Surya terkesan lega dan tanpa beban melepasnya.
Sena sebenarnya bukan ingin diperhatikan atau dihargai yang berlebihan tapi ada sesuatu yang menghubungkan mereka, seharusnya ada sedikit belas kasih di sana meskipun sedikit.
"Tapi Bapak malah lega, Bu! Setidaknya Ayu telah terlepas dari keluarga itu dan Bapak nggak lagi jadi beban buat keluarga itu. Bapak yakin suatu saat Arkana tahu cerita yang sebenarnya dan akan mencari kita!" ucap Sena akhirnya.
"Ibu pengen banget, Pak, sebelum Ibu meninggal Ibu bisa ketemu Ayu dan meminta maaf atas kesalahan kita yang telah menjerumuskan dia ke tempat itu!" Sekali lagi Ratih meneteskan air matanya.
"Bapak tahu, Ayu pasti bahagia di manapun dia berada sekarang ini!"
"Amin!" ucap Ratih sambil mengusap wajahnya dengan khusyuk.
***
"Ini apa lagi sih, Mas?!" Ayu melotot tak suka saat Selly mencoba memasangkan sepatu lain ke kaki Ayu.
"Sepatu kan?" tanya Fernando santai.
"Nenek-nenek lompat kelereng juga tahu ini sepatu! Maksud aku kenapa dibeliin sebanyak ini sih? Tadi udah lima lho!" tegur Ayu kesal.
"Satu toko atau bahkan setoko-tokonya kamu mau beli pasti aku bakalan beliin!" sahut Fernando dengan nada santai.
"Ish, nggak lucu!" ucap Ayu ketus.
"Anggap aja ucapan terima kasihku karena kamu udah dampingin aku dan membuat negosiasiku dengan Manuel berjalan lancar!"
"Yang nego aja Mas Nando bukan aku juga kok!"
"Yang penting karena ada rejeki istri di dalamnya makanya bisnisku bisa lancar seperti ini!"
Ayu menatap Fernando tak percaya. Mereka menikah karena ada perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan, tapi semakin ke sini Ayu merasa Fernando menempatkan dirinya seperti suami asli dan bukannya bohong-bohongan.
"Nggak usah banyak mikir! Ayam Albert banyak yang mati gara-gara mikir kebanyakan!" Fernando menyentil kening Ayu dengan gemas lalu berlalu menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.
Ayu merabai jantungnya yang tak biasa karena mendapatkan perlakuan manis dari Fernando.
Mungkinkah Ayu juga mulai merasakan jatuh cinta kepada suaminya itu?
Kita tunggu aja ya guys....